Home / Urban / KACAMATA BERDARAH / Chapter 1 - Chapter 7

All Chapters of KACAMATA BERDARAH: Chapter 1 - Chapter 7

7 Chapters

Part (1)

KACAMATA BERDARAHWritten by David KhanzPart 1———————————————————"Sial!" rutuk seorang lelaki di pinggiran jalan begitu turun dari tunggangan kuda besinya. Dia menatap geram pada ban kempis kendaraan tersebut dengan perasaan kesal. Dengkus pria bernama Rehan itu beberapa kali terdengar, lengkap bersama decak kerucut bibirnya yang hitam di dalam kegelapan. Sesaat dia memutar kepala, menyapu pandangan ke sekeliling tempat. Sepi. Karena saat itu waktu sudah hampir menunjukkan pukul sembilan malam. Benar-benar tidak tampak seorang pun manusia berada di sana, terkecuali dia sendiri. Hanya hawa dingin dan kondisi jalanan yang masih basah, usai siang hingga petang tadi diguyur hujan lebat.'Ah, akhirnya ada yang lewat juga,' ucap Rehan di dalam hati begitu mendengar suara deru kendaraan bermotor dari kejauhan. Perlahan sebuah t
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

Part (2)

KACAMATA BERDARAHWritten by David Khanz Part 2———————————————————Tok! Tok! Tok!"Dek, bukain pintu, Dek!" seru Rehan begitu tiba di rumahnya. Wajah lelaki itu tampak pucat pasi disertai dengkus napas cepat turun-naik mengguncang dada, seperti tengah dilanda ketakutan."Dek Shanti!" Kali ini suara Rehan lebih meninggi. "Cepet bukain pintu, Dek!"Sejenak dia melihat-lihat keadaan sekitar. Sunyi. Temaram dari bias lampu-lampu penerangan hunian tetangga dan bohlam pijar kecil tergantung di atas langit-langit teras rumahnya sendiri. Berharap sekali tidak ada yang mengikuti, sejak kabur dari tempat kejadian tadi bertemu dengan sosok tua tersebut.Tidak berapa lama terdengar suara slot kunci pintu rumah diputar dari dalam. Disusul seraut wajah dingin muncul di sana begitu pintu terkuak. "Kupikir kamu gak akan pula
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

Part (3)

KACAMATA BERDARAHWritten by David KhanzPart 3———————————————————Kurang dari pukul delapan, Rehan tiba di kantor seperti biasa bersama Panji. Hari itu terpaksa dia harus membonceng di belakang rekan kerjanya tersebut, karena ban motor Rehan yang kempis tadi malam, ternyata belum sempat ditambal."Maaf, Pak," tutur Panji begitu Rehan datang pagi-pagi sekali ke rumah laki-laki muda tersebut sebelumnya. "Sejak Subuh tadi saya sudah berusaha mendatangi bengkel di depan itu," Panji menunjuk sebuah bangunan kecil tidak jauh dari sana, "tapi gak juga dibukain sama pemiliknya. Jadi saya belum bisa membantu menambalkan ban motor Bapak."Rehan menarik napas panjang. Ada rasa kecewa menikam dada begitu mengetahui kondisi motornya belum kunjung diperbaiki. Akan tetapi di balik itu, dia pun punya perasaan bersalah terkait peristiwa semalam
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

Part (4)

KACAMATA BERDARAHWritten by David KhanzPart 4———————————————————Arga menepuk lengan Rehan. "Han, elu gak apa-apa, 'kan?" tanyanya sambil memperhatikan raut wajah lelaki tersebut.Rehan mengangguk, ragu. Hari ini terasa aneh baginya. Bertubi-tubi malah. Tidak juga sekarang, tapi sedari malam tadi."Gua gak apa-apa, Ga," jawab Rehan usai meyakinkan diri bahwa sosok Arga yang ada di depannya itu nyata. Bukan bentuk halusinasi seperti sebelumnya. "Gua sehat."Arga tersenyum kecut."Elu yakin?" tanya Arga kembali. Ragu. "Ada masalah lagi sama bini elu? Kalo—""Shanti baik-baik saja, kok," tukas Rehan. "Kami berdua gak ada masalah apapun.""Syukurlah," timpal Arga lega, tapi masih tetap menyimpan rasa penasaran melihat kondisi temannya tersebut. "Mungkin ada hal lain yang mau elu ungkapin sama gua,
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

Part (5)

KACAMATA BERDARAHWritten by David KhanzPart 5———————————————————Waktu sudah menunjukkan lewat dari pertengahan malam. Suasana alam nyaris sunyi tanpa suara-suara sebagaimana biasa. Hanya lengking binatang mungil di luar yang tidak pernah mau berhenti menjerit-jerit khas. Beradu tembang bersama nyanyian burung hantu, sesekali turut menyahut.Di saat itu pula, Rehan masih duduk termenung di ruang tengah. Sendirian sambil berpikir tentang benda yang tergeletak kaku di atas meja. Sekali-kali matanya menatap wujud kacamata ajaib tersebut. Benaknya berusaha keras menduga-duga, di tengah kepulan asap rokok yang mengepung memenuhi ruangan.'Dua kali aku coba memakai kacamata itu, di saat bersamaan pula sikap Shanti istriku berubah,' membatin laki-laki berperawakan tinggi berisi itu. Matanya tiba-tiba menyipit dengan sorot tajam, memp
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

Part (6)

KACAMATA BERDARAHWritten by David KhanzPart 6———————————————————"Sudah hampir seminggu ini Pak Danu memperhatikan sikap dan kinerja Anda, Pak Rehan," kata Lina mengawali pertemuan dengan Rehan di ruangannya. "Apakah Anda merasa kurang sehat atau mungkin butuh istirahat kerja?"Laki-laki itu menggeleng."Punya masalah pribadi, mungkin?" Kembali Kepala HRD bertanya.Rehan bingung untuk menjawab. Sejujurnya hampir sepekan ini dia kurang tidur. Kerap kali bermimpi hal-hal menyeramkan dan seperti saling berkaitan satu dengan lain. Entahlah, kehadiran dua sosok makhluk mengerikan berkepala anjing itu selalu datang ke dalam alam lenanya tiap malam. Meneror, menakut-nakuti dengan kalimat ancaman menakutkan."Kauharus memberi kami penghidupan, Anak Manusia," ucap salah satu makhluk tersebut seraya menunjuk-nunjuk wajah R
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

Part (7)

KACAMATA BERDARAHWritten by David KhanzPart 7 -------------------- o0o --------------------"Pak Rehan?"Laki-laki itu terkejut. Sejenak dia mengucek-ucek kedua matanya, lalu fokus menatap sosok yang ada di depan. "Eh, i-iya. A-ada apa, Bu Lina?" tanyanya tergagap-gagap. "Aduh, maaf. S-saya … s-saya …."Perempuan itu melirik sesaat, kemudian mengambil selembar kertas dan memberikannya pada Rehan. "Mengenai obrolan kita kemarin, saya beserta direksi perusahaan sudah melakukan rapat tertutup tentang kinerja pegawai, termasuk Anda tentunya, dan hasilnya memutuskan bahwa—""Saya dipecat, 'kan, Bu?" tanya Rehan lirih.Lina meng
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more
DMCA.com Protection Status