Home / Romansa / Cinta 80 kg / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Cinta 80 kg: Chapter 71 - Chapter 80

96 Chapters

Mom

Irena baru selesai mencuci baju dan menjemurnya. Kemarin burung kesayangan ayahnya dibawa oleh Kakak sepupu. Kasihan tidak ada yang urus, untunglah Kucing hitam miliknya jadi kesayangan Arie, jadi lelaki itu akan mengurusnya setiap pulang kerja. Sementara burung kesayangan Bapak itu, dia tidak terlalu paham cara mengurus dan juga suka teringat pada almarhum Bapaknya. Gadis chubby itu selesai menjemur pakaian dan kini berencana memasak untuk ibunya. Kemarin sebelum Mama Ayuni membelikan hati kambing, katanya bagus untuk anemia. Mama Ayuni sekarang sedang pergi karena ada urusan mendadak. Arie masih tidur sepertinya, dia lembur semalaman. Lelaki itu tidur di kamar bekas kakaknya, Irena selesai memasak dan membuka pintu kamar ibunya. Namun ibunya terlihat lemas dan terjatuh di lantai. "Emak, ada apa." "Pusing. Kepala rasanya berputar." "Tunggu ya Mak, kita ke rumah sakit aja." Namun baru saja Irena hendak membantu ibunya ke kasur. Mak Esih pingsan, Irena lalu me
Read more

comeback home

Keadaan Mak Esih sudah membaik, Dokter benar-benar memperhatikannya. Sekarang tekanan darahnya sudah kembali normal, Irena senang ibunya sudah kembali sehat. Mak Esih sudah bisa kembali ke rumah, wajahnya sudah tidak lagi pucat dan Mama Ayuni menyuruh dia konsultasi dengan psikolog. Sekarang Mak Esih merasa jauh lebih baik, mereka sampai di rumah. Mbak Sri sedang menyapu halaman dan mengumpulkan sampah daun mangga yang berguguran. Arie bisa melihat mobil Fero terparkir di depan rumah. Irena dan Mak Esih berjalan menuju ke rumah dan di depan pintu Hida berdiri sambil tersenyum menyambut kedatangan wanita yang berharga dalam hidupnya itu. Mak Esih tersenyum bahagia, lalu memeluk putranya itu dengan air mata berlinang, dia mencium kepala anaknya dan mengusapnya penuh sayang. Mak Esih duduk di kursi, lalu Hida mencium kaki ibunya dan menangis meraung meminta maaf. Mak Esih tidak kuasa untuk tidak menangis dan tidak membiarkan anaknya itu mencium kakinya. "Nak, udah jangan b
Read more

My family

Mereka bertiga sekarang berada di pemakaman umum, di atas kuburan yang tanahnya masih merah. Sudah empat puluh hari Pak Tatang meninggalkan mereka untuk selamanya, Mak Esih baru saja menutup doanya dan menaburkan bunga di atas pusara sang suami. Diusapnya nama sang suami yang kini tertidur dalam keabadian. Tidak ada lagi canda tawa antara dirinya dan lelaki humoris penuh ceria itu. Irena menutup doanya dan menaburkan sisa bunga, sementara sang kakak masih tergugu dengan air mata berlinang penuh penyesalan. Mak Esih berdiri mengusap pundak sang anak dan berkata," Sudah, Nak yang lalu biarkan berlalu, mari kita hidup seperti dulu, sudah nanti Bapak sedih." Hida mengusap air matanya dan berdiri lalu mengucapkan salam perpisahan pada sang ayah dan berjalan beriringan dengan keluarganya. Mereka sampai di depan gerbang pemakaman, Fero berdiri di depan mobil menunggu mereka selesai berdoa, dia tidak ikut. Dia memberi waktu pada keluarga kekasihnya untuk bersama. Arie tidak iku
Read more

