Home / Fantasi / GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU: Chapter 41 - Chapter 50

265 Chapters

BAB 41

"Awaann tolongin Reenn...", teriak wanita tersebut lirih.Kenapa ia memanggil namaku ? apa ia mengenalku ? R-e-n. Hah! ia adalah Renata. Aku kan kesini mau menolongnya. Aku melangkah gontai kearah Ren tanpa memikirkan semua yang ada di sekitarku."Kenapa kaliam diam saja! Cepat Bunuh dia!" teriak Bagas pada anak buahnya.Bughhhh bughh bummmmPukulan silih berganti masuk ke tubuhku. Tapi!, lagi – lagi aku tidak merasakan sakit sama sekali."Tidaaakk Awaann, jangan! hentikaann", terdengar teriakan Ren penuh duka.Kenapa ia berteriak seperti itu ? kenapa Ren menangis ? apa karena orang – orang yang menyerangku ini ? bangsat, kalian berani membuat Ren menangis.BummmmAku melayangkan sebuah pukulan kuat pada orang yang menyerangku.Kaget dengan serangan balasanku secara tiba – tiba, membuat yang lainnya terpana. Namun dengan cepat aku melayangkan pukulan ke arah teman di sebelahnya.BughhhhhKepalanya sampai berputar kearah kiri karena tinju kananku.Bumm bummmAku menghajar dua teman lain
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

BAB 42

Aku melihat ke arah Renata, tampak wajahnya yang pias dan ketakutan melihat ke arahku, astaga apa yang telah kulakukan ?, pikirku cemas. Aku melihat kesekeliling ruangan, tampak Bowie dan lima orang lainnya terbaring di lantai dengan kondisi yang menggenaskan, darah berceceran dimana – mana. Apa ini semua aku yang melakukannya ?, sesalku. Aku merasa seperti dejavu, terakhir aku kehilangan kuasa diri begini saat menyelamatkan Annisa ketika akan di perkosa waktu itu. Tapi, dulu ada kakek yang datang tepat waktu, sehingga aku tidak sampai membunuh orang waktu itu. "ARRRGGGHHHHHHH...", teriakku coba mengambil alih kesadaran. Belum puas, aku melampiaskan seluruh emosi tersisa dengan pukulan kuat kearah dinding. Bruaakkkkkkk Dinding ruangan tersebut sampai berlubang. Aku merasa lega, perlahan aku bisa menguasai kembali kesadaranku sepenuhnya. Aku mendekati Ren, dia seperti ketakutan ketika aku mendekatinya. Perasaanku sangat hancur melihat kondisi Ren seperti itu, pakaiannya nyaris ter
last updateLast Updated : 2021-11-18
Read more

BAB 43

POV Awan Aku berada di tengah – tengah kegelapan, rasanya lumayan lama aku terbaring di suatu tempat yang lumayan keras dan sedikit basah. "Dimana aku ?", kataku pelan sambil mengerjap – ngerjapkan mata melihat ke sekeliling. Aku berada di tengah – tengah hutan. Terdengar suara malam di seantero hutan. Mulai dari suara khas burung hantu, kumbang malam, bahkan dari kejauhan terdengar ada lolongan suara serigala melolong tinggi. Astaga, aku baru ingat. Ini adalah memory ketika aku akan menyelesaikan latihan yang diberikan oleh Angku. (Angku=kakek) saat usiaku baru menginjak 16 tahun. Dalam sejarah keluarga besarku, ketika seorang anak laki – laki genap berusia 18 tahun, maka ia wajib melewati sebuah ujian tapa dan tarung di hutan larangan. Namun entah kenapa saat usiaku baru 16 tahun, Angku memaksaku untuk menghadapi ujian ini. Angku berfirasat kalau usianya sudah tidak akan lama lagi, sehingga dia mengajarkan semua yang dia bisa. Sebenarnya sangat besar resikonya dalam menghadapi uji
last updateLast Updated : 2021-11-18
Read more

