Home / Romansa / Pemulung Konglomerat 2 / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Pemulung Konglomerat 2: Chapter 131 - Chapter 140

296 Chapters

131: Hanya bercanda …

Setelah kejadian yang sangat memalukan itu, Camille dan kedua temannya memutuskan mendatangi sebuah tempat karaoke dan menyewa satu ruangan untuk melampiaskan kekesalan mereka.   Brak!   “Sialan si Angel itu! Sumpah, aku malu banget tadi! Iggghhh!!!” kesal Camille sambil mengepalkan kedua telapak tangannya dan menghempaskan tubuhnya di sofa.    “Iya, lama-lama si Angel itu semakin melunjak, ya! Sementang dia anak dari keluarga yang sangat kaya, jadi dia bisa seenaknya saja mempermalukan orang lain di depan umum seperti tadi. Aduh, kalau tak memikirkan terancam di keluarkan dari kampus karena membuat keributan di depan umum, apalagi ada Rektor yang turut hadir disana, sudah ku habisin dia,” sahut Sherly ikut menghempaskan tubuhnya di sofa.    “Iya, apalagi dia muncul secara tiba-tiba, dan langsung menyudutkan kita. Hmm, mungkin kalau aku memiliki banyak uang, mungkin aku akan membayar se
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

132: Hans Ayhner

“Hai, Max,”    “Hans? Kamu datang terlambat lagi hari ini. Ada masalah?”   “Ah, tidak ada kok. Tadi, ada sedikit perdebatan saja di kampus. Sekalian, aku mampir sebentar ke makamnya ayahku,”    “Perdebatan? Perdebatan apa yang sampai membuatmu datang terlambat ke toko kita ini, Hans?”    “Ah, tidak ada, Kok. Hanya masalah kecil saja.”Hans, seorang pria tampan bermata biru dengan gaya rambut pendek berwarna pirang, yang tadi sempat membantu Angel menyelesaikan permasalahan yang menimpa Michael. Setelah masalah selesai, Hans langsung menghilang entah kemana, di tengah kemenangan yang berhasil di raih oleh Michael, atas kesalahpahaman yang membuat wajahnya menjadi memar karena pukulan dari para Mahasiswa itu.Hans adalah sosok seorang pria yang sedikit pendiam dan tertutup. Semenjak kematian sang ayah yang masih belum diketahui penyebabnya, membuatn
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

133: A-anda pemilik restoran ini?

“Relasi katanya, hmm … bagaimana caranya, ya? Biasanya, kalau ingin mempromosikan sesuatu itu, apa saja yang dibutuhkan, ya? Hmm ….”Hans berjalan di pinggir trotoar sambil memikirkan cara, agar toko roti peninggalan ayahnya itu bisa menjadi ramai seperti dulu. Temannya Max mengatakan kalau, dia ingin membuat tokonya itu menjadi ramai seperti dulu, dia harus menambah relasi atau berteman dengan banyak orang. Namun, cara itu sepertinya sangat sulit untuk dilakukan olehnya. Secara, dia tidak terlalu aktif di kampus, berbaur dengan para Mahasiswa lain. Dia lebih memilih untuk menyendiri, menyelesaikan pelajarannya di kampus dan pulang. Dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku di perpustakaan, dibanding berkumpul dengan Mahasiswa lain.Lalu, saat Hans tengah berjalan seorang diri, tiba-tiba dia melihat beberapa orang yang tengah berdiri tepat di seberang jalan, sambil membagi-bagikan selembaran kertas kepada orang-orang yang meli
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more

134: Jujur kamu!

