All Chapters of Pendekar Pedang Api: Chapter 41 - Chapter 50

167 Chapters

Ch. 41 - Tempat Berburu

Burung-burung yang bertengger di pepohonan beterbangan saat kegaduhan terjadi. Seekor rusa malang tak sengaja berpas-pasan dengan singa itu. Dia dikejar tanpa ampun, usahanya untuk melarikan diri gagal. Xiao Long hanya bisa menyaksikan bagaimana siluman itu mencabik-cabik isi perut mangsa, semenjak tinggal di hutan rasanya darah dan daging yang berserakan sudah tidak semengerikan dulu. Seperti saat Xiao Long melihat seorang laki-laki hancur akibat jatuh dari ketinggian jurang.Lama ditatapnya siluman itu hingga akhirnya dia pergi dari sana, lebih tepatnya kembali ke sarangnya yang berada di sekitar pinggiran sungai di hutan bagian barat. Xiao Long tak pernah ke sana, tapi dia yakin binatang dan hewan-hewan di sana telah berkurang karena dimakan oleh penguasa hutan ini. Dia mengendap-endap untuk pergi ke danau lalu segera menceburkan diri ke dalam danau tersebut.Berenang hingga ke permukaan danau pun, Xiao Long hanya mendapatkan satu ikan. Selainnya hanya ikan-ikan kec
Read more

Ch. 42 - Tarung yang Tak Terhindarkan

Apa yang dikatakan Dou Jin benar. Xiao Long hanya membaca dan menghafal sesuatu, tanpa mengerti apa yang didapatnya dari buku tersebut. Gerbang keempat telah terbuka tujuh hari yang lalu dan sampai hari ini Xiao Long tidak bisa menggerakkan tubuhnya walau hanya seujung kuku. Seluruh tubuhnya terasa sakit walaupun tidak berdarah, terjadi perubahan konstan yang tidak bisa dipahaminya. Di dalam buku yang pernah dibacanya, untuk membuka gerbang keempat dibutuhkan persyaratan khusus. Xiao Long tidak begitu mengingatnya. Dia menyesal tidak memahami semua yang dipelajarinya hari itu. Rasa sakit yang menyerang hingga ke ujung kaki datang kembali, hal itu dikarenakan tubuh Xiao Long belum begitu cukup membuka gerbang keenam. Kekuatannya saat ini belum cukup untuk membuka gerbang tersebut. Dan jika dia memaksa, maka yang akan terjadi adalah seperti ini. Dia beradaptasi mati-matian di tengah situasi yang bisa saja mengambil nyawa. Rasa sakit itu mulai berkurang di beber
Read more

Ch. 43 - Taring yang Hancur

"Seharusnya kau yang menangis sekarang, taring atau cakar mu, kedua-duanya akan aku hancurkan. Hidup tanpa kedua hal penting di rimba yang ganas ini, aku ingin melihat sejauh mana kau bisa bertahan."Selagi dia berbicara, singa itu sudah lebih dulu terbawa amarah. Terjangan yang tidak diduga datang, Xiao Long menghindar ke arah yang salah. Membuat lengan kirinya tersayat, aliran darah mengalir. Siluman itu semakin bernafsu untuk membunuhnya. Mencium aroma darah instingnya bekerja cepat, dia menyerang lebih beringas dari sebelum-sebelumnya. Tak lebih dari sepuluh detik, Xiao Long dibuat kewalahan menghadapi siluman ini. Tidak ada satu detik pun tanpa tangkisan dan menghindari serangan. Xiao Long tidak diberikan kesempatan untuk menyerang. Mengamati hal tersebut, satu-satunya jalan untuk membuatnya menang adalah dengan membuat penguasa hutan itu tumbang. Tangkisan lurus seketika menukik, melesat cepat menyerbu bagian leher singa. Gerakan pedang s
Read more

