Home / Romansa / My Wish / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of My Wish : Chapter 71 - Chapter 80

82 Chapters

70 - Kehancuran

Satu bulan berlalu begitu cepat, tak terasa dan tanpa disadari. Semua berjalan baik-baik saja bagi sebagian orang, namun tidak halnya pada Lorent yang sepertinya mulai tertimpa runtuhan masalah akibat perilakunya yang terlewat batas.Brakk!!"Kau menjual mobil mahalku Fred?" Lorent membanting pintu ruang kerja Fred dengan keras, membuat pria yang memiliki usia tak lagi muda itu terkejut di sela-sela beban pikiran yang menghantui."Bisakah kau datang dengan tenang?" pinta Fred."Kau menyuruhku untuk tenang? Bagaimana bisa aku merasa tenang? Kau menjual mobilku Fred!" Lorent menaikkan nada suaranya."Kau bilang apa? Mobilmu?" Fred terlihat bingung, sangat bingung."Ya! McLaren Saberku, kau menjualnya bangsat!" Lorent mengangkat satu buku besar yang ada dihadapan Fred dan melemparnya begitu saja kearah pria malang itu."Aku yang
Read more

71 - Paksaan

Satu buah kamera diletakkan di atas meja menghadap wajah Audrey dan Steve. Mereka akan kembali membuat video kolaborasi karena para penggemar Steve sangat menyukainya, sayangnya mereka baru dapat melakukannya sekarang karena kepadatan jadwal dari masing-masing pihak.Video kali ini terbilang cukup sederhana, mereka hanya menjawab pertanyaan dari para penggemar yang terus membanjiri kolom komentar di siaran langsung milik Steve."Kekasih? Oh tidak, aku tidak mempunyai kekasih" Steve menjawab salah satu pertanyaan dari ribuan pertanyaan yang tertangkap oleh pengelihatannya."Bagaimana dengan Audrey? Ehm, kurasa Audrey tidak ingin membahas tentang hal ini. Kalian pasti tahu bukan kalau hal ini cukup rancu untuk dibahas?" Steve memperingatkan penggemarnya agar tidak memberi mereka pertanyaan yang berkaitan dengan hal pribadi mereka."Ya, Steve benar" Audrey juga menyetujui hal itu, ia tak ingin Alberth terekspos publik, karena itu akan menyulitkan dirinya nan
Read more

72 - Akhir Dari Segalanya

Plakk!"Jawab aku brengsek! Mengapa kau terus menutup matamu?" Lorent menampar wajah Audrey untuk ketiga kalinya."Kau sedang mempermainkanku?!" Lorent menjambak rambut Audrey dengan sekuat tenaga, anehnya walau menutup mata, Audrey dapat mengetahui bahwa wanita itu sedang berjalan maju menyudutkan dirinya, sehingga gadis itu turut melangkah mundur kearah belakang."Kau akan mati jatuh dari ketinggian jika terus begini! Hey, kau ingin memasukkanku ke dalam penjara?" Lorent mulai panik ketika gadis itu hampir sampai pada sudut pembatas yang rendah, ia mengira Audrey sengaja melakukan hal itu."Sadarlah bodoh!" Lorent menampar Audrey sekali lagi, sehingga secara total gadis itu mendapat empat tamparan, wajah kirinya kini mulai terlihat membiru, tetapi ia terlihat tidak peduli."...10" gumam Audrey mengakhiri hitungannya. Secara perlahan gadis itu mulai membuka matanya, tepat sebelum ia mencapai sudut pembatas yang rendah. Namun, Audrey yang telah mem
Read more

