Obat perangsang. Hanya itu yang Shaka pikirkan saat ini. Kapan dan dimana ia mendapatkannya ia belum tahu. Efek obat itu memang luar biasa. Saat seharusnya ia berjalan menuruni tangga, kini ia justru berputar arah dan pergi ke sebaliknya. Tubuh Shaka memanas. Tanpa sadar ia sudah membuka dua kancing teratasnya hingga dada bidang nan berotot miliknya terpampang jelas. Dan ya, sesuatu di bawah sana sudah mendesak ingin dikeluarkan dan mencari pasangannya. Sampai di ujung tangga, intuisinya mengatakan bahwa ini tak seharusnya terjadi. Akan tetapi, tubuhnya bereaksi lain. Kakinya terus maju ke arah kamar yang beberapa saat lalu ia tinggalkan. Kamar Mentari.Ia berada di ujung kegelisahan. Bisa saja ia langsung merangsek masuk ketika menemukan pintu kamar Mentari tak terkunci. Tapi hatinya ... hatinya melarang tegas itu semua. Mentari adalah temannya, orang yang dia cintai. Tidak mungkin ia bersikap seperti hewan dan melampiaskan
Baca selengkapnya