Home / Romansa / Rapuh / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Rapuh: Chapter 11 - Chapter 20

31 Chapters

Part 11, Menghabiskan Waktu Untuk Jalan-jalan

Kedua wanita cantik yang memiliki karismatik tinggi itu, dengan senang hati berjalan kaki menyusuri jalan raya yang dipadati kendaraan yang simpang siur. Siska dan Runi berusaha untuk menjadi manusia baru di tengah padatnya penduduk kota, niat mereka tidak hanya membeli sepatu untuk Siska yang sudah tidak bisa ia pakai.  Mereka ingin menghabiskan waktu dengan bersantai menikmati hari mereka di luar kontrakan, karena pada malam hari Runi tidak akan ada waktu, maka Runi memanfaatkan waktu siang harinya untuk menemani Siska yang kesepian.  "Ni, kita mau beli sepatu di mana, si?" tanya Siska yang mulai lelah dengan langkah kakinya.  "Udah, Lo ikuti Gue aja. Nggak lama lagu sampai, kok." jawab Runi yang membawa Runi pergi ke tempat yang belum pernah ia tuju. Runi sengaja mengajak Siska jalan-jalan menyusuri kota, meskipun terlihat wajah Siska yang terlihat masam karena harus berjalan kaki sejauh ma
Read more

part 12, Membuntuti Runi

Setelah menikmati harinya dengan jalan-jalan bersama, Siska dan Runi pun memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah, di tengah panasnya sengatan matahari membuat mereka memilih untuk tidur di kamar. Karena hanya siang hari yang bisa membuat Runi tidur, ia pun tak menunggu waktu lama saat merebahkan tubuhnya di atas kasur, Runi terlelap dengan cepat sementara Siska yang tidak bisa tidur secepat itu hanya bisa ke sana ke sini untuk memfokuskan pusat pikirannya. Siska masih sangat penasaran dengan baju-baju yang dibeli oleh sahabatnya itu, begitu seksi dan terbuka, Siska terfokus dengan pekerjaan malam yang Runi lakukan. Karena tak ingin ketinggalan informasi, Siska pun memilih untu tidak tidur. 'Lebih baik Gue nggak usah tidur, karena beberaja jam lagi hari sudah gelap, malam ini Gue harus ikuti Runi.' kata Siska yang memutuskan untuk memilih beberes rumah dan mencucui pakaian yang baru saja ia beli itu. Peralatan seadanya membuat Siska harus terbiasa
Read more

Part 13, Makan Di Pinggir Jalan

Dimas menatap ke arah Siska yang menatapnya marah, ia menyadari bahwa wanita yang ia lihat adalah wanita yang pernah bersama Runi beberapa hari yang lalu."Lo, Lo kan...?" Dimas merasa bahwa ia benar-benar mengenal Siska.Siska yang juga tak merasa asing dengan laki-laki yang ada di hadapannya itu menarik pakaian Dimas hingga jarak anatara bibir Dimas dan bibir Siska sangat dekat.Siska menyadari hal itu dan mendorong tubuh Dimas hingga tubuh Dimas terhempas jatuh."Aduh! Lo kasar banget, si?!" hardik Dimas merasa kesakitan di bagian pinggangnya."Sukurin! Lo sengaja kan cari kesempatan dalam kesempitan, ngaku Lo?" sahut Siska menuduh Dimas dengan prasangkanya.Dimas bangkit dan mendekat ke arah Siska dan menatapnya dengan tajam, Dimas merasa tersinggung dengan perkataan Siska yang menuduhnya. "Eh, Lo jangan nuduh dong! Gue tu nggak sengaja nambrak Lo!" sahut Dimas tak terima."Alah, jangan bohong Lo! Laki-laki kayak Lo i
Read more

