Beranda / Romansa / Catatan Si Boi / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Catatan Si Boi: Bab 11 - Bab 20

118 Bab

BAB 11. Kembali Ke Geger Kalong

Suasana kampus di waktu pagi terasa sunyi. Suara yang terdengar hanya kicauan burung-burung yang hinggap di dahan pohon. Wajar saja karena hari ini sudah memasuki libur semester. Hampir semua penghuni asrama sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Yang tinggal hanyalah mahasiswa yang ingin mengejar ketertinggalan, atau yang tidak punya rumah sepertiku.Tapi hari ini aku punya rencana untuk bepergian. Sudah satu semester aku menabung untuk mencicil hutangku pada pesantren. Sengaja aku pilih berkunjung ke sana pada kamis pagi, karena selain ingin membayar hutang aku juga merindukan suasana pengajian di sana. Jika perjalananku lancar, aku akan tiba saat siang hari sehingga bisa mengikuti pengajian kamis sore, kamis malam dan jum'at pagi.Entah mengapa ada perasaan bahagia menyelimuti diriku. Aku akan kembali ke Geger Kalong, seolah aku akan pulang kampung. Padahal
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

BAB 12. Ternyata Hana...

Aku mengucapkan terima kasih lalu pamit untuk pergi ke kantor SDM. Aku berjalan cepat karena didorong rasa ingin tahu. Namun aku belum juga bisa menebaknya. Sesampainya di kantor aku menyapa karyawan yang kukenal sambil berjalan menuju ruang kepala."Ya, silahkan masuk." Pak kepala berkata saat mendengar aku mengetuk pintu. Sepertinya dia sudah tahu kedatanganku. Setelah aku duduk baru dia memulai penjelasannya."Pak Kepala ZISWAF barusan menghubungiku, dia menceritakan perihal keperluanmu. Aku juga sepakat dengannya. Tapi karena ini rahasia, kau juga tidak boleh menceritakan pada orang lain, setuju?"Aku hanya mengangguk. Pak kepala diam sejenak sebelum akhirnya berkata."Yang melunasi pinjamanmu adalah ayahnya Hana."
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

BAB 13. Kekasih Lamaku Ada di Depok

Suasana kampus di Depok memang sangat asri. Masih banyak pohon besar yang dibiarkan tidak ditebang. Ditambah lagi arsitektur masjid kampus ini memakai konsep terbuka, sehingga tiupan angin terasa cukup kencang."Jika tidak mendengar suaramu, aku pasti belum yakin bahwa kau bukanlah Ahmad Mustofa."Aku mendengar suara di belakangku. Seketika aku berbalik dan melihat si pemilik suara. Perasaanku berdebar saat mengenali wajah itu. Aku seperti dibawa kembali ke masa lalu di lapangan upacara. Saat itu dia berpidato di depan setelah menjuarai lomba. Ya, dia adalah Santi, kekasihku di masa lalu.Ada yang berbeda dengan Santi, dia sekarang memakai hijab. Tapi suaranya tidak berubah, suara yang memiliki pesona. Setelah aku berhasil mengatasi rasa kaget, aku membalas ledekannya."
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-24
Baca selengkapnya

BAB 14. Kembali ke Rumah

Seakan aku memiliki tiga kehidupan. Di Bandung aku adalah Boi. Kang Asep, Hana dan semua jajaran pesantren Geger Kalong mengenalku dengan nama itu. Di sini aku adalah Ahmad Mustofa. Dan meski tak lagi kugunakan, nama Galang akan terus melekat padaku karena itu nama pemberian papa.Tiba-tiba aku teringat pada orang tuaku. Bagaimana kabar papa saat ini? apakah mama baik-baik saja? Aku ada di Jakarta, tapi tidak mengunjungi mereka. Hanya karena aku pernah berkata tidak akan kembali sebelum bisa membuktikan kemandirianku. Dan aku merasa belum berhasil, tidak sebagai Galang. Tapi sikap macam apa ini, harga diri atau malah kesombongan.Santi waktu itu bertanya kenapa aku tidak kembali ke rumahnya, dan dia hanya tersenyum mendengar jawabanku. Sejak awal kami sudah saling mengerti, dan meski berpisah cukup lama kurasa dia masih bisa mengerti sifatku. Walaupun sudah ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-24
Baca selengkapnya

BAB 15. Dakwah di Atas Cinta

Hembusan angin sore menyapu wajahku dengan perlahan. Matahari Pun menampakkan diri dengan malu-malu sehingga udara menjadi sejuk terasa. Wajar saja banyak yang keluar rumah, baik untuk lari dan jalan sore atau hanya bermain di taman bersama keluarga. Tetapi aku hanya duduk di sini, di luar pagar rumahku sendiri menanti keputusan apakah diperbolehkan masuk atau tidak.Sudah beberapa menit lalu petugas keamanan masuk kembali sambil membawa jawabanku. Entah mama akan percaya atau tidak. Bisa jadi mama beranggapan bahwa ada penipu bernama Ahmad Mustofa yang mengaku kenal anaknya. Tapi aku tak perlu lama bertanya-tanya. Kudengar suara pintu dibuka dan petugas itu pun mempersilahkan aku masuk.Aku diminta langsung menuju ruang tamu. Petugas itu menunjukkan arahnya lalu aku berjalan menuju arah yang ditunjuk. Aku sudah hafal letak ruang tamu. Bahkan dari sini aku bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-26
Baca selengkapnya

