Home / Romansa / Pelayan Hati Sang Pangeran / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pelayan Hati Sang Pangeran: Chapter 21 - Chapter 30

120 Chapters

Bab 21

Nawangsih membawa nampan dengan hati senang, bukan karena ingin bertemu dengan pujaan hati melainkan ingin melihat wajah milik Suryawijaya yang tidak pernah ia lihat sebelumnya."Baru sekali bertingkah langsung masuk angin! Ndomas, ndomas."Langkah kaki Nawangsih otomatis berhenti di balik pintu yang terbuka sedikit. Nawangsih bergeming cukup lama dengan kuping yang mendengarkan baik-baik dari kamar Suryawijaya.Iwan mengedarkan pandang, antara melihat Suryawijaya, pasangan suami istri yang mengomeli anaknya dengan tatapan galak dan gadis lugu nan polos seperti Nawangsih, Dyah. Sampai Iwan menyadari ada bayang-bayang aneh di belakang pintu."Gadis yang beruntung, bahkan aku tidak pernah masuk ke kamar ini meski melabeli adik dan pujaan hati." ratap Nawangsih seraya menyunggingkan senyum saat pintu kamar terbuka."Selamat pagi, ndomas."Suryawijaya tak menjawab. Dia tahu Nawangsih akan semakin marah karena Dyah ada didekatnya.Nawangsih memberi hormat sebelum beringsut mundur ke samping
last updateLast Updated : 2022-02-12
Read more

Bab 22

Adhiwiryo melipat koran dengan ekspresi heran saat menyambut kedatangan Dyah di gazebo taman."Anakku, kenapa kamu sudah pulang secepat ini?" tanyanya diselimuti rasa gundah.Dyah tersenyum masam seraya mencium punggung tangan Adhiwiryo."Raden Mas Suryawijaya sedang sakit, ayah. Jadi saya pulang lebih cepat." ucap Dyah setelah menghenyakkan tubuhnya di samping beliau.Dyah menyunggingkan senyum, walau rasa cemas mengintip hatinya pasca percakapan bersama Ibunda Rinjani dan Nawangsih di taman tadi.'Ndomas sakit karena semalam hujan-hujanan, ndoro putri.'Akal sehatnya mendesak untuk bertanya lebih lanjut. Dalam benaknya, itu alasan yang tidak masuk akal saat seorang pangeran hujan-hujanan di tengah malam? Tidak logis! Karena yang ia tahu seorang putra mahkota harus memiliki sifat pandita. Sifat bijaksana, pintar, cendikiawan dan sempurna. Hatinya sempat bertanya dan meminta penjelasan apa yang terjadi, namun tampaknya tadi bukan waktu yang tepat untuk membahas fakta mengejutkan itu."
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more

Bab 23

Nawangsih berdiri di depan tembok yang penuh dengan tempelan pamflet, flayer informasi jawatan atau lowongan pekerjaan termasuk informasi sedot WC yang menghiasi lebih banyak tembok itu. Nawangsih tersenyum simpul, belum pernah ia membuat mural jalanan seakan satu kebebasan akan ia nikmati hari ini."Apa yang harus aku lakukan mas?" tanya Nawangsih bingung.Dendra berkacak pinggang, pura-pura berpikir. "Apa coba?" tanyanya balik, "Proses panjang untuk sebuah mural jalanan, terlihat klise dan sederhana tapi ini prosesnya..."Nawangsih mengerucutkan bibir. "Jadi apa mas? Waktuku hanya sebentar lho." ucapnya dengan manja.Dendra mendesah. "Dibersihkan temboknya, Tania." jawabnya jengah.Nawangsih terkekeh, pantas saja Dendra juga membawa perkakas tukang bangunan. Ternyata tak semudah yang ia bayangkan untuk stress release kali ini.Dendra memberikan masker respirator gas untuk menjaga pernapasan gadis itu agar tetap terjaga."Dipakai!""Gak ada tembok yang lebih bersih mas?""Ada, mau?" D
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more

