Home / Romansa / KEJUTAN UNTUK PACAR SUAMIKU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of KEJUTAN UNTUK PACAR SUAMIKU: Chapter 11 - Chapter 20

23 Chapters

Muncul Lagi

       Hari masih pagi, cuaca sedikit agak mendung, matahari masih malu-malu menampakkan diri. Aku berada didepan rumah, sambil menunggu tukang sayur yang biasa lewat.    Suasana komplek masih sepi, hanya ada beberapa orang yang lewat, ada yang sedang joging, ada juga yang bersepedah.     Aku menanti tukang sayur sembari menyapu halaman depan, aku lihat beberapa ibu-ibu juga mulai berjalan menuju depan rumahku, tempat mangkal tukang sayur.       "Sayur, sayuur, sayuuuurr, ayoooo ! Masih seger!!" seru tukang sayur dari kejauhan.      "Kok siang sekali bang," tanya Bu Nur, tetangga depan rumahku, setelah tukang sayur memberhentikan sepeda motornya didepan rumahku.     "Iya, pasarnya rame bu," jawab tukang sayur sembari menuju tempat duduk, membiarkan sayurnya dipilih para ibu-ibu.     "Selamat pagi ibu-ibu, udah rame aja nih!" sa
Read more

Pertemuan

      Terdengar suara mobil Mas Aris memasuki halaman rumah, saat aku sedang menonton tv. Aku segera menghampirinya ke depan, menyambut kedatangannya.     "Assalamu'alaikum dek!" ucap mas Aris sambil tersenyum sumringah.     "Wa'alaikumsalam mas." Aku mencium tangan mas Aris.---    "Ayok mas kita keluar, udah lama gak jalan-jalan," ajakku pada mas Aris.     "Pengen kemana dek?" tanya mas Aris sambil tetap fokus pada televisi.     "Ya, muter-muter aja mas, beli makan dipinggir jalan, kayaknya enak."     "Iya dek, nanti ya habis maghrib," jawab mas Aris sambil mengelus kepalaku.      "Mas..."      "Kenapa dek? Kamu ada masalah?" tanya mas Aris khawatir.      "Ayo kita ke dokter lagi mas, periksa lagi," ucapku lirih.       "Kan udah pern
Read more

Haruskah Berakhir?

    Setelah mobil berhenti di halaman rumah, aku segera keluar dari mobil. Ku buka pintu yang terkunci. Lalu langsung menuju kamar. Tak kuhiraukan Mas Aris yang berteriak memanggil-manggil namaku.    Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu melaksanakan sholat isya'.--    "Dek, jangan diemin mas dong! Mas juga bingung harus gimana!" ujar mas Aris, seraya tidur di sampingku.    Aku hanya diam, hanya ku lirik sekilas. Kutatap tajam matanya. Lalu fokus kembali ke hpku.    "Dek, kamu marah lagi sama mas?" Mas Aris hendak menyentuh tanganku. Aku langsung berbalik, tidur memunggunginya.    "Dek, jangan gini dong!"     "Dek," Mas Aris menyentuh bahuku, langsung aku tepis tangannya.   Kutatap wajah Mas Aris, dia memasang wajah memelas.  "Sudahlah mas, kamu yang memulai semuanya. Jadi kamu harus bertanggung jawab. Walaupun nanti
Read more

Kiriman

       Aku yang sedang menikmati sarapan bersama Mas Aris, tiba-tiba dikejutkan oleh suara bel rumah. Kami saling berpandang-pandangan, mungkin sama-sama berfikir. Siapa yang bertamu sepagi ini.    "Aku ke depan dulu Mas, mau lihat siapa yang datang." Aku beranjak pergi menuju ke depan.--     Aku menghampiri Mas Aris yang sedang sarapan, sambil membawa sebuah bungkusan paket. Dia mengernyit heran memandangku.    "Apa itu dek?" tanyanya.     "Ya gak tau Mas, mungkin pesanan kamu. Kata kurirnya untuk Aris," jawabku sambil menaruh paket di meja.    "Lah! Kan paketku udah tadi malem dek. Aku cuma pesan satu, kok di kirim dua?" tanyanya heran.    "Ya gak tau Mas! Coba tanya ke penjualnya. Atau kamu coba buka dulu paketnya." Aku meneruskan sarapanku yang sempat tertunda.---   Setelah selesai sarapan, Mas Aris segera mem
Read more

Kabar Bahagia

    Aku yang sedang asyik bercanda bersama Nila, tiba-tiba di kagetkan oleh panggilan telefon dari ponselku. Tertera nama Mas Aris disana.   "Halo Mas, ada apa?" tanyaku.    "Mas mau ngabarin dek, nanti mas lembur, pulang sekitar pukul 8 malam. Kamu gapapa kan?"   "Gapapa mas, ini aku masih main di rumah Nila."     "Ya udah, kamu di situ aja, sampai mas pulang. Nanti biar mas jemput ke rumah Nila."    "Iya mas, aku tanya Nila dulu?" Ku lihat Nila mengangguk-angguk begitu bahagia. "Iya mas, boleh katanya, nanti kamu langsung jemput kesini saja," jawabku kemudian.   "Iya dek, kamu hati-hati. Jangan lupa makan. Sudah dulu ya, mas mau lanjut kerja. Assalamu'alaikum."   "Wa'alaikumsalam," jawabku. Kemudian memasukkan ponselku ke dalam tas kembali.   Aku memutuskan untuk mampir ke rumah Nila tadi, setelah pulang dari kak Rudi. Darip
Read more

