Home / Romansa / Cinta dan Dilema / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Cinta dan Dilema: Chapter 11 - Chapter 20

22 Chapters

Memunguti sampah?

“Kamu tak ingin bertanya?” Tanyanya penasaran.“Tidak, aku tahu itu privasi. Tapi jika butuh teman bercerita, kamu bisa meminta ku.”Intan sungguh terharu mendengar ucapan ini, selalu peduli padanya tanpa mencoba memaksa. “Kau teman terbaikku, Na.” Nana tersenyum manis mendengar ucapan pujian itu.“Aku tahu,”Nana lanjut mengompres luka intan dengan hati-hati, tak ingin membuat Gadi itu Demak kesaksian nantinya. Meskipun dalam hati ada sedikit kesal, melihat tingkah Intan yang akhir-akhir ini membuat Nana sedikit curiga.“Aku baru saja ditampar seorang wanita,” Sepertinya Gadis itu mulai menceritakannya. Nana dengan baik akan mendengar tanpa membantah seperti biasa. “Maaf belum memberi tahunya padamu, Na. Beberapa hari ini aku dekat dengan seorang pria, tapi aku tidak tahu kalau ...,”Nana semakin penasaran, “kalau apa?”“Dia sudah punya istri,&rdq
Read more

Bagai remaja

Bumi ini berputar dua puluh empat jam, begitu juga dengan kehidupan yang tiada henti hari ke hari.  Nana tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, yang ia tahu hannyalah menjalani hidup ini tanpa mengeluh pada takdir. Meskipun terkadang ia sendiri sering lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.Memang begitulah kehidupan jika tak ada cobaan maka kita rasakan tahu rasanya kebahagiaan, karena kebahagiaan itu tidak akan datang tanpa di undang. Karena itulah selalu bersyukur dalam situasi apapun, karena setiap kejadian ada hikmahnya.Pagi ini Nana sendiri untuk berangkat, Intan sudah pergi dari kemarin sore Membuat rumah begitu terasa sepi dari biasanya. Gadis itu harus kembalikan Dengan cepat karena ayahnya yang tak henti selalu menghubungi, jika keadaan orang tua intan semakin memburuk. . Nana melangkah keluar dari rumah, tapi entah kenapa taksi yang dipesannya sampai sekarang belum datang juga. Meliha
Read more

Nana sakit

Hujan begitu deras turun tanpa henti, membuat semua orang memilih untuk bergelung di bawah selimut tebal untuk menghangatkan tubuh mereka. Tapi berbeda dengan seorang wanita cantik itu, ia berlari di bawah hujan yang sangat lebat tanpa pelindung apapun. Bahkan ia sudah terlihat sangat kedinginan, wajahnya mulai terlihat membiru karena terlalu lama kehujanan.Dari kantor tadi sebenarnya hujan tidak selebat ini, karena itu Nana memutuskan pulang. Tapi nasibnya sangat sial, ditegah jalan taksi yang ditumpanginya malah mogok, tak punya pilihan lain ia terpaksa menerobos hujan yang semakin lebat sampai rumah, untungnya jaraknya tak terlalu jauh dari rumahnya lagi.“Jam berapa sekarang?” perempuan itu melihat jam di pergelangan tangannya. Ternyata sudah menunjukkan jam delapan malam. Untung batang itu tidak rusak, karena terlindungi dari baju panjang yang ia gunakan.Nana mengerutkan hidupnya yang terasa perih, mungkin terlalu lama terkena air hujan membua
Read more

Perhatian Adri

Angin malam menghembus hingga ketulang, membelai wajah pucat yang terbaring lemah ditempat tidur itu, semakin membuat tubuh rapuh itu bergetar kedinginan. Hampir seharian wanita itu tak bangun-bangun membuat seseorang yang menjaganya dari siang tadi menjadi sangat cemas.Nana mulai membuka matanya yang masih terasa perih, ia mengerjap pelan menghindari sinar lampu yang menyilaukan matanya. Ia seakan menjadi linglung, mungkin karena terlalu lama menutup mata, apalagi kepalanya masih berdenyut sakit, meskipun tak separah tadi pagi.“Ohh, aku kenapa?” Wanita itu melihat tangannya yang terasa sakit, Ahh ternyata ada jarum infus terpasang disana.Nana melihat tempat ia berada, ternyata masih didalam kamarnya, tadi ia sempat berpikir jika dirinya dibawa ke rumah sakit.Tapi ... Bukankah tadi siang ia pingsan sendiri? Lalu siapa yang membawanya ke kamar dan juga memasang infus ini? Kapan benda ini ada?“Kamu sudah bangun?”D
Read more

Suara bagaikan kotoran

Jika gelap tidak selalu diartikan malam, bagaimana bisa semua cerita akan bisa berakhir bahagia. Karena perjuangan saja masih bisa menghianati hasil, apalagi jika hati hanya mengandalkan takdir. Matahari sudah mulai menampakkan dirinya, membangunkan orang-orang yang masih masih betah dengan bergelung Manja ditempat tidur. Nana membuka matanya yang masih terasa sangat mengantuk, wanita itu tidak bisa tidur sepanjang malam karena tubuhnya yang terasa sakit. Ia bahkan hanya tidur dua jam telah Subuh, dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Adri masuk setelah mengetuk pintu sebelumnya, ia membawa semangkuk sup dan obat untuk tetangganya itu. Sungguh perhatian!“Kamu sudah bangun?”“Ya,” jawab Nana.Nana bersandar pada kepala ranjangnya. Penglihatannya masih terasa kabur, kepalanya juga masih berdenyut-denyut, meskipun tidak seberapa sakitnya lagi. Ia bersyukur mendapat bantuan dari Adri, jika tidak ia bisa men
Read more