73 - Audrey dan Psikiater

 Lorent dinyatakan meninggal di tempat akibat benturan keras yang menghantam bagian belakang kepalanya, selain itu ia juga mengalami patah tulang terbuka di beberapa bagian tubuhnya, hal inilah yang menyebabkan darah segar membanjiri tempat kejadian perkara.Selain itu, Audrey yang berada di lokasi kejadian saat peristiwa mengerikan itu berlangsung, kini ditetapkan sebagai tersangka utama. Lagi-lagi gadis malang itu harus berurusan dengan hal semacam ini.Di suatu ruangan sempit dengan penerangan minim, Audrey tampak sedang duduk berhadapan dengan seorang lelaki yang tak asing di matanya, psikiaternya. Pihak kepolisian memutuskan hal ini karena Audrey dicurigai memiliki penyakit mental yang belum sembuh sepenuhnya."Begini Audrey, sudah lama kita tidak bertemu, aku pikir kau tidak ada masalah dan dapat menjalani hidup dengan baik. Apa yang sebenarnya terjadi Audrey?" psikiater itu bertanya dengan lembut dan terlihat begitu mengkhawatirkan gadis yang sudah l
Read more

74 - Bebas

-Awal Tahun 2021-Rumah Sakit Jiwa Nasional, London-Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini Audrey kembali memasuki tahun dua ribu dua puluh satu dan sepertinya telah banyak hal yang terjadi di luar sana Audrey lewatkan begitu saja karena gadis malang itu harus mendekam di rumah sakit jiwa milik pemerintah. Seharusnya semua ini tidak akan terjadi karena gadis itu sebenarnya harus mendekam di balik jeruji besi selama dua puluh lima tahun lamanya. Entah apa yang dilakukan psikater dan pengacara yang ia andalkan itu, sebab dipersidangan akhir Audrey sama sekali tidak terbukti bersalah walau ia tetap harus mendekam di rumah sakit jiwa sampai dokter mengijinkan pulang."Kondisimu semakin membaik, kau menghabiskan makananmu hari ini" perawat yang bertugas merawat Audrey memberi tanggapan positif akan perilaku gadis itu akhir-akhir ini."Lantas, apakah aku bisa bebas secepatnya?" Audrey tak ingin berlama-lama berada di tempat ini, baginya, tempat ini
Read more

75 - Rencana Menikah?

Audrey mengangkat sebuah benda kecil berwarna hitam seukuran telunjuk jarinya di hadapan manik matanya. Secara perlahan ia membuka tutup benda tersebut dan memutar bagian bawahnya, ini adalah sebuah pewarna bibir dengan warna merah menyala.Sontak, Audrey jelas menaruh curiga pada Alberth, terutama setelah ia menemukan bukti bahwa kekasihnya sering bertemu dengan para perempuan selama ia berada di rumah sakit jiwa. Benda ini milik siapa? "Itu hadiah buatmu" ucap Alberth secara tiba-tiba."Untukku?" Audrey memincingkan mata, sebab Alberth tahu bahwa Audrey tak menyukai pewarna bibir dengan warna yang terlalu menarik perhatian, merah menyala terlalu berlebihan baginya."Iya, aku membelinya sebelum menjemputmu. Aku mengambil secara acak, kukira aku telah mengambil warna yang tepat, jadi aku membukanya untuk memastikannya, dan ternyata-" ucap Alberth yang tidak diketahui kebenarannya."Baiklah kalau ini memang untukku, terima kasih" Audrey memaks
Read more

76 - Kelakuan

Audrey mengangkat sebuah benda kecil berwarna hitam seukuran telunjuk jarinya di hadapan manik matanya. Secara perlahan ia membuka tutup benda tersebut dan memutar bagian bawahnya, ini adalah sebuah pewarna bibir dengan warna merah menyala.Sontak, Audrey jelas menaruh curiga pada Alberth, terutama setelah ia menemukan bukti bahwa kekasihnya sering bertemu dengan para perempuan selama ia berada di rumah sakit jiwa. Benda ini milik siapa? "Itu hadiah buatmu" ucap Alberth secara tiba-tiba."Untukku?" Audrey memincingkan mata, sebab Alberth tahu bahwa Audrey tak menyukai pewarna bibir dengan warna yang terlalu menarik perhatian, merah menyala terlalu berlebihan baginya."Iya, aku membelinya sebelum menjemputmu. Aku mengambil secara acak, kukira aku telah mengambil warna yang tepat, jadi aku membukanya untuk memastikannya, dan ternyata-" ucap Alberth yang tidak diketahui kebenarannya."Baiklah kalau ini memang untukku, terima kasih" Audrey memaks
Read more