Part 14, Menolong Siska

Dimas yang merasa begitu nyaman saat menghabiskan malamnya dengan Siska itu tak melewatinya begitu saja, Dimas berusaha untuk move on dari mantan kekasihnya yang meninggalkan dirinya. "Ternyata Lo asik juga, ya," kata Dimas memuji sikap Siksa. "Asik? Asik gimana maksud Lo?" tanya Siska tersenyum tipis karena merasa bahwa hidupnya lebih bermakna saat bertemu dengan Dimas. "Ya, Lo asik aja gitu di ajak ngobrol. Eh, lain kali kita makan bakso bareng lagi yuk?" tawar Dimas menatap wajah Siska tajam. "Boleh aja, si. Tapi Lo yang tlaktir ya, soalnya Gue nganggur belum ada kerjaan, Gue nggak mungkin minta sama Runi!" jelas Siska melotot ke arah Dimas. "Santai aja, ngasih makan Lo nggak banyak ini, Gue bisa aja nelaktir Lo setiap hari." jawab Dimas dengan nada sedikit sombong. Siska melirik ke arah Dimas, sembari mencubit manis pinggangnya karena mendengar jawaban Dimas yang membuat Siska geli. "Sombong Lo ya, emang Lo udah kerja?" tan
Read more

Part 15, Salah Tingkah

  Sampainya di clup malam, Dimas melepaskan helemnya dan melangkahkan kaki masuk ke dalam clup tersebut. Dimas berharap bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Runi sudah selesai hingga membuatnya sedikit ada waktu untuk berbincang-bincang.    Tibanya di dalam ruangan, Dimas pun merasa beruntung karena melihat Runi yang sedang duduk seorang diri menikmati minuman yang ada di tangannya. Dimas pun langusng mendekati Runi.    "Hai," sapa Dimas yang langsung duduk di samping Runi.    "Eh, Lo lagi. Lo ngapain di sini?" tanya Runi yang menyadari keberadaan Dimas.    "Mau anter Lo pulang." jawab Dimas singkat.    Mendengar jawaban Dimas membuat Runi tertawa lucu, dan hal itu membuat Dimas menatap penuh tanya.    "Kenapa Lo ketawa? Emang ada yang lucu, ya?" tanya Dimas menatap Runi sinis.    "Lucu lah,
Read more

Part 16, Menemui Siska

  "Tapi Gue laper, Kia. Lo nggak mau ya nemenin Gue makan?" saut Runi yang salah tingkah dengan semua sikap yang ia sembunyikan.   Karena tak ingin memperpanjang, Siska pun kahirnya mengikuti keinginan Runi untuk makan bersama, dan setelah itu Runi pun bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar.   Siska masih terdiam, dan membirkan Runi melakukan apapun yang ia ingin lakukan, karena mengingat hatinya juga sedang berusaha untuk menerima apa yang baru saja ia lihat.   ***   Sore hari saat Siska sedang asik berkumpul dengan gadis-gadis seusianya yang ada di kontakan itu juga, Runi terbangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore, ia pun segera bangkit untuk mencari Siska.   Runi tak berhasil menemukan Siska di dalam kontrakan dan ia pun segera keluar untuk mencari Siska, dan ternyata Siska sedang tertawa bahagaia bersama dengan teman-temannya.
Read more

Part 17, Mendapatkan Hukuman

Runi terdiam mendengar pendapat Siska yang tak mendukungnya, jelas saja tidak akan mendapat dukungan jika seorang sahabat memilih jalan itu untuk bertahan hidup.   "Maaf Kia, kalau pilihan Gue salah, tapi Gue juga nggak tahu harus gimana karena awalnya Gue dapet kerjaan itu cuma untuk menjadi pelayan, tapi Gue nggak tau kalau akhirnya sebutan pelayan itu menjurus ke sana." jelas Runi yang mencoba untuk meraih kepercayaan Siska.   Pembahasan pun ta berhenti cukup di situ, Siska terus mengorek pekerjaan Runi sampai akhirnya ia terjerumus pada jalan yang jelas-jelas itu bukan yang terbaik, hal itu membuat Dimas sampai tertidur di kursi karena tidak mampu menahan kantuk yang menyapa.   Siska melihat jam yang ada di ponselnya, dan jam itu sudah menunjukkan pukul tiga pagi, Siska akhirnya memilih untuk menyudahi obrolan itu dan memilih tidur.   "Lo tidur di luar ya, Ni. Badan Lo bau parfum om-om!" kata Sis
Read more

