“Di tanah yang tandus kekurangan air, retak berpola tercipta.” ***** Tahun yang kering kerontang kala itu, tahun yang membawa seorang lelaki pada kenangannya yang pahit. Kata Ayah, orang yang pertama kali menyambutnya dengan adzan, tangannya yang lembut tidak cocok untuk memainkan alat musik. Kata Ibu, perempuan pertama yang memberinya kehidupan, wajah tampannya dilahirkan bukan untuk mengemis perhatian orang-orang dengan tampil di depan panggung mengalunkan lirik. Beserta kata mereka, nama belakangnya hanya pantas jika disandingkan dengan jas, kemeja, dasi, sepatu pantofel hitam mengkilat dan rambut klimis. Jevian memejamkan kembali kedua matanya kala memori itu terus berputar. Sekarang hidupnya sudah mapan dan bisa dianggap sempurna. Namun sempurna bukan berarti bahagia, karena jauh di dalam sana, rasanya masih koson
Read more