Beranda / Romansa / The Ghost and I / Bab 1 - Bab 7

Semua Bab The Ghost and I: Bab 1 - Bab 7

7 Bab

1. Syarat Pendamping CEO

Peringatan!   Cerita ini hanyalah sebuah fiksi, bukan berdasarkan pada kenyataan yang ada. Melainkan murni khayalan dari penulis semata.   Dan tidak ada kaitannya dengan organisasi, ras, budaya, kepercayaan agama, latar tempat, nama tokoh, dll, yang ada di kehidupan nyata.   ***   Sudah hampir satu bulan, semua orang menjadi ketakutan dan berniat ingin kabur dari hotel. Rumor mengenai ruangan mendiang atasannya—Satya Gusmananda, tak lagi menjadi buah bibir semata.   Semua orang percaya bahwa CEO-nya itu masih tetap tinggal di dalam ruangannya. Ia tidak ingin ada penggantinya. Setiap kali ada seseorang yang masuk, hendak menduduki bangku kebesarannya, selalu saja gagal.   Entah bangku yang tiba-tiba terbalik sendiri. Kertas-kertas yang melayang di udara. Atau pintu ruangan yang dengan sengaja terkunci rapat dari dalam.   Dialah 'hantu' yan
Baca selengkapnya

2. Penampakan Hantu

'Apa lagi sekarang? Mencari pegawai baru? Dengan gaji sebanyak itu?'   Tubuhnya sedikit transparan. Ia tengah melihat ke seberang jalan. Membaca tulisan berukuran besar, dengan iming-iming gaji yang fantastik.   Satya Gusmananda. Pemilik tubuh transparan itu. Sudah tidak menjadi hal baru baginya untuk melompat dari ketinggian, mencapai apa yang ingin dituju.   Apalagi setelah dia mendengar, bahwa ada satu pelamar yang datang ke hotel untuk memberikan berkas-berkas yang dimiliki si pelamar.   'Lulusan SMA? Pengalaman bekerja ....'   Selesai sudah. Satya sudah tidak tertarik dengan membaca daftar riwayat hidup calon pegawai di hotelnya. Apa yang akan ia peroleh, dari seseorang yang tidak memiliki wawasan luas itu?   ***   Sepanjang perjalanan, Satya tak henti-hentinya untuk menatap wanita yang duduk di sebelahnya saat ini. Indira. Ya, Satya
Baca selengkapnya

3. Saling Menyapa

Satya sedang memandangi Indira yang tengah duduk di luar ruangannya. Dengan menautkan jemarinya, ia tengah mencoba untuk mencari cara lain untuk membuktikan kebenarannya. Apa Indira benar bisa melihatnya, atau tidak. 'Sangat suka sekali dia dengan pekerjaannya yang hanya duduk-duduk santai, namun digaji sampai 50 juta!' Satya melayang. Menembus pintu ruangannya dan duduk di atas meja kerja Indira. Sangat rapi. Ada beberapa tanaman hias, juga bingkai foto dirinya bersama keluarganya. Satya tidak peduli jika pantatnya itu akan membuat semua benda itu jatuh. Toh dirinya tak terlihat. Juga tubuhnya yang transparan. Jadi, ia bisa menembus segala bentuk benda yang diinginkannya, tanpa melakukan komat-kamit lebih dulu. 'Apa yang sedang ia lakukan?' Satya mengintip layar komputer yang sedang dipelototi Indira. Karena merasa kesal, Satya langsung mematikan komputer In
Baca selengkapnya

