Home / Romansa / Liara / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Liara : Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

Bab 21

Liara menggeliat dalam tidur. Ingin sekali bergerak lebih leluasa, meregangkan beberapa otot, tetapi merasa tak bisa melakukannya karena dua tangan seperti diikat.  Perlahan membuka mata, perempuan itu mendapati satu sosok sudah ada di samping. Berbaring sama sepertinya, memeluk tubuhnya erat. Jadi, Hagan yang membuatnya tak bisa bergerak?  "Kapan kau datang?" Liara bertanya asal, tak menyangka akan dijawab, karena mata pria di sebelahnya masih tertutup.  "Satu jam lalu."  Perempuan itu terkesiap. Sedikit mendongak dan menyaksikan Hagan membuka mata.  "Kenapa tidur di sini? Sempit." Liara mendorong bahu pria itu. Tiba-tiba saja sesuatu yang aneh melingkupinya. Tatapan Hagan beberapa saat tadi membuat dirinya merasa dicecari banyak tuduhan.  Hagan menyelipkan satu tangan di bawah kepala Liara. Membawa perempuan itu semakin dekat padanya. "Apa yang kau lakukan itu buruk, Liara." Pria itu berucap pelan di tel
last updateLast Updated : 2021-07-24
Read more

Bab 22

"Mungkin, dia stres karena bersamamu. Kau harus sadar, hidup bersama orang sepertiumu itu tidak mudah."  Ucapan asal Max itu entah mengapa mengusik Hagan. Semalaman berpikir, pria itu pun mendapat satu ide.  Mungkin, Liara bukan stres karena hidup bersamanya. Mungkin, istrinya hanya sedang punya banyak pikiran. Perlu jalan-jalan, merilekskan pikiran.  Maka itu, malam ini Hagan menawarkan diri untuk mengantar Liara ke mana pun yang istrinya mau. Sudah seminggu juga sejak keluar dari rumah sakit. Kondisi Liara sudah lebih baik.  "Ke mana? Kau ingin jalan-jalan ke mana?" Di gazebo, Hagan bertanya antusias.  Terlihat bingung, Liara memastikan. "Pergi ke luar maksudmu?" Tidak biasanya si suami begini. Mengizinkannya bergerak melewati pintu rumah saja hampir tak pernah dilakukan. Kali ini, malah menawarkan jalan-jalan.  Hagan menganggukkan kepala.  Menekuk lutut dan memeluknya, Liara tampak berpikir
last updateLast Updated : 2021-07-24
Read more

Bab 23

Tadinya berjalan di samping Liara, Tatiana sepenuhnya menghentikan langkah, berpindah tempat untuk bisa berdiri tepat di depan sang kakak. Sore ini ia mendapat kesempatan bertemu dengan Liara. Mereka sudah menikmati rujak dan es kesukaan, beberapa saat lagi, sang kakak sudah harus pulang katanya. Padahal, Tatiana masih belum puas melepas rindu. "Jangan terlalu lelah. Jika pekerjaanmu sebagai asisten rumah tangga di sana terlalu berat, berhenti saja. Aku tidak ingin Kakak sakit hanya karena memikirkan uang sekolah dan biaya kuliahku nantinya." Gadis berusia 17 tahun itu bingung harus mengatakan apa. Teirma kasih saja agaknya kurang. Apa yang sudah Liara lakukan lebih dari apa yang bisa kakak kandung lakukan. Jika bukan karena perempuan itu, mungkin Tatiana sudah tidka bersekolah lagi. Juga, ia dan orang tuanya sudha dilempar ke penangkaran buaya karena tak mampu melunuasi pinjaman yang diambil Vicky untuk dihamburkan di meja judi.&n
last updateLast Updated : 2021-07-25
Read more

