Share

BAB 44

Author: sutan sati
last update Last Updated: 2021-11-18 18:11:55
POV Renata.

Lama kupandangi wajah Awan. Tubuhnya penuh luka demi menyelamatkanku. Hari ini, tepat 4 hari sudah setelah kejadian naas itu, kejadian yang hampir merenggut kehormatanku. Masih lekat diingatanku, ketika Bowie dan komplotan nya menculikku dengan paksa saat berada di depan sekolah. Suatu hal yang tidak kuduga sama sekali, kalau Bowie bisa berbuat senekat itu. Akibat kenekatannya itu, hampir saja merenggut kehormatanku dan mencelakai orang yang sangat kusayangi.

Saat menegangkan itu, aku hanya teringat akan satu nama, Awan!. Aku membayangkan sebuah hal buruk yang benar – benar akan membuatku malu seumur hidupku dan yang paling kutakutkan, kalau aku tidak akan sanggup lagi menatap wajah Awanku. Dan di saat genting – genting itu, aku hanya bisa berteriak di dalam hati, Awan, tolong selamatkan aku. Entah karena doaku atau memang takdir yang masih berpihak padaku, di saat – saat kritis tersebut. Awan benar – benar datang menyelamatkanku, di saat aku benar – benar putus asa denga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 45

    Keesokan harinya pasca kejadian, kuperhatikan Awan masih saja belum sadar dari pingsannya. Entah apa yang terjadi dengannya di alam bawah sadarnya, walau ia seperti orang tertidur, tapi sesekali kuperhatikan ia tampak gelisah seperti orang yang sedang mengalami mimpi buruk. Beberapa kali kucoba untuk mebangunkannya, tapi sampai saat ini ia masih belum juga sadar. Om Joe menepati janjinya, pagi ini ia juga datang menjenguk Awan. Tidak hanyak menjenguk, mungkin lebih tepatnya mengobati Awan. Karena pagi ini kuperhatikan ia mengoleskan sebuah cairan, entah apa. Kata om Joe itu adalah obat untuk mengobati luka luar dan dalam. Dan memang jika kuperhatikan, beberapa luka luar di tubuh Awan tampak cepat mengering. Sepertinya Om Joe sangat berpengalaman dalam mengobati luka luar seperti apa yang di derita oleh Awan saat ini. Om Joe hanya sebentar mampir, tidak lama setelah kepergian om Joe banyak dari teman – teman sekolah serta beberapa orang guru yang mampir menjenggukku. Menurut pihak sek

    Last Updated : 2021-11-18
  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 46

    Setelah kepergian teman – temanku, aku naik kelantai atas. Rencananya mau melihat Awan terlebih dahulu, tapi baru kakiku menginjak tangga paling atas, kembali bel pintu depan kembali berbunyi. Loh, kok balik lagi, apa ada yang ketinggalan ya. pikirku heran, karena kukira teman – temanku kembali. "Loh, mamah ?", ucapku kaget begitu membuka pintu, ternyata mamah yang datang. "Hmnn anak gadis mamah", kata mamah sambil memelukku. Kami berpelukkan beberapa saat. "Loh, papah sama Ibu kok gak pulang mah ?", tanyaku heran. Baru kusadari hanya Mama yang datang seorang diri. "Hmnn, kebiasaan!. Mama datang bukannya di layani dulu, malah ditanya – tanya", kata Mama sambil melangkah ke dalam rumah. "Ihh mama mah gitu", kataku manja sambil mengikuti langkah Mama keruang tamu. Begitu duduk diruang tamu lama Mama menatapku lekat. "Kamu gak apa – apakan sayang ?", tanya Mama tiba – tiba, aku baru ingat kalau om Joe sudah menceritakan detail kejadian kemaren. "Iyah, gak apa – apa Mah", kata ku d

    Last Updated : 2021-11-19
  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 47

