All Chapters of Terlambat Mencintai Lisa: Chapter 101 - Chapter 110
218 Chapters
Episode 101. Merasa Lebih Kesal
Revin mengatupkan mulutnya saat dia keluar dari kamar. Dia tidak mengira bahwa yang diminta oleh Lisa adalah agar dia tidak menikah dengan Cherrine. Tadinya dia berpikir bahwa Lisa mencoba meminta bagian dari harta Revin.Tetapi walaupun ternyata Lisa hanya meminta hal yang menurutnya tidak begitu penting, tetap saja Revin tidak suka jika Lisa mencoba melunjak dengan mengatur-atur siapa perempuan yang akan dinikahinya.Revin kemudian menuruni tangga untuk menemui orang tuanya. Rasanya kurang leluasa berbicara dengan kedua orang tuanya saat ada Lisa."Revin, apa besok kau akan ikut pemeriksaan tes HIV? Apa kau merasa tidak sehat sampai berencana ikut melakukan pemeriksaan itu?" tanya Renata khawatir saat Revin menghampiri mereka.Revin mendesah. "Aku dan Lisa tidak memiliki penyakit itu. Yang kutahu dia rajin melakukan pemeriksaan diri. Itu sebabnya aku bebas menggaulinya selama ini. Papa dan Mama saja yang konyol. Aku tidak cereboh separah itu. Tapi supaya kalian puas, kami akan tetap
Read more
Episode 102. Calon Istri yang Tepat
"Supaya ini tidak lengket, harus ditaburi tepung dulu, Ma," ucap Lisa saat mereka sedang menyiapkan bahan masakan."Oh begitu? Saya biasanya merendamnya sedikit lebih lama.""Merendamnya juga bisa, tapi seperti ini akan lebih menghemat waktu," ucap Lisa sambil menggerakkan tangannya dengan cepat menaburi tepung."Oh benar juga," gumam Renata.Akhirnya sarapan lezat tersaji di meja makan. Makanan itu dihiasi dengan cantik oleh Lisa."Ini terlihat spesial. Kau seperti koki, Lisa," ucap Renata apa adanya tanpa niat memuji."Mama bisa saja." Lisa tersenyum lembut."Kata Revin kau mengalami morning sickness. Apa tadi pagi kau muntah-muntah?" tanya Renata ingin tahu."Eh?" Mata Lisa sedikit melebar menyadari sesuatu. "Aku tidak muntah tadi pagi, Ma. Mungkin karena..." Lisa tidak melanjutkan. Dia malu mengatakan, mungkin karena Revin memeluknya dengan hangat saat dia tidur. Itu adalah alasan yang konyol bagi Revin. Dan Revin jijik dengan alasan seperti itu."Karena apa? Baguslah kalau kau tid
Read more
Episode 103. Sandiwara Nafa
"Kenapa Erwin harus mengalami nasib yang sama denganku? Kami sama-sama mendapat istri yang tidak beres."Ben menutup matanya saat mengingat hubungannya dengan Kamila."Sudah berapa kali kukatakan! Kuruskan badanmu itu yang sudah seperti ba**bi!" bentak Kamila pada Ben."Iya, aku akan mencoba diet, tapi aku tidak bisa berkonsentrasi kerja kalau lagi lapar, Mila," lirih Ben dengan suara rendah."Alasan! Dasar rakus! Kau membuatku muak!"Hampir setiap hari mereka bertengkar.Saat itu, Ben masih miskin, masih proses meniti masa depan. Lalu Kamila, istri Ben, berselingkuh dengan pria lain yang tampan dan kaya. Begitu perselingkuhannnya ketahuan, bukannya memohon maaf, Kamila malah terang-terangan mengatakan bahwa Ben tidak bisa memuaskannya!"Tiga tahun kita menikah, tapi aku tak juga kunjung hamil! Kau tau kenapa? Itu karena kau impoten!" teriak Kamila dengan air mata berlinang. Seolah Kamila yang paling tersiksa dalam hubungan ini.Sebagai pria, harga diri Ben hancur berkeping-keping.Ben
Read more
Episode 104. Harapan Hendra