a secret bag 1

Ketiga pemuda itu tepar di tengah rumah, mereka baru menyelesaikan pesanan untuk acara di kafe tempat Irena bekerja. Mereka mengerjakan semua freebies itu sampai jam 10 malam. Irena merapikan kerjaanya dan melihat Fero serta kakanya tertidur, sementara Arie baru saja selesai memesan makan malam. Ibu mereka sudah tidur sejak tadi, "Aku udah pesan makanan,"  "Oke makasih, Kak." "Besok berangkat jam berapa?" tanya Arie. "Jam delapan pagi, aku harus bantuin Mbak Wendy sama Nana beresin kursi dan meja, semalam Mbak Wendy bilang tamunya nambah jadi seratus orang."  "Aku anterin ya."  "Tapi Kakak sibuk."  "Besok libur, nanti aku bantuin."  "Ya, udah kalau emang enggak sibuk," ucap Irena. Tak lama pintu rumah diketuk dan ada suara orang yang mengantarkan makanan. Irena langsung membuka pintu dan membawa makanan ke rumahnya. Dia mencubit pipi Fero dan kakaknya, dia menyuruh mereka bangun. Tak lama keduanya bangu
Read more

a secret bag 2

Irena merasa tubuhnya rontok, para remaja itu benar-benar aktif dan mereka baru menyelesaikan acaranya pukul tiga sore. Semua orang sedang sibuk membereskan kursi dan meja, selesai ini mereka akan langsung pulang saja. Panitia acara menemuinya tadi dan langsung mentransfer biaya pembuatan freebies tadi, lumayan rekeningnya dadakan gendut seperti perutnya. Irena tersenyum, lalu janji akan mentraktir teman-teman karyawan lainnya ayam goreng pedas Korea. Karena mager, dia pun memesan online setelah selesai membersihkan tubuh dan berganti baju mereka makan bersama di kafe. Mbak Wendy hanya melihat sekilas hari ini dan semuanya diserahakan pada Irena.  "Sibuk banget kita." ucap Doni, karyawan kafe yang biasa mengambil shift malam bersama Eki.  "Banget, tapi puji syukur dapat traktiran, eh tadi katanya mereka bakal rekomendasikan kafe ini ke teman-teman mereka yang lain. Wah siap-siap aja kamu dapat tawaran lagi, Ir." kata Eki sambil mencomot ayamnya dan Dina ter
Read more

Accident 1

Setelah pernyataan Arie Lucas, Irena tidak pernah melarang laki-laki itu menunjukkan cara mencintai dirinya. Dia juga tidak mendorongnya pergi, Arie semakin dekat dengannya sama seperti dulu saat masih sekolah. Dia akan memulai semua dari nol. Hida dan Ibunya serta Fero datang malam hari, kondisi Uwak Duleh sudah semakin membaik. Jadilah mereka memutuskan pulang saja. Emak Esih sudah terlihat capek dan segera mengistirahatkan tubuhnya. Fero menginap dan tidur di kamar tamu. "Besok aku akan mengajak kalian makan bersama. Sebagai rasa terima kasih karena sudah bantu aku kemarin. Bagaimana?" ujar Irena pada Hida dan kekasihnya. "Banyak duit ya kamu. Udah enggak apa-apa, enggak perlu begitu. Kita senang aja bantu kamu, kalau emang laku, sebaiknya kamu buka toko online saja. Siapa tahu banyak yang beli." usul Fero."Oh, iya benar juga. Aku coba deh nanti bikin akunnya. Ya semoga aja ya laku keras." ucapnya sambil tertawa kecil. "Amin. Kita semua bakal dukung kamu, engg
Read more

accident 2

Makan malam sudah tersedia di meja, Irena memang belum menerima Arie sepenuhnya namun dia juga tidak menolak saat lelaki itu memberi perhatian. Emak Esih sudah menyiapkan beberapa makanan kesukaan Arie. Arie sangat suka sayur asem, ikan tembang goreng dan sambal. Sudah pukul delapan malam, namun Pria itu belum ada kabar. Apakah dia terjebak macet? Biasanya dia tidak akan terlambat datang. Ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk, Irena segera mengangkatnya. Sebuah nomor tidak dikenal masuk. "Selamat malam, dengan Mbak Irena?" "Ya betul, saya sendiri." "Begini Mbak, kami dari kepolisian. Saudara Arie Lucas mengalami kecelakaan lalu lintas, sekarang sedang ditangani oleh dokter. Kami menelpon Anda karena di ponselnya yang retak terkahir kalinya dia menghubungi nomor ini." "Pak jangan becanda, ini semua enggak benar 'kan?" "Kami tidak becanda Mbak, Mbak silakan cek di rumah sakit Pelita." Irena merasakan tubuhnya lemas tak berdaya, kebetulan
Read more

