Home / Fantasi / Rotate / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Rotate: Chapter 11 - Chapter 20

24 Chapters

Re : 10

“Jadi jelaskan padaku, siapa dirimu sebenarnya!” kataku to the point. Aku bukan tipe gadis yang akan berpura pura tidak tahu dan bertingkah seperti tidak ada yang terjadi.Six menatapku dengan bingung, “Apa maksudmu?”“Nggak perlu berpura pura padaku. Aku tahu ada yang kau sembunyikan dariku” kataku menyelidik.“Aku benar benar nggak tahu apa yang kau maksud Three. Aku baru saja bangun dari tidur panjang dan itu hal pertama yang ingin kau tanyakan padaku?. Kau juga, dari mana saja kau tadi?”. Kini giliran Six yang menanyaiku dengan nada yang tinggi.Aku menyerngitkan dahi, “Kenapa jadi kau yang marah denganku?”“Kau duluan yang menanyaiku dengan pertanyaan aneh, siapa yang nggak sebel dengan pertanyaan ambigu saat pertama bangun?. Padahal aku berharap kau menanyakan keadaanku, bukanya pertanyaan tidak masuk akal yang tak tahu dari mana asalnya itu”“Ini bu
Read more

Re : 11

Sudah beberapa hari berlalu sejak pertengkaranku dengan Six terjadi. Kami benar benar memutus hubungan satu sama lain dan bertingkah saling tak kenal. Bahkan ketika kami berpapasan, mata kami tak bertemu. Walaupun kami sudah bukan teman lagi, entah mengapa mataku selalu mengekor kemanapun Six pergi. Seperti induk ayam yang kehilangan anaknya, aku selalu merasa khawatir ketika Six belum kembali setelah bertugas, ataupun ketika ia mengaduh saat menggerakkan tanganya. Untuk kematian Four aku sudah mengurusnya dengan baik, para penjaga tak terlalu peduli dengan kami, aku tak perlu membuat alasan yang panjang dan penjaga itu sudah mengganguk mengiyakan. Dan benar saja, kini nama Four telah tercoret di papan tugas. Untuk saat ini ruangan miliknya masih sepi pengunjung, sepertinya The Strary belum membutuhkan tambahan babu untuk bertugas setiap harinya. Aku berjalan membawa nampan makanku, jam makan sore. Mungkin ini terdengar asing, tapi memang itu sebutan yang ku
Read more

Re : 12

Aku menggerakkan sapu yang kini berada di genggamanku. Dengan berkurangnya personil basecamp Zero, pekerjaan yang harus kami lakukan otomatis bertambah. Biasanya aku hanya perlu melakukan satu tugas saja setiap harinya, tapi kini aku mendapatkan dua tugas dalam satu hari. Memang tak setiap hari, tapi ini cukup memakan habis tenagaku. “Haaah…” helaku panjang. Dengan tugas yang banyak dan memakan waktu lama, membuat pertemuanku dan Six semakin jarang. Aku bisa merasakan jarak yang semakin membesar diantara kami, seperti ada jurang dalam yang memisahkan antara kami, yang semakin lama kian membesar. Aku menggerakkan sapu lagi, membersihkan sela sela ruangan yang belum semuanya tersapu bersih. Lorong sepanjang ini harusku bersihkan sendirian dalam waktu yang singkat, belum lagi aku harus pergi membersihkan kamar milik para penjaga. Para penjaga itu terlalu malas untuk bahkan membersihkan kamar mereka sendiri, padahal tangan kami sudah penuh dengan tugas tugas lain yang le
Read more