77 - Sifat Asli

"Mungkin itu merupakan sifat aslinya" Marlyn memberi tanggapan setelah mendengar kisah yang diceritakan oleh Audrey."Benar, aku setuju dengan hal itu" terlihat pula Steve ikut mengeluarkan pendapatnya.Mereka bertiga kini tengah berkumpul untuk menikmati waktu minum teh, hal ini bukan merupakan pertama kalinya, bahkan sebelum Audrey terlibat suatu kasus pun, mereka sudah pernah berkumpul beberapa kali. Fakta uniknya adalah Steve ternyata merupakan keponakan dari Marlyn. Hal ini sudah diketahui oleh Audrey lebih awal melalui cerita dari Marlyn."Apakah ia pernah mengatakan kata-kata tak pantas kepadamu?" Steve kembali bertanya."Ehm, sepertinya tidak. Dia hanya membentakku dan berteriak keras. Lelaki itu bahkan belum pulang ke rumah, ini sudah hari ke tiga" gadis itu menekuk wajahnya, ia tak tahu harus berkeluh kesah kepada siapa selain pada Marlyn dan Steve teman barunya."Kau tak menghubunginya?" tanya Marlyn penuh selidik,  juj
Read more

78 - Hal Baru

Situasi kembali pada Alberth dan Audrey yang sedang berada dalam posisi canggung. Masing-masing dari mereka terus saja membungkam mulut, sehingga tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut mereka.Situasi ini terjadi cukup lama sampai mereka tiba di apartement yang mereka tinggali. Audrey yang merasa takut, bergegas untuk pergi ke kamar kecil guna menghindari tatapan Alberth, sementara lelaki itu sepertinya hendak membicarakan sesuatu dengan kekasihnya.Alberth yang terus mengikuti Audrey kini terpaksa harus menghentikan langkahnya ketika gadis itu mengunci pintu kamar kecil rapat-rapat. Setelah itu terdengar suara air yang mengalir dari keran. Alberth yang entah sedang memikirkan apa kemudian membuka ponselnya. Ia terlihat sedang mengetik suatu pesan kemudian keluar tuk berbincang dengan seseorang melalui ponsel yang ada digenggamannya.Waktu terasa berjalan begitu lambat, Audrey yang dapat meredakan rasa takutnya kini mulai memberanikan diri unt
Read more

79 - Terulang Kembali

- London, 1 Februari 2021 -Beberapa minggu telah berlalu, Audrey kini menekuni pekerjaan yang sama seperti Steve, selain karena tidak adanya panggilan untuk pemotretan, Audrey merasa bahwa ia lebih menyukai pekerjaan sederhana ini.Tanggal satu bulan februari tahun dua ribu dua puluh satu, akhirnya, gadis ini sampai juga di hari yang paling sial bagi hidupnya di kehidupan lalu. Audrey kembali merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh lima. Namun situasi lalu dan sekarang sangat berbeda jauh, jika pada waktu itu Audrey berniat untuk mengakhiri hidupnya di kamar kost yang sempit, Audrey kini merasa sedikit lebih bahagia dan tinggal di apartemen mewah. Entah apakah ini semua nyata atau tidak, kehidupan baru yang ia jalani terasa hampir sempurna sejauh ini.Pagi ini, Audrey tengah menggunakan pakaian yang sedikit terbuka di bagian atasnya, tak hanya itu ia juga merias tipis wajahnya agar tak nampak seperti mayat hidup. Setelah itu, Audrey segera memposisikan
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status