Don't leave me

Pria itu terbaring di ranjang rumah sakit dengan perban yang melilit di kepalanya, dia masih memejamkan kedua matanya dan sepertinya lama untuk terbangun. Sementara gadis berpipi chubby itu menunggu dengan setia disampingnya menggenggam tangannya dengan erat dan membacakan doa-doa di dalam hati agar pria itu segera sadar. Dia cukup terkejut mendengar fakta dari polisi yang mengatakan jika kecelakaan yang menimpa Arie adalah karena rencana pembunuhan. Irena yakin jika Arie adalah orang yang sangat baik tetapi besar kemungkinan juga musuhnya ada di mana-mana karena dia adalah seorang pengusaha yang sukses dan juga pengacara yang disegani banyak orang. Mungkin banyak orang yang tidak menyukai dia karena kesuksesannya tapi apa yang dilakukan orang itu sangatlah tidak berprikemanusiaan. Sejujurnya dalam hati kecil Irena dia merasa takut jika dia akan kehilangan sosok yang berarti dalam hidupnya setelah sang ayah, jika Ayahnya adalah cinta pertama untuknya maka seorang Arie adalah cinta
Read more

colorful world

Jantung keduanya berdegup kencang, sang gadis merasa memanas wajahnya. Tidak, wajah Arie terlalu dekat dengan wajahnya. Irena ingin mundur namun tangan kekar lelaki itu menahannya, Arie mendekatkan hidungnya yang mancung dan menggeseknya dengan hidung sang gadis. Irena tersenyum, tak lama pintu kamar terbuka, seorang perawat masuk namun saat melihat kedua orang yang berposisi intim itu dia merasa ikut malu. "Anu permisi, saya mau memeriksa pasien." "Ah, silakan suster. Sebentar ... saya akan menyelesaikan dulu membersihkannya." ucap Irena. Dia buru-buru menyelesaikan acara mengelap tubuh Arie dan segera memakaikan lagi baju ke tubuh sang mantan pacar. Tak lama Perawat itu kembali dan memeriksa kondisi Arie, mengganti perban di kepalanya dan sekarang keadaannya jauh lebih baik. "Bisakah saya pulang?" tanya Arie. "Coba nanti tanya Dokter ya, lukanya sudah kering dan sudah membaik." "Saya bosan di rumah sakit." Arie merengut pada Irena dan memainkan tangan sang
Read more

painful honesty

Kedua retina itu menatapnya dengan sendu, penuh rasa penyesalan. Tangannya yang semula berada di bawah, menggenggam tangannya erat. Igna membawanya pergi dari kafe bahkan mocca yang mereka pesan tertinggal di meja tanpa ada satu pun yang berniat meminumnya. Mocca sudah terasa pahit dan berubah jadi americano. Keduanya berada di base camp tempat dulu geng Igna sering berkumpul saat masih memakai baju fakultas tekhnik. Matanya terpejam merasakan angin yang semilir menerbangkan perasaan nostalgia yang mungkin akan dia simpan dan kenang selamanya. Pertama kalinya gadis yang dia cintai dibawa ke sana, dikenalkan pada teman-temannya. Igna mengambil gitar yang ada di sana, tempat itu selalu bersih, karena ada orang yang mereka suruh bersihkan.  "Kak ...." "Tolong, izinkan aku untuk mengenang semua kenangan yang ada di sini bersama teman-temanku, bersama kamu, karena semua akan berubah sebentar lagi."  "Kak, kalau kamu jujur semua akan lebih mudah, hukumanm
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status