4. Hantu Pemula

Karena Indira sudah mengakui bahwa ia memang bisa melihat Satya, maka tidak ada alasan lain untuknya dapat menghindari sosok Satya yang telah resmi menjadi bosnya. Siapa sangka, pada akhirnya Indira akan bekerja di bawah naungan hantu yang selalu ingin ia hindari sepanjang hidupnya. Tidak ada hal baik selama Indira berdekatan, atau berhubungan baik dengan para hantu. Yang ada dirinya akan dijauhi, dibenci, dan dicemooh banyak orang. Keluarganya saja enggan untuk mengakui bahwa ia termasuk dalam silsilah keluarga. Apalagi orang lain. Indira tidak pernah memiliki seorang teman yang dapat dikatakan sangat dekat dengannya. Awalnya mungkin masih baik-baik saja, tetapi setelah tahu Indira sering bersikap aneh dan berbicara sendiri, semuanya lalu memilih untuk meninggalkannya. Tak hanya itu, Indira bahkan sampai mendapatkan julukan sebagai 'pawang hantu' saat ia masih sekolah dulu. Dan
Baca selengkapnya

5. Rapat Pagi

Lagi-lagi hotel dalam keadaan sepi. Sepertinya para pegawai sengaja untuk berangkat lebih siang, dari jam semestinya. Tidak ada ciri-ciri pengunjung yang menggunakan lift atapun ruang gym. Indira seperti sedang bekerja di bangunan kosong yang hanya dihuni beberapa hantu. Bahkan atasannya sendiri dikatakan bukan manusia. Melainkan hantu penasaran yang tengah mencari-cari alasan atas kematiannya. "Kamar sebanyak ini, kalau akhirnya hotel ini akan ditutup pasti akan sangat sayang sekali." Indira menyempatkan untuk meraba tembok dan pintu kamar hotel yang sedang kosong. Ya, sepanjang hidupnya mana pernah dia menginap di kamar hotel mewah seperti halnya hotel Lilac ini. Tinggal di tempat kost yang sempit dan kumuh, membuatnya merasa sedih jika bangunan semegah ini harus terpaksa dikosongkan. Bahkan bisa saja sampai dirobohkan. Tak! Tak! Tak! Bunyi heels Indira beg
Baca selengkapnya

6. Perkataan Seorang Player

Tidak ada yang terima dengan keputusan sepihak dari 'hantu Satya' ini. Pasalnya, siapa saja yang berani untuk resign mereka akan dikenai denda seluruh gaji yang mereka dapatkan sewaktu bekerja di hotel Lilac, lalu dilipatgandakan.    Selain itu, Satya akan menjamin kehidupan mereka tidak akan mendapat kenyamanan dan ketenangan. Jangankan untuk mencari pekerjaan baru, sekadar memejamkan mata untuk tertidur pun tidak akan Satya biarkan semudah itu.    Benar, Satya tidak akan mau diinjak-injak lagi oleh pegawainya sendiri. Di sini, dialah yang berkuasa. Walaupun wujudnya tidak terlihat, tetapi dia memiliki Indira yang akan menjalankan semua tugasnya.    "Indira, coba kamu cek seluruh ruang kamar hotel dan apartemen. Ada siapa saja yang menetap di sana. Karena mereka juga yang menyebabkan rumor itu berkembang
Baca selengkapnya

7. Sekretaris

Ruangan gelap dan sunyi, seakan menjadi tempat paling nyaman bagi Satya. Meskipun namanya tengah menjadi obrolan publik, Satya tidak perlu lagi pusing-pusing memikirkan tentang kasus yang sedang menimpanya saat ini. Pemberitaan yang tidak benar itu, kini sudah menjalar sampai ke penjuru negeri. Nama Satya pun menjadi tercoreng. Bukan hanya perkara dirinya yang menjadi hantu kejam, melainkan tindakannya sebelum meninggal pun menjadi sorotan. "Hei, kenapa kau hanya berdiam diri di sini?" Satya hanya melirik sekilas ke arah pintu ruangannya. Ada salah satu hantu anak kecil yang berdiri di sana. Dia tengah berkacak pinggang sembari melotot ke arah Satya. "Kenapa kamu datang ke sini? Pergi sana! Jangan ganggu aku!" usir Satya. "Aku ke sini karena aku tahu jika dirimu tidak bersalah." Satya menyeringai kecil. "Lalu, apa yang akan dilakukan para hantu jika mereka ti
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status