Bab 24

Sedikit demam dan suasana hati sedang buruk, Liara yang tengah berkeliling dengan mobil disupiri Biru meminta mereka berhenti di salah satu mini market. "Tunggu di sini saja. Aku hanya ingin membeli es krim." Liara bersuara, mencegah Biru ikut turun. Saat akan menuju pintu mini market, perempuan itu tak sengaja menemukan Redrick di sana. Laki-laki tengah bersandar di bagian depan mobil dan menikmati sabatang rokok. Liara melewati begitu saja usai mereka bertukar tatap sesaat. Liara sedikit kesal pada Redrick. Karena ulah pria itu, mengajaknya ke sungai tempo hari, Hagan jadi semakin diam. Sebenarnya, sejak hari mengunjungi pasar malam, entah mengapa Hagan seolah mengatur jarak. Sedikit bicara, terkadang memalingkan wajah ketika bertatapan dan terkesan seperti orang merajuk. Masalahnya di mana? Liara kira itu karena aduan Biru bahwa dirinya kembali bertemu Redrick berdua saja. Keluar dari
last updateLast Updated : 2021-07-26
Read more

Bab 25

"Di mana Liara?"  Hal pertama yang Hagan tanyakan setelah keluar dari kamar adalah keberadaan istrinya. Masih pukul enam pagi saat ia bangun dan menemukan sisi ranjang sudah kosong. Liara juga tidak ada di kamar mandi, maka ia meninggalkan ruang tidur. "Sedang sarapan, Tuan." Kaki Hagan menuju ruang makan. Benar. Liara ada di sana. Sedang menikmati makanan, saat mereka bersitatap perempuan itu malah tersedak. Mendekatkan gelas berisi air, Hagan menepuk-nepuk punggung istrinya. Tumben sekali seterkejut ini melihat kehadirannya. Pria itu menarik kursi, memposisikan tepat di sebelah Liara. "Kau bangun lebih dulu dari aku hari ini." Biasanya, sehabis mereka bermesraan di ranjang, Liara pasti terlambat bangun. Hari ini sedikit berbeda agaknya. Kembali fokus pada makanan, Liara berdeham saja. Sebisa mungkin tak membalas tatapan Hagan. Liara malu. Hilang muka, sebab semalam
last updateLast Updated : 2021-07-26
Read more

Bab 26

Ada saat di mana Liara mempertanyakan apa yang sebenarnya ingin ia capai. Menjual diri, hidup bersama seorang pria, melayani di ranjang, berkedok sebagai istri. Sesungguhnya, apa yang ia cari? Uang? Awalnya memang. Liara tak ingin Tatiana tidak ikut ujian dan putus sekolah. Ia juga tak ingin berutang terlalu banyak pada Maya dan Vicky. Jadi, Liara bekerja, mengumpulkan uang yang banyak dan melunasi segala itu. Lalu, setelah semua itu, apa? Tabungan Liara sudah lumayan sekarang. Cukup untuk biaya Tatiana beberapa tahun ke depan. Lalu, apa? Tidak ada. Beberapa bulan lalu ia memang mendapat sebuah surat dari orang yang mengaku sebagai ibunya. Hanya pemberitahuan. Tidak memuat rencana apa-apa. Kesimpulan, Liara tak punya tujuan. Hanya bernapas dan berjalan di dunia ini. Menambah lukanya sendiri, menumpuk dosa. Hampa. Kosong. Liara putuskan mengakhiri hidup. Sore ini, alasan ingin jala
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

Bab 27

Warning! 18+ Penuh sesak. Rasanya Liara tak bisa bergerak sedikit pun. Di segala titik, ada manusia. Padahal, tempat ini sangat luas. Jika bukan karena merasa bersalah pada Hagan. Liara tak ingin ikut ke acara seperti ini. Sungguh bukan kelasnya, ia tidak pantas ada di sini. Salah satu kolega bisnis Orlando merayakan hari jadi. Semua rekan diundang termasuk ayah mertua dan suaminya Liara. Dan Hagan meminta Liara ikut ke sini. Sebuah taman dengan kolam dengan mancur di bagian tengahnya. Di mana-mana terlihat orang kaya. Wanita, pria dengan setelan yang terlihat mahal. Bercakap-cakap soal sesuatu yang tidak Liara pahami. Melempar senyum padanya, yang terlihat sangat palsu dan merendahkan. Sungguh, Liara tak bisa bernapas dengan baik di sini. Ia ingin segera pulang, tetapi Orlando dan Hagan masih terlihat asyik berbincang dengan si empunya hajatan di kiri taman. Bosan, tidak selera menikmati santapan
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