Revin mengatupkan mulutnya saat mematikan panggilan. Dia menoleh pada Lisa dan menatapnya tajam."Nick Sialan itu suka berkunjung ke kafemu," ucapnya dengan nada menuduh."Tidak, aku sudah lama tidak bertemu dengannya, Kak," sangkal Lisa cepat. "Tadi siapa yang menelepon? Dan kita akan datang ke mana?" Wajah Lisa penuh tanda tanya bercampur khawatir."Mamamu yang gila itu yang menelepon. Dia mengundang kita makan siang di rumahnya, dan aku menerimanya. Apa kau senang?" tanya Revin dengan nada jijik. Tentu saja ia menyebut Nafa sebagai orang gila. Belum tahu pasti siapa yang mengangkat teleponnya sudah memaki-maki sembarangan.Tetapi tiba-tiba Revin sedikit menyipit saat menyadari sesuatu dalam pikirannya.'Wanita itu tadi memakiku sebagai pelacur sialan. Kalau dia memang benar menebakku sebagai Nick, bukankah harusnya ia menyebutku sebagai gigolo sialan?' Menurut Revin ini agak ganjil, tapi tidak mungkin juga Nafa memaki putri yang sangat ia sayangi seperti itu. Revin kembali menatap
Read more
Episode 105. Mamamu Membencimu
Revin membuka suaranya. "Biar kau tahu, aku tidak mencintai putrimu sama sekali.""Aku tahu. Tapi putriku mencintaimu. Berikanlah dia kesempatan dan buka hatimu sedikit untuknya. Kalian akan memiliki bayi, dan saat kau melihat langsung darah dagingmu nanti kau akan merasa takjub," ucap Hendra membujuk."Aku masih tidak tahu apa janin itu darah dagingku atau bukan.""Lho, bukankah Lisa sudah melakukan tes DNA?" tanya Hendra terkejut. Hendra berpikir bahwa tidak ada keributan berarti masalah tes DNA berjalan dengan baik."Belum. Kandungannya lemah. Dokter melarang untuk melakukan tes DNA. Mungkin di bulan keempat atau kelima baru bisa melakukannya," jelas Revin apa adanya.Setelah makan siang dan berbincang sebentar di ruang keluarga, Revin dan Lisa pun pamit pulang. Saat mereka beranjak dari sofa, Hendra dan Nafa ikut berdiri."Kenapa terburu-buru? Bagaimana kalau kalian menginap malam ini? Bukankah besok hari Minggu?" ucap Hendra sambil merangkul lembut putrinya. Tubuh Lisa yang kurus
Read more
Episode 106. Merasa Diri Munafik
Di tengah malam, Revin menjadi cacing kepanasan. Bagaimana tidak kepanasan? AC ruangan dimatikan. Dia duduk dan membuka kausnya, memampangkan dada berototnya yang seksi."Hah! Gerah!" keluh Revin. Kaus itu digunakannya untuk mengelap seluruh keringat di tubuhnya. Setelah sedikit tenang, matanya menoleh pada Lisa yang sedang meringkuk menghadapnya. Dia menjamah punggung tangan Lisa yang terasa sejuk."Dia masih terasa dingin. Apa ini tidak berbahaya? Sepertinya sejak hamil dia menjadi tidak sehat," ucap Revin dalam hati dengan kening mengerut.Tanpa sadar Revin mengenang masa pertemanannya dengan Lisa. Lisa begitu ceria, manja dan energik. Tubuhnya seksi dan sangat pintar membangkitkan gairahnya. Lisa adalah tempat yang sangat pas untuknya melepas segala penat yang membuatnya stres."Sayangnya ternyata kau adalah wanita penipu yang licik. Kau memanfaatkan rasa percayaku dengan cara yang kotor, menodai pertemanan kita. Aku benar-benar membencimu kalau mengingat bagaimana dirimu sudah mem
Read more
Episode 107. Peribahasa
Lisa bangun dan mendapati Revin bertelanjang dada tanpa memakai selimut. "Pasti Kak Revin kepanasan tadi malam," ucap Lisa dengan rasa bersalah. Dia memakaikan selimut yang saat ini ia pakai ke tubuh Revin, lalu beranjak ke toilet.Saat menyikat gigi, perhatian Lisa teralihkan pada bekas cupang di lehernya. "Apa ini? Seperti bekas....dicium?" ucapnya dalam hati. Lisa menggelengkan kepala atas pikirannya yang ngawur.Setelah menyelesaikan sikat giginya, dia kembali memeriksa lehernya. Ternyata bukan hanya satu, tapi ada beberapa. Semakin diperiksa ke bawah semakin banyak. Di dada lebih banyak! "Apa ini?" Wajah Lisa memerah. "Mana mungkin ini ulah Kak Revin?" gumamnya dalam hati."Ini bekas apa sebenarnya? Tidak ada rasa gatal." Lisa menyentuh bekas-bekas itu. Malah ada bekas yang terasa sedikit perih. Kening Lisa mengerut bingung."Apa ini efek samping obat?" Lisa menggeleng. "Tidak, kenapa cuma di sebelah sini saja ruamnya?"Setelahnya Lisa memakai baju yang lumayan menutupi tubuhnya y