“Lho, ternyata anda …, dulunya adalah seorang pemulung, Nona?” tanya Michael dengan raut wajah yang sangat terkejut.    “Nona? Ngel, mengapa tuan muda ini memanggil kamu dengan sebutan Nona? Bukankah, kamu hanyalah seorang pemulung dan … karena bantuan Nyonya Karin, kamu bisa berpenampilan layak seperti sekarang ini, iya ‘kan?” tanya balik Wanita itu merasa kebingungan mendengar pertanyaan Michael.     Wanita itu, dulunya merupakan seorang pelayan yang pernah mengusir Angel, ketika dia tengah memungut barang bekas di tempat pembuangan sampah yang ada di depan restoran itu. Wanita itu juga yang pernah menarik tangan Angel secara paksa, ketika Angel masuk bersama dengan Nyonya Karin dan anaknya Rachel untuk makan bersama. Dia hanya tahu kalau Angel hanyalah seorang pemulung yang hidupnya sedikit berubah karena bantuan Nyonya Karin.    “Eh, tunggu dulu … Nona, coba anda jelaskan apa yang barusan dikatakan olehnya! Eh, tapi Joe tida
last updateLast Updated : 2021-12-23
Read more

135: Oh, Jadi si pemulung itu …

“Hmm, ini ‘kan brosurnya W Mall? Mall yang ada di sebelah toko ini, ‘kan? William Mendez? Hmm ….”Sembari menunggu Pria itu kembali, Hans melihat-lihat brosur yang berserakan di atas meja, dekat dengan mesin cetak itu. Tiba-tiba, pandangannya terfokus pada brosur milik W Mall dengan foto William yang terpampang jelas di halaman depan brosur itu. Kemudian, dia melihat-lihat isi dari brosur itu satu persatu dan tiba-tiba,   “Nah, ini dia brosurnya ….” Pria itu datang kembali bersama dengan dua lembar brosur di tangan sebelah kanannya. Mendengar itu, Hans pun kembali meletakan brosur itu ke atas meja, dan berpaling ke Pria itu.   “Nah, ini dia! Wah, ternyata ayah saya mencetak brosurnya disini. Pantas saja, saat itu toko rotinya sangat ramai,” kata Hans pada Pria itu.    “Iya, saat itu memang toko roti kalian sangat terkenal dan yang paling membuat
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

136: Dia mengembalikan lima kali lipat?

“Hei, Joe! Kenapa kamu diam saja, benar apa yang saya katakan tadi, ‘kan!” bentak Michael.    “Pemulung? Oh, maksud anda, Nona Angel?” tanya Joe.    “Untuk apa kamu memanggilnya Nona? Sudah lah, saya sudah tahu semuanya! Dia itu tidak lebih dari seorang pemulung yang hidupnya bergantung dengan Nyonya Karin! Dasar penipu!”   Joe mencoba mencerna perkataannya. ‘Awalnya mereka akur, tapi …, mengapa tiba-tiba menjadi seperti ini, ya? Nona Angel menghubungiku tadi dengan nada bicaranya yang pelan dan tersengguk-sengguk. Apa yang sebenarnya terjadi, ya?’ batin Joe.Dia terlihat diam sambil mengelus-elus dagunya dan sesekali menatap kearah Michael. Dia masih sangat bingung harus menjawab apa. Kalau sekiranya jawabannya salah, Angel pasti marah padanya.   “Hmm, maaf sebelumnya, Tuan. Kalau saya boleh tahu, apa yang sudah terjadi pada anda dan Nona Ang
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

137: Si Angel kenapa, tuh?

“Hehe, saya juga tidak tahu, Nyonya … tiba-tiba, Nona Angel menghubungi saya dengan nada bicaranya tersendat-sendat seperti orang yang tengah menangis terseduh-seduh. Dia meminta saya untuk menghancurkan bangunan ini dan membatalkan kontrak kerja samanya,” ucap Joe sambil menunjuk kearah bangunan yang sudah hancur itu.    “Angel menangis? Kenapa, Joe?” tanya Nyonya Karin.    “Saya juga tidak tahu, mengapa beliau bisa menangis sesedih …,”    “Saya membentaknya. Awalnya, saya memintanya untuk menjelaskan mengenai perkataan dari si pemilik restoran itu yang mengatakan, kalau Nona Angel hanyalah seorang pemulung yang hidupnya bergantung pada anda, Nyonya. Akan tetapi, beliau tidak menjawab pertanyaan saya dan memilih untuk meminta saya untuk mengantarkannya pulang. Saya tidak mau dan malah menghinanya. Seketika, air matanya menetes, dan dia pun berlari keluar restoran,” potong M
last updateLast Updated : 2021-12-25
Read more

138: Nggak!