BAB 16. Tunangan

Pekan berikutnya, saat aku ke rumah, aku sengaja menemui papa. Dia ada di atas, kata mama. Aku langsung menuju ke atas dan seperti sebelumnya mendapat sambutan ketus darinya."Untuk apa kamu ke sini, mamamu ada di bawah." Katanya"Galang ingin bicara dengan papa." Jawabku"Kau mau meminjam uang padaku? Mungkin untuk mengganti motor bututmu itu?" Dia bertanya lagi masih dengan nada sinis."Tidak pa, uang bukan segalanya bagiku. Bahkan termasuk cinta. Yang Galang inginkan saat ini adalah membahagiakan mama. Meski itu dengan mengorbankan cintaku. Mama sedih melihat kita bertengkar, makanya Galang ingin mengajukan tawaran damai."Aku diam sejenak menunggu reaksinya. Karena papa belum juga menanggapi akhirnya aku melanjutkan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-26
Baca selengkapnya

BAB 17. Mencari Cinta Ke Australia

Suasana ruang internet di kampusku cukup ramai. Banyak mahasiswa yang sedang mencari bahan kuliah, karena saat ini memang pertengahan semester. Aku termasuk diantaranya. Namun hanya sedikit literatur yang kudapat. Kuputuskan untuk berhenti mencari lalu membuka email. Saat itulah aku tahu bahwa Santi mendapat info tentang pertunanganku.Entah dari mana dia mendapat informasi tersebut karena bahkan semua teman kuliahku tidak ada yang kuberi tahu. Tapi setelah kupikir situasi ini lebih baik bagiku. Setidaknya aku tidak memiliki beban moril saat berjumpa dengannya.Aku tidak membalas email Santi. Dan kurasa dia juga tidak mengharap balasan, hanya sekedar informasi bahwa dia tahu. Kami sudah mengerti satu sama lain tanpa perlu dijelaskan dengan kata-kata, termasuk tulisan.  Jadi aku tetap tidak mengundangnya ke acara pertunanganku.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-28
Baca selengkapnya

BAB 18. Perjalanan Ke Perth

Aku segera pamit untuk pergi ke toko perhiasan. Seperti saran mama, sebaiknya aku tidak menunda kepergianku. Setelah menjual kalung itu dan merasa dana yang kumiliki cukup, aku langsung menghubungi pesantren di Geger Kalong. Kebetulan Ahmad Mustofa sudah memiliki passport sewaktu ada kunjungan ke negara tetangga. Tapi untuk ke Australia aku membutuhkan visa dan agar pengurusannya mudah maka aku butuh rekomendasi. Kebetulan pesantren punya cabang di sana dan memang ke sanalah tujuanku, ke tempat di mana Hana mengabdikan hidupnya.Pihak pesantren berjanji mengirimkannya besok pagi melalui email. Aku lalu pergi ke ruang komputer untuk mengisi form kunjungan untuk esok. Seolah semua jalanku dimudahkan Allah, pagi hari aku mendapat surat rekomendasi pesantren dan siangnya aku sudah membayar biaya pembuatan visa. Dua hari kemudian permohonan kunjunganku disetujui lalu aku pergi ke travel agent. Karena aku tak ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-28
Baca selengkapnya

BAB 19. Pertemuan dengan Hana

Kuperhatikan tempat makan pria dan wanita terpisah, sehingga aku tidak mungkin berbicara dengannya sambil menyantap makanan. Satu-satunya cara adalah saat mengambil minuman. Aku menunggunya sebentar, lalu bergerak cepat menghampirinya saat dia menuju meja tempat minuman dihidangkan."Halo Hana, masih ingat denganku?"Dia terkejut saat aku menyapanya dan hampir saja menjatuhkan minumannya saat melihatku."Kamu.... bagaimana kamu bisa berada di sini?" Hana bertanya dengan gugup seolah melihat hantu."Sebenarnya aku ingin jalan kaki ke sini, tapi karena jauh dan harus menyeberangi samudera akhirnya aku memilih naik pesawat." Aku menjawab sambil bercanda untuk mencairkan suasana.Usahaku berhasil. Hana tersenyum, lalu melanjutkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-28
Baca selengkapnya

BAB 20. Makan Gaji Buta

Cuaca siang hari di kampus Grogol terasa sangat panas. Berbeda dengan kampus Depok, di sini sudah banyak gedung bertingkat sehingga jarang ada pepohonan. Ditambah lalu lintas sekitar yang ramai dengan kendaraan, membuat suasana jadi bising.Aku melangkah cepat-cepat untuk memasuki gedung. Selain karena cuaca panas, aku juga tidak mau Sisca melihatku. Tapi sepertinya dia tadi melihat ke arahku, entahlah apakah dia mengenaliku atau tidak.Les bahasa arab dilaksanakan di gedung kelas ber-AC. Pesertanya tidak terlalu banyak sehingga ruang yang disediakan tidak besar. Karena materi yang disampaikan juga sedikit, aku bisa menyelesaikannya saat adzan ashar.Aku meninggalkan kampus Sisca setelah shalat. Kuperhatikan sekilas mobil yang diparkir, aku tidak melihat mobilnya. Mungkin dia parkir di tempat lain atau bahkan sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status