Bab 28

Redrick baru saja pulang dari kantor, usai menyelesaikan lemburnya. Meski tahu bekerja keras di sana juga tak akan membuatnya menjadi pewaris, tetapi pria itu tetap melakukan yang dibisa demi membuat perusahaan milik Orlando semakin maju. Hari ini pria itu pulang ke rumah Orlando. Tidak langsung menuju kamar, lelaki itu menghampiri ayahnya yang kata salah satu pelayan masih ada di ruang kerja. Ada yang pelu Red tanyakan. "Liara dan Hagan sedang berlibur? Bulan madu?" Alis Orlando saling mengait. "Tidak. Setahuku, tidak. Kenapa?" Redrick tahu itu tidak benar. Ia beberapa kali melihat Hagan di toko, bekerja seperti biasa. Namun, tidak demikian dengan Liara. Perempuan itu jarang sekali terlihat keluar dari rumah. Karenanya Red memastikan. "Kukira mereka bulan madu. Itu saja." Tidak ada orangnya di sekitar Liara lagi, Redrick bingung apa yang si perempuan lakukan di rumah saja beberapa waktu belakangan. Cukup lama tak bert
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

Bab 29

Tak bisa berkata-kata, Redrick segera luruh ke kursi di samping ranjang pasien yang Liara tempati. Peredaran darah pria itu agaknya sedikit terganggu hingga saat ini wajahnya berubah pucat.  "Apa yang terjadi padanya, Max?" Pada lelaki yang berdiri tak jauh di belakang, ia bertanya. Bukan tak tahu apa penyebab Liara sampai harus terbaring lemah seperti sekarang. Red hanya masih tak paham.  Liara tak menceritakan apa-apa di pertemuan terakhir mereka. Perempuan itu juga terlihat baik, bahkan sempat menghadiahi Red satu senyuman yang manis di pesta itu. Lantas, tiba-tiba saja seperti ini?  Red mendengar kabar ini beberapa saat lalu. Dari Orlando. Tidak diberitahu langsung, ia melihat si ayah tiri tergesa dan panik meninggalkan rumah. Penasaran, maka ia bertanya.  "Liara di rumah sakit. Dia menyayat nadinya."  Saat otaknya mencerna kalimat itu, sungguh Red ingin segera terbang ke rumah sakit ini. Namun, ia tak mungkin bers
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

Bab 30

Meninggalkan rumah sakit dengan terburu, Hagan tak punya tempat yang ingin dituju. Meski begitu, mobil yang ia kendarai sendiri melaju cepat di jalanan. Sengaja pria itu memilih jalan tol agar tidak ada yang menghalangi aksinya yang seolah ingin menjadi pembalap malam ini. Mengapa ia bisa sebodoh itu? Sejahat itu, pada perempuan yang seharusnya ia jaga dan bahagiakan? Sungguh, sesal memang datang di saat yang tepat. Ketika Hagan sadar jika dirinya sudah salah dan melihat sendiri hasil dari sikap bodohnya. Liara yang terluka. Apa gunanya semua itu sekarang? Apa luka yang tertoreh dalam bisa hilang hanya dengan sesal dan satu permintaan maaf? Di saat seperti ini lelaki itu malah lebih bisa memikirkan sesuatu yang lebih pantas dari apa yang sudah ia lakukan sebulan belakangan pada si istri. Jika memang cemburu, harusnya dikatakan saja. Tunjukkan dengan benar. Marahi Liara bertemu Red, itu lebih baik daripada bersikap ding
last updateLast Updated : 2021-07-31
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status