    Hari kedua, beberapa sahabatku datang dengan teman – teman kelasnya Awan. "Kak Nataaa... " Sapa Karin dan Irene. Mereka ini juniorku di ekskul musik sekolah. Selanjutnya diikuti oleh teman – teman kelas Awan yang lainnya menyalamiku. "Maaf yah kak, baru kesini. Tadi kita kita ke Rumah Sakit dulu, menjenguk Radit. Itu loh yang ikut bantuin Awan nyelamatin kak Nata kemarin", kata Irene. Oh iya, aku baru ingat kalau kemarin Awan datang menyelelamatkanku dibantu oleh temannya. Karena terlalu fokus sama Awan aku sampai terlupa kalau ada teman Awan lainnya yang ikut membantunya waktu itu. "Astaga, terus gimana keadaannya sekarang dek ?", tanyaku cemas. "Udah agak apa – apa kok kak, Radit juga sudah sadar. Paling besok sudah bisa kembali masuk sekolah", jawab Irene lagi. "Beneran Awan tinggal bareng kak Renata ?" "Tapi mereka beneran pacaran kan ?" "Wuih gak nyangka yah, Awan tinggal serumah ma Kak Renata ?" "Atau jangan – jangan mereka..." Terdengar bisik – bisikan dari beberapa tem

    Last Updated : 2021-11-19
  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 48

    POV Renata Aku sedikit heran dengan sikap Irene siang tadi, entah kenapa ia seperti menyembunyikan sesuatu dariku. "Irene, kamu gak masuk menjenguk Awan ?", tanyaku heran, karena melihatnya malah ikut ngumpul bareng aku dan yang lainnya di ruang tamu yang ada di bawah. Aku maklum kalau mereka teman – teman Awan, sehingga aku memberi waktu pada mereka tanpa mendampingi ke dalam kamar Awan, aku percaya sepenuhnya pada mereka, apalagi ada Irene yang ada disana, tapi karena Irene turun ke bawah bergabung bersama kami diruang tamu, jadi aku sedikit heran padanya. "Eh.. g.. gak!. Hmmnn.. maksudnya udah kak Nata. Sekarang biar yang lain dulu yang lihat Awan", katanya sedikit gugup. "Mang siapa yang masih di kamar Awan ?", tanyaku sedikit heran, karena kebanyakan teman – teman kelasnya Awan sudah pada turun setelah melihat Awan di kamarnya. "Itu kak, si Karin dan yang lainnya", katanya dengan senyum yang agak di paksakan. Ooh, aku jadi sedikit lega mendengarnya. Kupikir lima orang siswi

    Last Updated : 2021-11-19
  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 49

    POV Author Hari keempat, saat sore hari menjelang waktu maghrib. Awan terlihat gelisah dalam ketidak sadarannya. Berulang kali ia memanggil ia berteriak tidak jelas serta nafas terlihat sesak dan berat, sepertinya di alam bawah sadarnya ia bermimpi buruk dan mengerikan. Renata terlihat cemas, karena tidak biasanya Awan mengigau seperti itu. Ia mendekati Awan sambil mencoba membangunkannya kembali. "Awan, ini aku, Ren", katanya berbisik sambil memegang telapak tangan Awan erat. Namun masih belum juga terlihat tanda – tanda kesadaran Awan, selanjutnya Awan mengigau tidak jelas kembali, dengan keringat bercucuran di keningnya. "Mbak Inaahh, Mbaakkk Surttiii", panggil Ren panik. Inah yang kebetulan berada diruang bawah, langsung menghampiri Renata yang ada di Kamar Awan. "Ada apa non ?", tanya Inah kaget melihat Renata yang memegangi tangan Awan, sementara tubuh Awan sudah basah oleh keringat. "Awan mbakk..", kata Renata panik. "Mas Awannya kenapa Non ?", tanya Inah yang ikutan pan

    Last Updated : 2021-11-19
  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 50