Read more
Episode 108. Di Bandara
"Kau bertanya seolah kau tidak tahu!" Revin tampak kesal."Sudah kuduga dia mencoba untuk mengejekku," ucap Revin dalam hati."Aku sungguh tidak tahu. Aku takut ini efek samping dari obat yang diberikan dokter padaku, tetapi ternyata tidak. Aku merasa lega," ucap Lisa dengan wajah polos. Dia benar-benar merasa lega. Tadi dia sempat sangat khawatir, dan berencana akan berkonsultasi pada Dokter Sinta dan Dokter Inggrid. Tetapi sekarang itu tidak perlu lagi."Berhentilah berbicara omong kosong. Tadi malam jelas-jelas kau yang merayuku. Sekarang tidak ada yang perlu dibahas lagi." Revin langsung masuk ke ruang pakaian meninggalkan Lisa.Lisa mematung dengan kening mengerut, penuh tanda tanya. "Merayunya? Mana mungkin aku berani melakukan itu? Kenapa aku sama sekali tidak ingat apa-apa?""Waktu itu juga, saat Kak Revin menuduhku bertelepon diam-diam karena cekikikan tengah malam. Aku juga tidak bisa mengingat soal cekikikan itu." Lisa memegang pelipisnya yang berdenyut. "Kenapa aku tambah a
Read more
Episode 109 Dia?
Ben terkekeh pelan. Dia merasa lucu melihat ekspresi Alex dan Revin saat menatapnya dengan kejelian tingkat tinggi."Benar, kau benar-benar Ben!" seru Alex saat dia mulai yakin bahwa yang berdiri di hadapannya saat ini memang benar Ben. "Bagaimana bisa kau berubah sedrastis ini?" ucapnya kemudian sambil mendekat ke arah Ben dan menggenggam dua sisi bahunya."Tidak drastis, Kak. Butuh waktu tiga tahun lho," jawab Ben dengan senyuman lebar.Alex menatap wajahnya lekat-lekat. "Kau terlihat sangat tampan, Ben." Alex terpukau. Ben tertawa kecil"Benarkah kau om-ku?" tanya Revin masih meragu. Dia ikut maju selangkah mendekati Ben.Ben menoleh. "Tentu saja aku om-mu!" ucapnya sambil mengacak rambut Revin.Revin menepis tangan Ben. "Berikan kartu identitasmu biar aku percaya!"Alex menggeleng mendengar ucapan Revin. "Masa kau tidak bisa mengenali om-mu sendiri, Revin?""Beda, Pa! Dia sama sekali tidak mirip dengan Om Ben Gendut!" tegas Revin."Apanya yang tidak mirip? Hanya lemaknya sekarang s
Read more
Episode 110. Kau mencintainya?
Ben menatap lekat-lekat perempuan muda yang meletakkan cangkir teh dengan hati-hati di hadapan mereka masing-masing.'Perempuan ini, bagaimana bisa dia ada di sini? Apa dia mengenaliku?' Ben bertanya-tanya dalam hati."Tentu saja kan, Ben!" ucap Alex sambil menepuk pundak Ben, membuat Ben terkesiap."Apa?" sahut Ben dengan wajah agak terperangah."Kau melamun?" tebak Alex. "Belum ada sepuluh menit di rumah, kau sudah melamun. Ck, ck, ck!" Alex menggeleng."Tidak, tadi apa yang barusan Kakak katakan?" tanya Ben."Tadi kita membahas soal kue. Bukankah kau menjaga pola makan?""Iya, tapi tidak masalah jika memakannya dengan ukuran segini." Ben menatap cake di hadapannya."Baguslah kalau begitu," sahut Renata lega."Silakan diminum, Om," ucap Lisa tiba-tiba saat ia meletakkan satu cangkir berisi teh di hadapan Ben. Lisa tersenyum lembut pada Ben membuat bulu kuduk Ben meremang. Ben diam tidak menyahuti Lisa, tapi matanya menatap lekat pada perempuan itu, membuat Revin yang sedari tadi memp
Read more
PREV
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status