Terungkap

  Mas Aris tersenyum begitu bahagia sambil memandangiku, sesekali tangannya mengelus perlahan perutku."Udah mas, fokus nyetirnya. Awas! Nanti malah oleng mobilnya," ujarku."Iya dek, hari ini mas bahagia banget. Mas mau jagain kamu dulu. Hari ini mas mau ijin cuti kerja," ucapnya dengan begitu semangat."Jangan lebay deh mas! Aku gapapa, udah sehat bugar ini.""Enggak dek! Pokoknya mas mau cuti hari ini. Takut kamu kenapa-kenapa. Kejadian kayak tadi pagi, apalagi di rumah cuma sendirian. Mas kan khawatir," omelnya panjang lebar."Baik tuan." Mas Aris malah tersenyum lebar, mendengar jawabanku.-- Mas Aris tiba-tiba membelokkan mobilnya ke arah rumah makan. Memarkirkan mobilnya lalu berhenti."Ayo turun dek, kita sarapan dulu," ajaknya."Iya mas, ngerti aja kalo perutku sudah lapar.""Iya, kasian dedek bayinya dek," ucapnya sambil mengelus perutku.--- Kami memesan nasi pecel, menu a
Read more

Permintaan

   Hari masih terlalu pagi. Aku yang sedang memasak, mendengar suara ponsel Mas Aris berdering di atas meja ruang tv. Mungkin dia lupa membawa ponselnya. Mas Aris sedang berolahraga pagi.   Aku tinggalkan sebentar masakanku, menuju ruang tv untuk mengambil ponsel. Tertera nama Bu Dewi. Aku segera mengangkat telfonnya."Halo," ucapku saat telepon tersambung, sambil berjalan menuju dapur."Halo, Arisnya ada?" tanya suara perempuan di seberang."Masih keluar Bu, ada perlu apa ya?" tanyaku sambil mengaduk kuah kare ayam di panci."Nanti kalo sudah pulang, tolong suruh hubungi saya ya, Sifa.""Iya bu," sahutku.   Tut... Panggilan diputus sepihak oleh seberang.---"Mas, tadi kamu dicariin sama Bu Dewi?" ucapku saat sarapan pagi bersama Mas Aris."Kenapa dek kok nyariin aku? Ada apa?" tanyanya sambil memainkan sendoknya."Gak tau mas, gak bilang apa-apa sama aku. Katanya kamu di su
Read more

Petaka

"Assalamu'alaikum," ucap Mas Aris yang baru pulang dari kerja, dengan wajah sumringah."Wa'alaikumsalam," jawabku bersamaan dengan Mbok Inah. Kami berdua sedang bersantai di teras rumah."Mas, mau mandi dulu ya dek," ucapnya berpamitan. Aku hanya menjawab dengan anggukan."Bibi, mau nyiapin makan malam dulu ya neng," pamit Bibi juga sambil menuju ke dalam rumah."Iya bi," sahutku.Aku melamun menatap bunga-bunga di halaman yang bergerak tak tentu arah tertiup angin, anganku terbang melayang jauh."Dek," suara panggilan dari Mas Aris dan tepukan pelan di pundak, menyadarkan aku dari lamunan."Iya mas?""Kamu kenapa? Jangan ngelamun. Gak baik, apalagi ini sore hari. Ayo masuk, udah mau maghrib."Mas Aris menggenggam tanganku, menarikku masuk ke dalam rumah. Aku hanya menurut saja.---"Mas, aku gak mau ya kamu berhubungan lagi sama kelurga Widia. Apapun yang berhubungan dengan mereka, tolong kamu lupaka
Read more

Lelah

"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanyaku saat Dokter sudah keluar dari ruangan Nila."Alhamdulillah, sudah mulai membaik. Harus banyak-banyak istirahat, dan makanan yang sehat, minum air putih yang cukup. Pasien keracunan makanan.""Keracunan, Dok?" tanyaku tak percaya."Iya, dari hasil pemeriksaan, pasian keracunan makanan, yang ada di kue yang dia makan. Baiklah, saya permisi dulu. Boleh di jaga ya temennya. Tolong suruh banyakin minum air putih juga.""Terima kasih, Dok."---"Mas, kata Dokter Nila keracunan kue," ucapku pada Mas Aris. Aku menghampiri Mas Aris yang duduk di ruang tunggu."Kok bisa dek? Kue dari mana? Kamu beli?" Mas Aris mengernyit heran."Aku baru inget mas, kue itu dari Bu Wati tadi pagi, sebelum kita berangkat periksa." Aku ikut duduk di samping Mas Aris."Bu Wati?""Iya mas, dari Bu Wati tadi pagi.""Ah, masak sih dek? Biasanya Bu Wati juga suka ngasih kita makanan, tapi kita gap
Read more

Alasan

Pagi-pagi sekali, Aku dan Mas Aris sudah mengemasi barang. Nila sudah dibolehkan pulang oleh dokter. Keadaannya alhamdulillah sudah membaik."Ayo Nil," ajakku sambil memapahnya berjalan."Aku udah kuat Sifa. Udah bisa jalan sendiri." "Gapapa, takutnya oleng," jawabku sambil tetap memapah Nila menuju mobil.---"Sarapan dulu ayo, makan dimana?" Tanya Mas Aris sambil fokus menyetir mobilnya."Mau makan apa, Nil? Nila yang duduk di sampingku hanya menggelengkan kepalanya."Makan yang hangat-hangat deh mas!" Seruku pada Mas Aris."Siap laksanakan!" Jawaban Mas Aris yang tegas bak prajurit militer, membuat Aku dan Nila tersenyum.----Mas Aris akhirnya menghentikan mobilnya, memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Aku dan Nila segera menghampiri gerobak pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Sedangkan Mas Aris membeli nasi pecel di gerobak sebelahnya."Sif, kok bisa ya aku keracunan kue yang aku makan?" Tan
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status