Bab 24

Nawangsih dan Dendra langsung pontang-panting membereskan barang bawaan mereka. Setelah beres, Dendra menggeber motornya secepat setan menggoda iman manusia."Kalian bercanda?" Suryawijaya membuka mulut dengan berat hati sambil mengamati Nawangsih dan Dendra dari ujung kepala sampai ujung kaki.Nawangsih hanya menarik sudut bibirnya dan menunduk. Sementara cowok bertubuh tinggi disebelahnya membungkuk sedalam-dalamnya kepada Yang Mulia Suryawijaya."Tidak, Raden. Kami serius." Dendra mengatupkan kedua tangannya. Tersenyum samar, merasa geli melihat Suryawijaya yang masih terlihat sama seperti saat terakhir mereka bertemu. Judes."Lalu apa ini?"Kedua rakyat biasa didepannya itu saling berhadapan, bertatapan. Lihatlah Nawangsih, wajah jelita dan kulitnya yang putih tercoreng-moreng cat tembok, kuku yang biasanya bersih dan lentik terlihat seperti habis mencakar-cakar tanah, sementara bajunya kusut, bau dan kotor. Sementara Dendra jangan ditanya, mau tubuhnya dijadikan sebagai objek untu
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

Bab 25

"Katakan, Nawangsih! Bukan hanya anggukan kepala." sergah Suryawijaya.Nawangsih terperangah. Satu detik lalu dia begitu fasih mengatakan cinta kepada Suryawijaya namun pada alam semesta, sekarang hilang entah kemana keberaniannya saat dihadapkan langsung oleh pemilik seluruh kebahagiaannya."Katakan." pinta Suryawijaya, matanya menghangat, "aku menunggu jawaban terbaik darimu, Tania."Jantung hati Nawangsih mulai terbawa suasana. Mungkin waktunya walau tidak tepat. Akhirnya perhatiannya tertuju pada Suryawijaya sepenuhnya.Suryawijaya merasakan sentakan daya tarik yang sama pada sorot mata yang terus menyelaminya."Aku tersihir olehmu, ndomas. Aku mencintaimu. Sungguh." Nawangsih tersenyum.Kesedihan Suryawijaya lenyap, mungkin kata-kata itulah yang mereka butuhkan untuk saling menguatkan.Nawangsih berbalik, tergopoh-gopoh menghampiri eyang Ningrum yang bergeming di depan pohon kamboja. "Eyang." panggilnya dengan suara parau seraya memeluknya.Eyang Ningrum mengusap-usap punggung Naw
last updateLast Updated : 2022-02-16
Read more

Bab 26

"Family values?" Ayahanda bergumam. Sorot matanya seketika melebar, teringat dengan slogan kebanggaan Suryawijaya sejak kecil. Nilai-nilai kekeluargaan yang akan menjadi taktik Suryawijaya untuk tetap menunjukkan rasa kekeluargaannya pada Nawangsih sekarang. Sungguh cerdik, pikirnya.Suryawijaya memberi senyum. "Iya Ayahanda. Jadi, karena Nawangsih adikku, kami bisa bermain bersama seperti waktu kecil. Ayahanda tidak keberatan? Aku kangmas yang baik.."Senyum Suryawijaya merekah dengan begitu lugas sekaligus penuh arti.Ayahanda Kaysan mendadak pucat, seolah oksigen sulit masuk ke dalam alat pernapasannya. Apa ini karma bagiku? pikir Ayahanda Kaysan, berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat teringat sifat kurang ajarnya kepada sang ayahnya dulu."Tunggu sebentar, adik! Biar aku ambilkan tiner dan kapas di ruanganku." Suryawijaya melepas genggaman tangannya.Nawangsih menggeleng, jangan. Dia takut.Suryawijaya tersenyum dan justru mendorong bahu Nawangsih untuk duduk bersimpuh
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more

Bab 27

"Apa yang terjadi, kangmas. Kenapa bisa seperti ini? Apa anak-anakku membuat kegaduhan lagi?" ucap Rinjani khawatir, dahinya berkerut, tangannya mengoleskan minyak kayu putih seraya membelai dada suaminya sampai ke lehernya yang tegang dan hangat."Maafkan saya yang tidak pecus mengurus anak-anak, kangmas. Saya tahu, ada masanya saya menganggap apa yang terjadi saat ini adalah buah dari pemberontak kita kepada Ayahanda dulu. Maafkan saya!" ucap Rinjani dengan menyesal."Berhentilah minta maaf dan teruskan mengurut leherku, Rinjani!" ucpa Ayahanda Kaysan sembari memejamkan mata, menikmati sentuhan sang istri yang ia dambakan sejak dulu. "Teruslah seperti itu. Ini lebih menenangkan!"Ibunda Rinjani memperhatikan wajah suaminya sambil mengangguk, beliau mengurut urat-urat di wajah suaminya yang menegang sebelum mengecup mesra bibir yang membentuk garis lurus itu."Sepertinya ide untuk liburan bersama cukup bagus untuk refreshing, kangmas. Anak-anak pasti merindukan kehangatan kita.""Tida
last updateLast Updated : 2022-02-19
Read more