Re : 13

Aku berjalan tertatih, pengelihatanku lama lama menjadi semakin buram. Seluruh tubuhku di penuhi luka, penjaga itu tak berhenti walaupun telah melihat luka dipungungku. Ia hanya tertawa dan mencari tempat lain yang bisa di jadikanya bantalan pemukul. Aku berhenti sejenak, mengistirahatkan tubuhku. Kesadaranku hampir hilang. Jika aku roboh disini, tak seorangpun akan menyelamatkanku, yang ada aku akan di bawa ke ruangan khusus tempat persediaan makan Kerberos. Nafasku terengah naik turun. Jarak basecamp Zero tak jauh lagi, tapi tenaga yang tersisa di tubuhku begitu tipis. Rasa sakit yang menghujami seluruh tubuhku membuat kesadaranku tergoyahkan. Tak seperti biasanya, luka kali ini terlalu banyak dan terlalu dalam. Aku bisa menahan jika mereka hanya mencambukku beberapa kali, tapi tidak seharian penuh seperti ini, dan tepat saat kesehataan mentalku sendang rendah. Aku kembali melangkahkan kakiku. Dan sebuah pemandangan sukses mengagetkanku. Gadis siren itu berdiri did
Read more

Re : 14

  Mataku mengerjap perlahan, cahaya lampu yang remang menerangi sebagian wajahku. Six dan Lexa masih sibuk berdebat satu sama lain, entah apa yang sedang mereka bicarakan, aku tak begitu dapat mencerna semuanya. Ku gerakkan tubuhku perlahan, oh.. rupanya gadis siren itu langsung menyembuhkan lukaku begitu aku terjatuh tadi. Ditengah tengah perdebatan mereka, sekilas Six melihat ke arahku, memastikan keadaaan. “Kau sudah sadar!” seru Six senang. Lexa yang tadinya sedang fokus berdebat juga langsung menoleh ke arahku. “Kau tak apa? Bagaimana keadaanmu? Apakah masih ada yang sakit?” Six menghujaniku dengan pertanyaan bertubi tubi. Aku terdiam, rasanya risih. Entah karena Six yang tiba tiba berubah baik atau karena fakta aku sembuh berkat gadis itu. Manapun itu, tidak ada satupun pilihan yang akan membuatku lebih baik. Ku miringkan badanku membelakangi mereka, “Pergilah, aku ingin istirahat” “Ada apa? Apakah kau masih terluka
Read more

Re : 15

 Retak, seperti kaca yang sudah hancur berkeping keping tak ada satupun dari kami yang berusaha memperbaiki pecahan kecil yang mulai melebar ini. Setiap kali kami berpapasan bukanya niat untuk bermaanfat yang muncul melainkan wajah terluka. Aku dan Six sama sama merasa di khianati. Aku memandang ke arah barak api yang menyala di dapur, hari ini aku bertugas memotong kayu bakar dan mempertahankan api agar selalu menyala. Ku dekatkan wajahku ke arah api. Rasanya panas, cukup untuk menghangatkan tubuhku yang terasa dingin.Tak terasa tanggal penjualan sudah semakin dekat, aku Kembali memasukkan beberapa kayu ke dalam perapian. Merenung, jika seperti ini bagaimana Six akan menghadapi tanggal penjualan sendirian?. Dengan cepat ku gelengkan kepalaku, aku sudah cukup mengajarinya tentu saja ia bisa bertahan sendirian, ini bukan berarti aku harus selalu ada disisinya, sekarang ia sudah memiliki gadis siren itu tak ada yang perlu ku khawatirkan, kataku memantapkan hati.
Read more

Re : 16

Lexa bersenandung senang, perbincangan singkat dengan Three membuatnya Bahagia. Ia medapatkan izin untuk memiliki Six, itu yang ia tangkap dari percakapan mereka tadi, Kini taka da seorang pun yang akan menghalangi kisah cintanya.Kreek, perlahan Lexa membuka pintu kaca dengan angka 1 diatasnya. Sebagai satu satunya gadis siren di basecamp siren, Lexa memiliki ruanganya sendiri, lengkap dengan berbagai kebutuhan yang memadai.“Dari mana saja kau?”Suara berat itu sontak membuat mood Lexa yang awalnya baik memburuk.“Apa yang kau lakukan disini, tuan?” katanya sinis, pintu yang semula ingin ia tutup kini Kembali terbuka lebar.Seorang werewolf dengan tubuh besarnya duduk dengan elegan diatas Kasur, seperti tak ada yang salah dengan kehadiranya.“Sudah ku bilang jangan panggil aku dengan sebutan itu saat kita sedang berdua, apa kau lupa akan hal itu lexa sayang” kata pria itu sambil mengulurkan tang
Read more