Ch. 44 - Pemangsa Berdarah

Hutan yang seharusnya adalah tempat berbahaya yang tak ingin Xiao Long tinggali kini menjadi rumah yang sangat nyaman. Setiap hari ada hal baru yang dipelajarinya. Cara bertahan hidup, membuat alat-alat bantu dan juga tentang kekuatannya sendiri. Satu bulan dua hari semenjak meninggalkan rumah tanpa pernah kembali ke sana, Xiao Long telah berubah banyak. Luka di tubuhnya adalah pertanda bahwa rimba yang buas ini berkali-kali mengujinya. Dengan hal yang tak pernah diduga, nyaris membuatnya tewas. Namun di beberapa waktu dia disuguhkan oleh keindahan tersembunyi yang tak akan ditemuinya di tempat yang ramai oleh manusia. Air terjun, sungai para siluman, makam tak bertuan, dan tebing putih yang ditinggali oleh kijang-kijang yang ukurannya hampir sepantaran dengan tanaman bambu. Tinggal di hutan yang buas bukanlah perkara mudah. Tak jarang Xiao Long kelaparan karena mangsanya tak kunjung datang. Pakaiannya yang terbuat dari kain telah berganti menjadi bulu-bulu hewan
Read more

Ch. 45 - Bunga Salju Merah

Bunga bersalju putih ternodai oleh bercak darah, badai semakin kuat menggoyangkan pepohonan Cemara. Di dinginnya hembusan angin salju yang mencekik seseorang berjalan sambil menyeret tubuh seekor beruang yang ukurannya tiga kali lipat dari tubuhnya. Jalanan putih bersalju memerah saat Xiao Long lewat, pakaian dan tubuhnya dipenuhi oleh darahnya. Setelah mengalahkan delapan beruang, para buaya tak berani mengganggunya dan membiarkan Xiao Long pergi dengan membawa satu dari delapan mayat beruang yang telah terpotong-potong. Hampir semua siluman itu memiliki permata, seperti biasa Xiao Long hanya menyimpannya. Dia perlu membaca lagi tentang bagaimana menggunakan permata itu, tidak ingin kejadian seperti saat membuka gerbang keempat terulang. Sampai di pohon tua, Xiao Long segera menghidupkan api yang dilindungi oleh bebatuan melingkar agar nyala api tersebut tidak padam oleh angin salju yang dingin. Setelah mencoba beberapa saat, Xiao Long dapat membakar daging
Read more

Ch. 46 - Kau adalah Keserakahan

Xiao Long harus bersiap-siap untuk menghadapi segala macam kemungkinan terburuk jika dia gagal membuka gerbang keenam. Dikatakan ada banyak orang tewas saat membuka gerbang terakhir. Meskipun hal ini adalah hal dasar yang banyak diajarkan di sekte-sekte Kekaisaran Qing, tetap ada orang yang kehilangan nyawa akibat hal ini.  Gerbang keenam disebut sebagai Kekuasaan. Ada tiga hal yang akan didapatkan jika berhasil melakukannya. Tergantung seberapa berhasil Xiao Long membukanya dengan baik. Kebanyakan orang hanya mendapatkan dua. Lebih banyak yang tidak mendapatkan apa pun meskipun berhasil membukanya.  Gerbang keenam hanya bisa dimulai di antara ujung malam dan awal fajar. Xiao Long menunggu hingga waktu itu tiba, kali ini dia tak akan membiarkan dingin membunuhnya secara perlahan. Dia telah menyiapkan beberapa potong kayu dan ranting kecil di dekat pohon tua. Api menyala melawan dinginnya udara pagi buta. Xiao Long telah siap untuk membuka gerbang ke
Read more

Ch. 47 - Wujud dari Ketakutan

Nyali Xiao Long semakin hancur ketika wajah kakeknya berubah marah. "Kau adalah Bencana Yang Ditakdirkan."Ketakutan dan rasa bersalah itu menjerumuskan Xiao Long pada ketakutan lainnya. Dia dapat melihat sebuah bayangan hitam dengan pedang di tangan datang. Sosok itu persis mirip dengan laki-laki yang hadir di mimpi Xiao Long, dia adalah sosok yang ingin membunuh dirinya dan juga adiknya.Ketakutan berubah menjadi keputusasaan. Xiao Long melupakan dirinya berada di sana untuk membuka gerbang keenam. Suara-suara serentak terus menyebutkan kata bencana, berulangkali hingga Xiao Long tak bisa memikirkan apa pun selain penyesalannya. Kakeknya hanya berdiri satu langkah di depan Xiao Long, tatap mata yang biasanya lembut serta jenaka itu seperti dirasuki iblis. Tiada senyum lagi yang biasanya menyambut Xiao Long. Mulutnya terbuka, tangannya menepuk pundak Xiao Long pelan."Aku akan memaafkanmu.""Sungguh?" Xiao Long langsung berbicara, satu-satunya
Read more