    "Yah aku juga lah", kata Renata tersenyum jahil. "Eh serius ?", kata Awan agak panik membayangkan bagian paling pribadinya sudah di lihat dan dipegang – pegang oleh Renata, sulit rasanya membayangkannya. "Hihiiiii", terdengar tawa dari Inah yang berdiri di belakang Ren. "Masnya percaya aja di bohongin Non Ren begitu mah, hehehe", lanjut Inah sambil tertawa. "Jadi yang benar gimana toh ?", tanya Awan bingung. "Bagian 'itu'nya, pak Usman yang bersihin Mas", lanjut Inah lagi menambahkan. Oh syukurlah, gak kebayang bagi Awan jika Renata yang membersihkan 'anu'nya, mending kalau lagi sadar, ini pas dia lagi gak sadar, wkwkwk. "Kok lega begitu wajahnya! Mang gak suka yah kalau seandainya aku yang bersihin 'itu'nya ?", kata Ren sedikit jutek. Lalu memasukan handuk yang habis dipakai membersihkan keringat Awan ke dalam ember kecil. "Maunya sihh", kata Awan tersenyum nakal menggoda Ren. "Ih masnya nakal juga ternyata, hahaha", sela Inah. Anjiirr lupa kalau masih ada Inah disini, pikir

    Last Updated : 2021-11-20
  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 51

    POV Awan "Sudah bangun toh ?", tanya seorang pria ketika aku bangun dari tidur. Aku ingat dia adalah orang yang bertarung denganku terakhir ketika menyelamatkan Ren tempo hari. Aku sedikit terkesiap, dan terbangun. "Tidak usah kaget begitu. Saya hanya memeriksa kondisi kamu kok", katanya tersenyum ramah padaku. Aku lihat, di bagian dadaku yang sebelumnya masih sedikit terasa sakit, ada olesan seperti cairan yang sangat familiar bagiku. Ini seperti obat yang dulu sering di kasih Angku (kakek) kalau aku terluka atau cidera. "ini...", kataku agak ragu sambil melirik tempat cairan obat yang di olehkan oleh orang tersebut di dadaku. "Jangan khawatir, itu obat penyembuh luka", katanya sambil duduk di sofa kamarku. Di dalam kamar hanya ada kami berdua, tidak kulihat Ren, ketika kulihat jam di meja samping tempat tidurku, ternyata sudah jam 8 pagi. Ada beberapa jam aku tertidur rupanya, mungkin karena baru bisa tertidur menjelang subuh sampai – sampai tidak kusadari ada orang lain yang m

    Last Updated : 2021-11-20
  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 52

    POV AwanPagi ini ku terbangun dengan perasaan yang tidak enak, setelah apa yang terjadi kemarin membuat hubunganku dengan Ren menjadi serba canggung. Bahkan sejak semalam, Ren tidak menyapaku sama sekali. Yah, mungkin ini lah yang terbaik bagi kami berdua untuk saat ini. Aku harus belajar untuk introspeksi diri, bukan karena apa yang diucapkan Ren bersama teman – temannya tempo hari. Justru karena apa yang di ucapkan Ren waktu itu membuatku sadar akan suatu hal yang penting, Ren dan statusku!.Mungkin bisa saja Ren benar – benar tulus dengan perasaannya padaku, tapi apa yang akan dipikirkan oleh orang lain tentang dirinya. Seorang anak konglomerat berhubungan dengan seorang anak pembantu. Gila! Aku tidak sanggup membayangkan Ren yang akan menjadi malu karena statusku ini. Jika aku dan Ren memang ditakdirkan untuk berjodoh di kehidupan ini, paling tidak aku harus bisa memantaskan diri untuknya. Untuk itu, aku harus berhasil dulu agar statusku bisa sebanding dengannya kelak, agar orang

    Last Updated : 2021-11-20

Latest chapter

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 265

    Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 264

    "Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 263

    "Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 262

    "Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 261

    "Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 260

    Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 259

    Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 258

    2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 257

    Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan

DMCA.com Protection Status