Memilih pergi

Intan tiba di bandara setelah berjuang lepas dari cengkaman kedua orang tuanya. Ya, setelah pertengkaran itu Intan memutuskan untuk langsung pulang ke Jakarta. Bagaimana bisa ia tinggal lebih lama disana, sedangkan Pandu selalu datang mengganggu hari-harinya. Butuh waktu dua jam agar lolos dari ayahnya, mereka kembali berdebat setelah itu, karena ayah intan yang mencoba menahannya.Intan hanya bisa membawa tas kecil yang berisi beberapa pakaian, dompet, ponsel dan kartu identitasnya saja. Tentu saja tidak bisa bawa barang banyak-banyak, namanya juga orang mau kabur, kalau bawa perlengkapan lengkap itu namanya mau kamping.Intan masuk kedalam pesawat, menuju kursi ekonomi yang sudah ditentukan. Sebentar lagi pesawat akan lepas landas, Intan berharap setelah ini semuanya akan baik-baik saja. Meninggalkan orang tua dalam keadaan marah, sebenarnya Intan sedikit takut, tapi bagaimana lagi dirinya tidak mau menikah dengan mantan makanya pemberontakan ini ia lakukan.S
Read more

Tak ada kesempatan

Nana dan Adri sampai di bandara setelah lima belas menit berlalu. Mereka segera mencari keberadaan Intan yang katanya menunggu di lobi bandara. Wanita itu dengan gesit melihat setiap orang-orang yang ada Disana, tapi ia tak kunjung menemukan keberadaan Intan. Merasa sedih putus asa wanita itu kembali mencari di tempat tunggu penumpang, akhirnya yang dicarinya ketemu juga.Tepat di sebuah kursi panjang tempat penumpang menunggu, terlihat seorang perempuan yang tertunduk diam disana, Nana yakin itu pasti intan yang masih menangis. Dengan cepat aku segera mendekati gadis itu agar bisa lekas pulang.“Itu dia!” Nana segera menghampirinya. Sedangkan Adri tak ikut karena ia malas ikut campur urusan para wanita. Iya yakin sekali pasti ada drama yang terjadi jika suasana sudah seperti ini.“Intan?” Panggil Nana dengan pelan.Perempuan yang dipanggil itu segera menonggak melihat siapa yang memanggilkannya, ternyata dia memang intan yang terl
Read more

Dokter mesum

Nana mengerang saat merasakan cahaya matahari menerpa wajahnya. Dia mengerjap matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya, seketika matanya melebar saat melihat jam yang ada didinding.“Astagfirullah! Aku telat bangun lagi!” pekik wanita itu penuh kesal. Nana segera menghambur masuk kedalam kamar mandi. Setelah lima belas menit berlalu Nana sudah keluar dari kamar dengan pakaian rapinya. Ia segera menuju taksi yang sudah dipesannya, seperti biasa.Saat diruang tamu ia melihat Intan yang sedang bersantai menikmati sarapan bersama jus buahnya, Nana mendengus kesal. “Dasar teman durhaka! Bukannya membangunkan ku, kamu malah bersenang-senang,” ucap Nan kesal. Sedangkan gadis itu malah tertawa bahagia.Intan masih menikmati masa liburannya yang masih tersisa empat hari lagi, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh gadis itu, katanya waktu dirumah orang tuanya ia tak bisa bersenang-senang. Jadi sekarang gadis itu sungguh
Read more

Ternyata kakak ipar

Nana mengusap wajahnya pelan, ia merasa lelah setelah seharian bekerja. Karena terlalu lama libur bekerja membuat pekerjaan menumpuk, dan sekarang ia harus menyelesaikannya.Seminggu sudah berlalu. Nana maupun Intan sudah kembali bekerja seperti biasa. Tapi belakangan ini Nana sedikit terganggu dengan gosip tentang dirinya, permasalahan waktu pak Panji membawanya ke rumah sakit menyebar luas, bahkan banyak pula dari mereka yang menambah-nambahkan membuat gosip itu semakin menarik, padahal kenyataannya tak seperti itu.Tapi Nana tidak ambil pusing, selagi hidupnya tidak diganggu dan tidak berlebihan ia akan memilih untuk diam saja.“Na, makan siang yuk?” Nana melihat Lisa sudah berdiri menunggu dirinya, “Iya ... Aku simpan dokumen ini dulu.”  Lisa mengangguk setuju.Setelah itu mereka menuju kantin kantor yang sudah mulai terlihat penuh, semua karyawan sepertinya sudah siap untuk menyantap makan siang mereka.
Read more

Surat cinta

Nana tersenyum manis melihat pria didepannya, sedangkan yang dipandang hanya berwajah datar saja, tak peduli dengan yang dilakukan Nana. “Kenapa kamu memandang ku seperti itu?” Tanya dokter tampan itu jutek. Ia mulai merasa risih saat ditatap begitu intens.“Gak ada ... Hanya melihat ciptaan Allah yang sempurna,” Ucapnya tanpa malu.Wajah Adri langsung memerah. Jangan salah, meskipun dia seorang pria tapi tidak dilarang untuk baper kan? Toh, dirinya punya perasaan.“Kamu gombal saya?” “Gak kok, dokter. Hanya berkata jujur.” Entah apa yang merasuki Nana hari ini, tapi ia suka saat mengganggu Adri.Setelah membaca novel romantis tadi ia menjadi ingin menjadi gadis di novel itu, yang selalu mengejar cinta. Ah betapa anehnya wanita ini.“Kamu sehat kan? Atau jangan-jangan setelah kecelakaan itu otak kamu geser.” Nana mendengus kesal mendengarnya, mana mun
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status