Plak!Angel berdiri dan seketika mendaratkan sebuah tamparan yang sangat keras ke pipi kirinya Samuel. Lalu, dia kembali diam dengan tatapan mata yang sangat tajam dan nafasnya yang terengah-engah mengarah ke Samuel, seperti ada yang sedang merasukinya. Melihat itu, Fanny langsung menghampiri Angel, lalu menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil berkata, “Hei, sadar kamu, Ngel! Hei, itu Samuel, lho! Woi!”.   Plak!Dengan kesalnya, Chelsea berjalan menghampiri Angel, lalu memutarkan tubuh Angel menghadap kearahnya dan langsung mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi kirinya.   “Kamu gila, ya? Sadar kamu, woi! Apa yang mengganggu pikiranmu sampai-sampai kamu seperti orang yang sedang kerasukan seperti ini?” bentak Chelsea.   “Hah? Eh, Chelsea? Fanny? Cassey? Sejak kapan kalian berada disini, dan … kenapa kalian terlihat marah?”Seketika Angel tersadar setelah terkena tampar
last updateLast Updated : 2021-12-30
Read more

139: Eh, kok malah galakan kamu?

“Huh, akhirnya selesai juga brosurnya. Hmm, bapak itu bilang kalau … tempat yang cocok untuk menyebar brosur ini adalah, tempat yang tidak terlalu jauh dari tokoku. Lalu, mintalah bantuan teman. Hmm …, tapi siapa yang bisa ku mintai tolong, ya? Secara ‘kan, aku hanya punya Max.”Saat di perjalanan, Hans terlihat sangat bahagia melihat setumpukan brosur tokonya yang telah selesai dicetak. Sembari mengemudi, dia sesekali melihat kearah brosur-brosur itu. dia sangat senang dan tidak sabar untuk membuat tokonya kembali ramai seperti dulu, saat ayahnya masih hidup dan menjalankan toko itu. Namun, tiba-tiba dia bingung setelah teringat kembali tentang perkataan dari si pria tadi yang menyuruhnya untuk meminta bantuan teman-teman untuk menyebar brosur itu. Secara, dia hanya memiliki satu orang teman yang tak lain adalah Max.Berhubung dia masih awam di bidang promosi, jadi dia harus berpikir keras. Ditambah lagi, dia hanya memiliki satu orang t
last updateLast Updated : 2021-12-30
Read more

140: Masalah apa, Sam?

“Ma, aku laper, nih …,” kata Rachel, duduk di sebuah batu yang sedikit besar di sebelah kedua kaki Nyonya Karin.     “Sebentar, ya, Sayang … kita tunggu Kak Angel dulu. Sebentar lagi kita makan, kok,” sahut Nyonya Karin, mengernyitkan kening dan tersenyum sambil mengelus-elus rambutnya.Mendengar itu, Joe yang tengah berusaha menghubungi Angel, seketika langsung menoleh kearah Rachel. Dia berjalan menghampiri Nyonya Karin, dan berkata, “Nyonya, hmm …, begini saja. Disana, ada sebuah restoran. Anda makan dulu saja bersama Rachel. Nanti, saya akan terus mencoba menghubungi Nona Angel dan secepatnya menyusul anda kesana.”Tiba-tiba, Nyonya Karin menarik tangannya Joe dan membawanya menjauh dari Rachel dan Michael yang tengah duduk termenung di bagian depan mobilnya.   “Begini, Joe, hehe … duh, saya malu untuk mengatakannya. Saya …,”   
last updateLast Updated : 2022-01-03
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
30
DMCA.com Protection Status