Re : 17

“Ibu, jangan pergi!” ucap seorang anak sambil menggengam pergelangan tangan kanan ibunya erat. “Dengarkan ibu, Rayn!. Kau tak boleh keluar dari tempat ini apapun yang terjadi!” kata seorang ibu sambil memegangi Pundak anaknya. “Tidak! Aku ikut denganmu” rengek seorang anak kecil dengan matanya yang mulai berair. “Rayn, dengarkan ibu!” tegas sang ibu, wajahnya terlihat putus asa. “Berjanjilah padaku, apapun yang terjadi jangan tinggalkan tempat ini!” Anak laki laki itu menggeleng cepat, “Aku ikut denganmu!” DOK..DOK..DOK suara pintu yang dipukul terdengar lebih keras. Kini rumah kayu yang berada di pinggir pedesaan telah di kelilingi oleh warga dengan obor api ditanganya. “Nyonya Chelsea!, cepat keluar sebelum kami mendobrak rumahmu!” Teriak kepala desa marah. Chelsea menoleh sebentar ke ambang pintu, memastikan bahwa pintunya masih kuat menahan amukan warga desa. Genggaman Rayn semakin kuat, “Huhuhu…jangan pergi
Read more

Re : 18

“Six… Six!!” “Apa?” kata Six kesal. “Kenapa kau mengacuhkanku lagi?” kata Lexa sambil menggembungkan mulutnya. “Sudahlah, bukan hal penting. Lagipula kenapa kau masih mengikutiku?” Lexa mengayun ayunkan tanganya, “Hm, kenapa ya?.. aku juga tak tahu” “Kalau bukan bersamamu, siapa lagi yang bisa ku ajak bermain?” sambungnya. Six menghela nafas panjang, “Kau tak lihat ada banyak orang yang ingin mendekatimu? Mereka selalu saja memandang kearahmu dimanapun kau pergi” Lexa tersenyum palsu, “Hahaha, sepertinya aku kurang memperhatikan. Oh ya, kita mau pergi kemana?” Seketika Six menghentikan langkahnya. “Kenapa berhenti?” tanya Lexa sambil memiringkan wajahnya. “Kau bahkan tak tahu kemana aku akan pergi. Ah, sudahlah. Berdebat denganmu hanya akan menghabiskan waktuku” kata Six sambil Kembali melangkahkan kakinya. Kedekatan Lexa dengan Six benar benar mengubah segalanya. Anak emas seperti Lexa akan mend
Read more

Re :19

  “Jadi, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku. Setelah puas tertawa karena kejadian yang tak terduga itu, kini aku dan Six berjalan beriringan menuju basecamp. Akhir akhir ini ras manusia kekurangan orang. Pertama karena posisi Four kosong dan yang kedua karena laki laki disampingku ini dengan menyebalkanya terbebas dari tugas, sehingga kami, budak yang tersisa harus menutupi pekerjaan mereka sebisa mungkin. Jika hal ini terus berlanjut sepertinya salah satu dari kami akan berakhir di mulut Karberos, mati karena kelelahan. Six memalingkan wajahnya, “Hm, hanya kebetulan lewat itu saja” Aku memincingkan mata jahil, “Bilang saja kau mencariku” “Siapa yang mencarimu! Kebetulan saja kita bertemu dilorong tadi, kau terlalu percaya diri” Aku tertawa puas, “Apa apaan itu, kau berbohong dengan sangat buruk! Kemana kau akan pergi melewati tempat itu hah? Aula? Atau jangan jangan.. kau diam diam ingin pergi mengunjungi kamar para penjaga se
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status