BAGIAN 1“Silakan, Bu,” ucapku sembari meletakkan jajanan pasar dan dua cangkir teh melati panas ke atas meja tamu. “Wah, Bu Agit. Menantunya makin cantik aja. Udah gitu, sregep pula. Beda banget sama menantu saya di rumah.” Bu Puji, sahabat ibu mertuaku, mulai memuji. “Lho, tentu, Bu Puji! Istrinya siapa dulu, Faris! Anakku itu berhasil mendidik istrinya, Bu Puji. Dia mampu membimbing Gista hingga bisa jadi istri saleha seperti sekarang ini. Betul kan, Gis?” Ibu mulai meninggikan anaknya. Membuatku hanya bisa tersenyum kecil sambil mengangguk. “Iya, Bu,” sahutku pelan. Tampak, rekahan senyum di wajah tua Ibu makin merona. Aku ikut senang
Terakhir Diperbarui : 2022-01-28 Baca selengkapnya