Beranda / Romansa / Xiaoyi Xiaoyan / Bab 11 - Bab 16

Semua Bab Xiaoyi Xiaoyan: Bab 11 - Bab 16

16 Bab

Part 11. Menguatkan Hati

Kesedihan yang belum hilang, kini harus ditimpa lagi. Para dewan bahkan sampai membantah pendapat Kak Zao.Semua karenaku. Jika saja malam itu aku tidak menyuruhnya pulang, pasti tidak akan terjadi kecelakaan. Jika saja Feilan tidak meninggalkanku, nenek dan Kak Zao tidak akan mengalami kesulitan.Semua jelas karenaku.Aku bisa saja menelan mentah-mentah semua berita miring, maupun hinaan orang-orang, tapi tidak dengan nenek dan Kak Zao.Orang-orang tidak boleh kehilangan kepercayaan mereka pada nenek dan Kak Zao, hanya karenaku."Apa yang kalian mau? Apa yang harus saya lakukan agar peraturan perusahaan tidak tersentuh siapa pun?" tanyaku pada anggota dewan."Lepaskan jabatan direktur utama Annhua," jawab salah satu di antara mereka."Tidak. Liu Fannyi adalah kandidat sah atas perusahaan ini," tegas nenek membelaku."Jika anda tetap bersikeras menjadikannya direktur utama Annhua, maka kami mundur dari jabatan dewan," timpal an
Baca selengkapnya

Part 12. Kak Zao

Sangat berbeda dari biasanya. Kak Zao bersikap romantis padaku. Membukakan pintu, lalu menggandeng tanganku.Benar-benar bukan seperti Kak Zao. Apa dia berubah kepribadian lagi? Kembali pada Kak Zao yang hangat seperti dulu?Entahlah, aku sedang tidak mau banyak berpikir.Kak Zao membawaku masuk ke sebuah restoran mewah. Sepi. Hanya ada kami berdua.Kak Zao tampak memberikan kode. Detik kemudian, seorang pelayan masuk dengan membawa hidangan.Seseorang masuk dengan membawa biola, lalu memainkan musik. Mengherankan memang. Namun, aku merasa risih diperlakukan seperti ini."Kak Zao." Kuberanikan diri untuk bertanya padanya."Ssstt, diam saja. Ikuti apa yang yang kupinta," balas Kak Zao, semakin membuatku bingung.Kulihat Kak Zao tampak serius memotong-motong steik yang ada di hadapannya, lalu memberikan piring tersebut padaku."Hmm?" Aku diam saja, tanpa menerima piring yang dia berikan.Kak Zao membuat kode angguka
Baca selengkapnya

Part 13. Menjadi Pengganti

Sesuai perkataan Kak Zao, aku terpaksa harus pulang sendiri dengan menaiki taksi.Kak Zao dan nenek masih berada di gedung itu. Tidak tau apa yang mereka bahas hingga selama itu. Hingga menyuruhku untuk pulang lebih dulu."Jangan khawatir. Yang terpenting sekarang, Xiaoyan setuju untuk menikah denganmu." Ucapan nenek di acara tadi teringat kembali.Apa harus seperti ini? Beberapa minggu yang lalu, aku dipaksa mengenal seorang pria yang akan dijodohkan denganku dalam waktu singkat.Saat perjalanan pengenalan tersebut, aku mulai menyukai pria itu. Bahkan telah menyiapkan diri untuk menikah.Sehari sebelum pernikahan, aku harus kehilangan calon suami karena sebuah kecelakaan.Baru saja beberapa hari calon suamiku meninggal. Kini, aku kembali dijodohkan dengan seorang pria.Bedanya, pria itu telah lama kukenal. Pria yang menemaniku sejak kecil.Sebenarnya, apa arti hidupku ini? Haruskah mengalami kesedihan karena ditinggal orang te
Baca selengkapnya

Part 14. Sebelum Menikah

Yitan sengaja mengajakku jalan-jalan. Katanya, agar aku tidak terlalu stress.Kami pergi shoping, makan, nonton. Semua kulakukan bersama mantan calon adik iparku.Lumayan. Kegiatan hari ini, membuatku jauh lebih tenang dan fress.Terakhir, sebelum kami pulang, Yitan mengajakku untuk memanjakan diri dengan cara mengikuti pijat relaksasi.Nyaman, sangat nyaman. Di mana semua badan terasa pegal, pijat relaksasi membuat badanku terasa lebih ringan, pikiran pun terasa damai."Yitan, terima kasih ya, kamu sudah membuatku segar kembali. Lain kali, kita ke sana lagi," ajakku, ketagihan.Yitan pulang setelah mengantarku pulang. Salah. Seharusnya aku yang mengantarnya pulang, kan? Kenapa jadi kebalik?Yitan mengantarku pulang karena memang kami pergi menggunakan mobilnya."Sama-sama, Kak. Yitan juga seneng bisa buat kakak seneng lagi," ucapnya, senyum manis terkembang dari bibir imutnya."O iya, Yitan juga mau sekalian pamit, Kak.
Baca selengkapnya

Part 15. Pernikahan

Sepanjang perjalanan tadi Kak Zao terus diam, bahkan setelah sampai di rumah. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Aku justru kembali teringat, akan ucapan Kak Zao yang memintaku untuk terus bersamanya sampai hari pernikahan.Apa maksud perkataannya? Ingin sekali kutanyakan, tapi takut Kak Zao marah.Mungkinkah Kak Zao takut, dengan apa yang menimpaku tepat beberapa jam sebelum menikah?Kak Zao takut meninggalkanku, atau aku yang meninggalkannya?"Istirahatlah, jangan mikir yang aneh-aneh. Aku masih ada urusan." Kak Zao langsung beranjak pergi menuju ruang kerja.Hah? Apa ini? Belum juga nanya, sudah disuruh istirahat.Baru saja pukul 9 pagi. Masih ada banyak waktu sebelum istirahat malam.Kulangkahkan kaki menuju taman belakang. Berniat membaca buku novel yang bertema pernikahan di sana.Dengan santai, duduk di kursi ayunan yang selalu kulakukan sejak dulu."Astaga, pemeran utama laki-lakinya dingin banget sih, ke
Baca selengkapnya

Part 16. Kecupan Singkat

Tinggal bersama dalam satu rumah. Bukan sebagai nona besar dan asisten. Melainkan sebagai pasangan suami istri. Bahkan kami akan tinggal dalam satu kamar juga satu tempat tidur. "Kalian berdua telah resmi menjadi suami istri. Untuk suami, silahkan mencium istrinya." Pendeta mengatakan hal itu setelah kami memasangkan cincin di jari pasangan. Apa yang harus kulakukan? Aku mencium Kak Zao, tradisi ini memang sangat sulit kulakukan, tapi tetap harus dilakukan. Karena memang seperti itulah tradisi yang sudah turun temurun. Pasangan pengantin yang telah resmi menjadi suami istri, harus melakukan adegan intim dengan penyatuan bibir. Orang dulu bilang, hal tersebut dilakukan sebagai ritual penyempurna prosesi pernikahan. Awal hidup baru. Di mana kedua mempelai akan jauh lebih intim lagi. Aku mempersiapkan diri. Memang sedikit gugup, kupejamkan mata dan bersiap menerima ciuman pertama se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status