Part 18, Mencari Pekerjaan Baru

Mendengar ucapan Runi yang terlihat sangat serius, membuat Siska sedikit tersenyum dan merasa senang. Siska pun menghadap ke arah Runi yang merasa bingung dan ragu dengan pilihan hatinya."Ni, Lo beneran mau keluar kan dari kerjaan malam itu?" tanya Siska dengan tatapan mata yang serius."Tapi Gue ragu, Nia! Gimana caranya kita mau bertahan hidup di kota yang sangat pahit ini, kalau kita nggak punya kerjaan," sahut Runi yang merasa khawatir."Ni, masih banyak pekerjaan yang belum pernah kita coba, Gue yain kok kita pasti bisa melakukannya." jawab Siska penuh percaya diri.Mendengar percakapan kedua wanita yang ada di depan rumah itu, membuat Dimas memilih untuk menyusul mereka dengan sambil membawa makanan yang ada di tangannya."Apa yang dikatakan oleh Siska, benar Runi. Kita perlu mencoba pekerjaan yang lain selain menjadi wanita panggilan, Gue sayangin Lo kalau sampai Lo malah kena penyakit karena bekerja seperti itu tiap malam." jelas Dimas men
Read more

Part 19, Putus Asa

Karena merasa tidak ada jalan lain untuk mencari pekerjaan membuat Siska merasa pasrah dengan semua yang terjadi pada dirinya dan Runi.Siska mendapati Runi sedang duduk di bawah pohon yang besar di depan kontrakanya, sambil menatap pandangan kosong yang bisa ditebak oleh Siska yang baru sampai di kontrakan."Ni, Lo kenapa melamun gitu si?" tanya Siska menyenggol lengan Runi."Gue takut kalau Gue kayak gini terus, yang ada Gue nggak bisa bayar kontrakan," sahut Runi dengan wajahnya yang ditekuk."Tapi kalau Lo melakukan pekerjaan itu Gue nggak ikhlas, Runi!" jelas Siska dengan tatapan penuh arti.Runi masih terdiam di tempat, ia tak tahu harus menjawab apa lagi dengan keputusan Siska yang terus memberikan larangan namun tak juga kunjung mendapatkan solusi.Beberapa minggu tidak masuk kerja, membuat keungan Runi semakin menipis. Dan hal itu memicu kemarahan dan emosi akibat tidak ada pemasukan dan juga tidak ada pekerjaan."Kia, Lo lia
Read more

Part 20, Malam Pertama

"Ya yakinlah, Gue yakin banget sama pilihan ini." jawab Siska tak perlu membutuhkan waktu dua kali untuk berpikir.Obrolan singkat itupun tak sengaja didengar oleh Dimas yang sudah ada di luar pintu sejak tadi, Dimas mendengar semuanya dengan detak jantung yang berdebar kencang, ia tak menyangka bahwa keputusasaan Runi dan Siska harus berakhir kembali pada pekerjaannya semula.'Ya Tuhan, haruskah Siska juga ikut masuk ke dalam dunia hitam itu?' batin Dimas yang merasa kasihan dengan takdir kedua sahabatnya.Karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Runi dan Siska pun memilih untuk segera bersiap-siap agar mereka bisa sampai tepat waktu, dan kalaupun akan terlambat mungkin hanya beberapa menit saja."Kia, ayo berangkat!" ajak Runi yang sudah bersap-siap di ruang tamu.Tak lama kemudian Siska pun keluar dari kamar dan menyusul Runi, pakian yang biasa saja itu sebagai kedok bahwa Runi dan Siska bukanlah wanita panggilan, mereka pun membuka pin
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status