Ch. 48 - Menangkan Takdirmu

"Kalau begitu kau duluan saja yang aku antarkan ke sana."Terkena serangan di awal-awal pertarungan sama sekali tak menggentarkan niatnya untuk menang, terlihat dari tatapannya yang menghujam tajam ke arah lawan. Musuh tertawa terbahak-bahak, sebelah tangan kanannya membesar dan kini menyerupai sebuah tangan iblis dengan kuku-kuku tajam. "Aku tahu, dalam pikiranmu kau selalu takut akan kematian. Kau takut menemui orang-orang yang mati sebelum kau. Bayangkan betapa kecewa mereka terhadapmu. Bayangkan saja, maka kau akan menyadari bahwa kau tak lebih dari sekedar sampah yang merangkak setengah mati untuk menyelamatkan hidupmu sendiri!"Tawaan nyaring tersebut menggema di ruang hampa, persis tepat mengenai Xiao Long yang hanya berdiam terpaku di tempat. Menahan kesalnya yang berapi-api, tapi mengingat apa yang dilaluinya selama ini sama seperti yang sosok tersebut bicarakan.Seakan-akan membaca pikirannya, sosok itu kembali mengeluarkan kata-kata. "Menga
Read more

Ch. 49 - Majikan dan Bawahan

Matahari merangkak naik tepat di atas kepala, panasnya matahari melenyap saat angin siang datang membawa sejuk. Xiao Long mengerjapkan mata beberapa kali, mengumpulkan nyawanya sangat lama. Rasa sakit langsung menyambutnya seketika, seperti baru saja dicelupkan pada lelehan logam panas, Xiao Long meringis. Kesadarannya kembali cepat saat rasa sakit itu semakin menyiksa.Tiga jam bertahan di posisi yang sama, telungkup di atas tanah yang telah mengering ditutupi oleh dedaunan pohon yang berjatuhan. Musim dingin telah berlalu. Xiao Long berusaha sekuat tenaga untuk bangun, memaksakan matanya untuk mengamati sekitar. Tidak ada siapa pun, kayu bekas api unggun di sampingnya sama sekali tidak terlihat lagi. Hanya bekas arang hitam yang menandakan bahwa dirinya pernah membuat api unggun di sana.Tentu saja Xiao Long panik. "Berapa lama aku pingsan?!"Bukan tanpa sebab, musim salju telah berlalu dan bekas api di sana telah menghilang. Mungkin satu bulan tela
Read more

Ch. 50 - Teknik Enam Pembunuh

Xiao Long tak langsung menjawab. Karena dia tahu Dou Jin dapat mengetahui semua perkembangannya."Aku tidak menyangka kau belajar secepat itu. Bahkan saat di perguruan aku menghabiskan waktu tiga tahun untuk membuka enam gerbang itu. Dan di salah satu tahapnya aku sekarat sampai beberapa bulan.""Benarkah? Tapi di gerbang keenam aku sempat pingsan sampai satu bulan lebih.""Hanya di gerbang keenam?"Dou Jin tak menyangka Xiao Long akan mengangguk. Biasanya setiap gerbang akan membuat orang kesakitan hingga harus dirawat intens. Karena terjadi perubahan dalam tubuh dan aliran darah. Namun melihat Xiao Long dapat menghadapi kelima gerbang tanpa kesusahan, Dou Jin hanya bisa memahaminya."Itu artinya kau sudah dianugerahi dengan kelima hal yang sulit dimiliki orang-orang. Kebijaksanaan, kekuatan, keadilan dan semuanya. Hanya satu yang tak mudah kau kuasai. Yaitu dirimu sendiri."Xiao Long tahu Dou Jin sedang memuji, tapi kenyataanya dia merasa tak
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status