Hari itu mendung, awan kumulonimbus dengan warna hitamnya sudah menyelimuti langit namun tidak menyurutkan seorang bocah berusia sembilan tahun untuk sekedar beranjak dari tempatnya karena hujan yang akan segera mengguyur. Seragam sekolah masih setia melekat ditubuhnya, ditambah sandal capit yang hanya dikenakan sebelah, juga luka di kepala yang masih diperban tak bisa untuk menggambarkan anak itu tengah baik-baik saja. Lambat laun, tetes demi tetes hujan mulai turun membasahi bumi, tak terkecuali anak yang sama yang hanya terdiam merenungi apa yang dialami. Semua masih terasa tak nyata dalam ingatannya, bagaimana keramaian para tetangga yang berkumpul di rumahnya dengan pakaian hitam, lalu tangisan adiknya yang sudah terdengar memilukan dari luar, ditambah pemandangan ibunya yang juga menangis dengan mata sembab. Awalnya dia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, sepatu sudah dia lepas sesuai ajaran sang ibu sebelum memasuki rumah lalu mendekati wanita yang melahirkann
Read more