Bab 28

Rintik-rintik hujan turun membasahi alam semesta, dedaunan bergemerisik tertiup angin ribut. Keneswari menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. Namun baru saja kenyamanan ia rasakan, dering ponsel terus mengganggu waktu istirahatnya."Pagi-pagi udah ada yang ganggu aja, ampun!" desisnya jengkel seraya meraba-raba ponselnya di atas meja. Keneswari membuka mata perlahan."Raden Mas Suryawijaya?" gumam Keneswari, "mau apa dia?"Keneswari mengucek mata seraya menggulir layar ponselnya dan menempelkan ponselnya di pipi kirinya."Selamat pagi, Raden. Sepertinya anda cukup banyak waktu luang hari ini." ujar Keneswari dengan muka malas, tangan kanannya terangkat untuk menutup lubang speaker seraya menguap."Bagaimana kabarmu? Apakah kamu sudah tidak sibuk dengan pekerjaan?" Suryawijaya menahan senyum sembari beranjak dari tepi ranjang. "Rasakan! Aku akan mengganggu kalian semua yang ingin menjadi istriku. Yang sabar masuk list, yang enggak buang. Sesimpel itu menyortir jodoh idaman."
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 29

Suryawijaya menghampiri pria yang kerap memasang raut wajah serius setiap waktu itu seraya menaruh kopi hitam dan sepiring pisang rebus di meja. Suryawijaya memberi hormat."Menurut Ayahanda apakah weton masih menjadi patokan penting dalam menentukan pasangan hidup untuk keluarga kita?" tanya Suryawijaya kalem.Ayahanda Kaysan berhenti membaca buku diary Dalilah seraya melepas kacamatanya."Weton itu memang ramalan dari sejak lama dari masyarakat Jawa yang mempercayai hal itu. Namun itu juga tergantung kepercayaan juga. Kondisinya sekarang juga bisa pro dan kontra. Bisa percaya dan tidak, dan yang bisa kita lakukan adalah menghormatinya. Seperti halnya ilmu titen. Tapi letaknya kesukaran atau kemudahan dalam berumah tangga itu kan berasal dari diri sendiri! Setiap orang pasti berbeda-beda masalahnya dan selalu ada dinamikanya tersendiri."Ayahanda Kaysan meraih cangkir klasik bergambar kembang-kembang, menggumamkan terima kasih seraya meminumnya.Suryawijaya mengangguk setuju. "Itu art
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more

Bab 30

Ayahanda Kaysan keluar dari ruang keluarga dengan wajah pucat seolah habis terserang asma lagi. Wajah manis dan ayu istrinya yang slalu menyambutnya dalam tataran terbaik pun gagal membuat beliau tenang."Ada apa, kangmas? Apa Suryawijaya membuat perkara baru?" Ibunda Rinjani mengamati keresahan yang nampak jelas di wajah suaminya."Putraku ingin memiliki istri lebih dari satu, Rinjani. Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam isi kepalanya, kenapa putraku ingin membangkitkan sesuatu yang saya hindari dulu."Terduduk lemas, Ayahanda Kaysan mengambil segelas air putih dan meminumnya."Suryawijaya harus menerima keputusan besar, jadi apa yang dia katakan adalah bentuk dari rasa kecewanya, mas." Rinjani mengulurkan tangannya, mengusap punggung suaminya yang tak sekekar dulu. "Mengertilah, tidak mudah bagi Suryawijaya untuk menikah dengan gadis yang tidak dia cintai. Apalagi hanya untuk menebus kesalahan kita dimasa lalu. Ini tidak adil dan sebagai orang tuanya, kita sepatutn
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status