BAB 44

POV Renata. Lama kupandangi wajah Awan. Tubuhnya penuh luka demi menyelamatkanku. Hari ini, tepat 4 hari sudah setelah kejadian naas itu, kejadian yang hampir merenggut kehormatanku. Masih lekat diingatanku, ketika Bowie dan komplotan nya menculikku dengan paksa saat berada di depan sekolah. Suatu hal yang tidak kuduga sama sekali, kalau Bowie bisa berbuat senekat itu. Akibat kenekatannya itu, hampir saja merenggut kehormatanku dan mencelakai orang yang sangat kusayangi. Saat menegangkan itu, aku hanya teringat akan satu nama, Awan!. Aku membayangkan sebuah hal buruk yang benar – benar akan membuatku malu seumur hidupku dan yang paling kutakutkan, kalau aku tidak akan sanggup lagi menatap wajah Awanku. Dan di saat genting – genting itu, aku hanya bisa berteriak di dalam hati, Awan, tolong selamatkan aku. Entah karena doaku atau memang takdir yang masih berpihak padaku, di saat – saat kritis tersebut. Awan benar – benar datang menyelamatkanku, di saat aku benar – benar putus asa denga
last updateLast Updated : 2021-11-18
Read more

BAB 45

Keesokan harinya pasca kejadian, kuperhatikan Awan masih saja belum sadar dari pingsannya. Entah apa yang terjadi dengannya di alam bawah sadarnya, walau ia seperti orang tertidur, tapi sesekali kuperhatikan ia tampak gelisah seperti orang yang sedang mengalami mimpi buruk. Beberapa kali kucoba untuk mebangunkannya, tapi sampai saat ini ia masih belum juga sadar. Om Joe menepati janjinya, pagi ini ia juga datang menjenguk Awan. Tidak hanyak menjenguk, mungkin lebih tepatnya mengobati Awan. Karena pagi ini kuperhatikan ia mengoleskan sebuah cairan, entah apa. Kata om Joe itu adalah obat untuk mengobati luka luar dan dalam. Dan memang jika kuperhatikan, beberapa luka luar di tubuh Awan tampak cepat mengering. Sepertinya Om Joe sangat berpengalaman dalam mengobati luka luar seperti apa yang di derita oleh Awan saat ini. Om Joe hanya sebentar mampir, tidak lama setelah kepergian om Joe banyak dari teman – teman sekolah serta beberapa orang guru yang mampir menjenggukku. Menurut pihak sek
last updateLast Updated : 2021-11-18
Read more

BAB 46

Setelah kepergian teman – temanku, aku naik kelantai atas. Rencananya mau melihat Awan terlebih dahulu, tapi baru kakiku menginjak tangga paling atas, kembali bel pintu depan kembali berbunyi. Loh, kok balik lagi, apa ada yang ketinggalan ya. pikirku heran, karena kukira teman – temanku kembali. "Loh, mamah ?", ucapku kaget begitu membuka pintu, ternyata mamah yang datang. "Hmnn anak gadis mamah", kata mamah sambil memelukku. Kami berpelukkan beberapa saat. "Loh, papah sama Ibu kok gak pulang mah ?", tanyaku heran. Baru kusadari hanya Mama yang datang seorang diri. "Hmnn, kebiasaan!. Mama datang bukannya di layani dulu, malah ditanya – tanya", kata Mama sambil melangkah ke dalam rumah. "Ihh mama mah gitu", kataku manja sambil mengikuti langkah Mama keruang tamu. Begitu duduk diruang tamu lama Mama menatapku lekat. "Kamu gak apa – apakan sayang ?", tanya Mama tiba – tiba, aku baru ingat kalau om Joe sudah menceritakan detail kejadian kemaren. "Iyah, gak apa – apa Mah", kata ku d
last updateLast Updated : 2021-11-19
Read more

BAB 47

Hari kedua, beberapa sahabatku datang dengan teman – teman kelasnya Awan. "Kak Nataaa... " Sapa Karin dan Irene. Mereka ini juniorku di ekskul musik sekolah. Selanjutnya diikuti oleh teman – teman kelas Awan yang lainnya menyalamiku. "Maaf yah kak, baru kesini. Tadi kita kita ke Rumah Sakit dulu, menjenguk Radit. Itu loh yang ikut bantuin Awan nyelamatin kak Nata kemarin", kata Irene. Oh iya, aku baru ingat kalau kemarin Awan datang menyelelamatkanku dibantu oleh temannya. Karena terlalu fokus sama Awan aku sampai terlupa kalau ada teman Awan lainnya yang ikut membantunya waktu itu. "Astaga, terus gimana keadaannya sekarang dek ?", tanyaku cemas. "Udah agak apa – apa kok kak, Radit juga sudah sadar. Paling besok sudah bisa kembali masuk sekolah", jawab Irene lagi. "Beneran Awan tinggal bareng kak Renata ?" "Tapi mereka beneran pacaran kan ?" "Wuih gak nyangka yah, Awan tinggal serumah ma Kak Renata ?" "Atau jangan – jangan mereka..." Terdengar bisik – bisikan dari beberapa tem
last updateLast Updated : 2021-11-19
Read more

BAB 48

POV Renata Aku sedikit heran dengan sikap Irene siang tadi, entah kenapa ia seperti menyembunyikan sesuatu dariku. "Irene, kamu gak masuk menjenguk Awan ?", tanyaku heran, karena melihatnya malah ikut ngumpul bareng aku dan yang lainnya di ruang tamu yang ada di bawah. Aku maklum kalau mereka teman – teman Awan, sehingga aku memberi waktu pada mereka tanpa mendampingi ke dalam kamar Awan, aku percaya sepenuhnya pada mereka, apalagi ada Irene yang ada disana, tapi karena Irene turun ke bawah bergabung bersama kami diruang tamu, jadi aku sedikit heran padanya. "Eh.. g.. gak!. Hmmnn.. maksudnya udah kak Nata. Sekarang biar yang lain dulu yang lihat Awan", katanya sedikit gugup. "Mang siapa yang masih di kamar Awan ?", tanyaku sedikit heran, karena kebanyakan teman – teman kelasnya Awan sudah pada turun setelah melihat Awan di kamarnya. "Itu kak, si Karin dan yang lainnya", katanya dengan senyum yang agak di paksakan. Ooh, aku jadi sedikit lega mendengarnya. Kupikir lima orang siswi
last updateLast Updated : 2021-11-19
Read more

BAB 49

POV Author Hari keempat, saat sore hari menjelang waktu maghrib. Awan terlihat gelisah dalam ketidak sadarannya. Berulang kali ia memanggil ia berteriak tidak jelas serta nafas terlihat sesak dan berat, sepertinya di alam bawah sadarnya ia bermimpi buruk dan mengerikan. Renata terlihat cemas, karena tidak biasanya Awan mengigau seperti itu. Ia mendekati Awan sambil mencoba membangunkannya kembali. "Awan, ini aku, Ren", katanya berbisik sambil memegang telapak tangan Awan erat. Namun masih belum juga terlihat tanda – tanda kesadaran Awan, selanjutnya Awan mengigau tidak jelas kembali, dengan keringat bercucuran di keningnya. "Mbak Inaahh, Mbaakkk Surttiii", panggil Ren panik. Inah yang kebetulan berada diruang bawah, langsung menghampiri Renata yang ada di Kamar Awan. "Ada apa non ?", tanya Inah kaget melihat Renata yang memegangi tangan Awan, sementara tubuh Awan sudah basah oleh keringat. "Awan mbakk..", kata Renata panik. "Mas Awannya kenapa Non ?", tanya Inah yang ikutan pan
last updateLast Updated : 2021-11-19
Read more

BAB 50

"Yah aku juga lah", kata Renata tersenyum jahil. "Eh serius ?", kata Awan agak panik membayangkan bagian paling pribadinya sudah di lihat dan dipegang – pegang oleh Renata, sulit rasanya membayangkannya. "Hihiiiii", terdengar tawa dari Inah yang berdiri di belakang Ren. "Masnya percaya aja di bohongin Non Ren begitu mah, hehehe", lanjut Inah sambil tertawa. "Jadi yang benar gimana toh ?", tanya Awan bingung. "Bagian 'itu'nya, pak Usman yang bersihin Mas", lanjut Inah lagi menambahkan. Oh syukurlah, gak kebayang bagi Awan jika Renata yang membersihkan 'anu'nya, mending kalau lagi sadar, ini pas dia lagi gak sadar, wkwkwk. "Kok lega begitu wajahnya! Mang gak suka yah kalau seandainya aku yang bersihin 'itu'nya ?", kata Ren sedikit jutek. Lalu memasukan handuk yang habis dipakai membersihkan keringat Awan ke dalam ember kecil. "Maunya sihh", kata Awan tersenyum nakal menggoda Ren. "Ih masnya nakal juga ternyata, hahaha", sela Inah. Anjiirr lupa kalau masih ada Inah disini, pikir
last updateLast Updated : 2021-11-20
Read more
PREV
1
...
34567
...
27
DMCA.com Protection Status