Home / Romansa / LUKA TAK BERDARAH / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of LUKA TAK BERDARAH: Chapter 11 - Chapter 20

105 Chapters

11. PERTEMUAN (part 1)

‘Maafkan aku ya …, jika kamu akan membenciku setelah ini, aku menerima keputusanmu itu. Kini aku hanya bisa pasrah dengan penghakimanmu nanti, karena aku tahu apa yang aku ucapkan tadi padamu tak pantas. Iya tak pantas aku ucapkan pada orang yang benar-benar aku cintai dan sayangi,’ gumam Eguh dalam hati, saat mengetahui sahabat yang dia cintai sudah tak terlihat dari pandangannya.   “Nak, ayah kecewa sama kamu, tidak seharusnya kamu nyakitin hati perempuan, apalagi di depan banyak orang seperti barusan. Ayah yakin pasti Cindy kecewa dan sedih. Kalau memang kamu tidak suka sama dia, cukup kamu selesaikan berdua dengannya, ndak usah seperti tadi,” tegur sang ayah dengan raut muka kecewa. “Ibu juga kecewa Nak, sama sikap kamu tadi. Ingat Nak, penyesalan datangnya belakangan dan jangan sampai kamu menyesal nanti. Kalau tiba-tiba kamu jatuh cinta pada Cindy tapi dia menolakmu, gimana perasaanmu? Pasti akan sama seperti yang dirasakan Cindy saat ini,
Read more

12. PERTEMUAN (part 2)

“Maaf Ayah, Bunda. Ini kita dimana ya? Itu rumah apa istana ya? Pasti pemilik rumah ini orang terkenal. Kalo bukan pejabat pastilah artis,” tanya Cindy yang penasaran karena mobil yang disupiri ayah Hendra berhenti di depan rumah mewah dan megah bak istana. “Iya Yah, Buk. Ini sebenarnya rumah siapa yang kita datangi?” tanya Eguh yang juga heran kenapa sang ayah berhenti di halaman rumah mewah dan megah bak istana. “Nanti pasti kalian akan tau siapa pemilik rumah yang mewah dan megah bak istana itu,” ucap ibnya Eguh menjelaskan. Kembali suasana di dalam mobil menjadi hening. Cindy dan Eguh pun mulai bermain dengan imaji dalam pikiran masing-masing tentang siapa pemilik rumah yang berada dihadapan mereka.   “Mas, sepertinya sedang ada acara deh. Lihat ada terop dan juga kursi-kursi di halaman depan rumah,” ucap Aisyah sambil menunjuk kearah terop dan kursi yang sedang ditata oleh para pekerja. “Iya benar sayang, pasti abah akan lama
Read more

13. KELUARGA UTUH

Untuk merayakan kembali utuhnya keluarga Hendra dan Aisyah. Aisyah dengan dibantu ibu dan ibu mertuanya, ingin sekali membuatkan keluarga mereka masakan spesial untuk sarapan pagi. Sehingga tadi pagi-pagi sekali, setelah mengerjakan ibadah shalat Subuh berjamaah, mereka bertiga dengan ditemani Cindy pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan dan tak lupa pula mereka membeli beberapa buah-buahan.   Ketika semua bahan yang dibutuhkan untuk memasak menu yang mereka bertiga list sudah siap semua di meja dapur. Dengan dibantu beberapa pembantu untuk memotong sayur, membersihkan daging dan ikan serta menyiapkan bumbu-bumbu. Mereka bertiga mulai menunjukkan kemahiran mereka dalam memasak. Dengan dibantu Cindy sebagai asisten mereka, mereka bertiga mulai memasak satu persatu menu masakan yang sudah mereka bertiga list.   Sambil menunggu … Hendra, anaknya, bapak dan abi mertuanya serta adik dan iparnya memilih untuk bersantai di
Read more

14. BERPISAH DENGAN SAHABAT

Selesai mengerjakan ibadah shalat Ashar berjamaah dan makan, Hendra beserta keluarga berpamitan ijin untuk kembali ke pesantren. Sebelum balik, bapaknya memberikan sesuatu pada Hendra. “Nak, ini sebagai pegangan kalian,” ucap sang bapak, sambil memberikan sebuah amplop putih. “Apa ini Pak?” tanya Hendra bingung. “Itu kado pernikahan kalian dari kami,” balas sang bapak. Lalu Hendra membuka amplop putih pemberian bapaknya, yang ternyata di dalamnya berisi buku tabungan lengkap dengan ATMnya. Saat Hendra dan istrinya membuka buku tabungan itu, mereka berdua kaget mengetahui saldo yang tercetak di buku tabungan itu. “Maaf Pak, cukup mendapatkan restu dari Bapak dan Ibu, Hendra sudah senang dan bahagia,” terang Hendra, sambil berusaha mengembalikan buku tabungan dan ATMnya ke bapaknya. “Benar yang mas Hendra katakan Yah, Buk,” tambah Aisyah. “Tapi ini hak kalian berdua, Nak. Apa yang bapak berikan ini tak seberapa dibandingkan denga
Read more

15. SEMANGAT

Malam hari di sebuah kamar seorang anak laki-laki sedang melamun tak jelas, diputarnya HP miliknya ke kanan ke kiri, seperti orang kurang kerjaan aja. Seperti rutinasnya tiap hari sehabis melaksanakan ibadah shalat Maghrib berjamaah di mushalla kampung, biasanya dia selalu mengobrol santai dengan Cindy lewat telepon di dalam kamarnya, kini dia hanya bisa rebahan di kasur sambil nunggu datangnya waktu shalat Isya’.   Tok … tok … tok … Terdengar suara ketokan pintu kamarnya dari luar. “Nak, lagi apa ne?” tanya sang ibu. “Iya, Buk. Ndak ada lagi rebahan aja di kasur. Ada apa nggeh, Buk?” balas Eguh sambil bertanya. “Biasanya jam segini kamu telepon-teleponan sama Cindy, sekarang kok malah bermalas-malasan di kasur,” goda sang ibu. “Ibu …, udah deh jangan bikin Eguh mewek. Ibu kan tau kalo Cindy sekarang udah di pondok pesantren,” ujar Eguh memelas. “Cie … sensi ni ya sekarang. Kenapa ndak kamu telepon kakek atau nenek
Read more

16. PERJALANAN AWAL MERAIH MIMPI

“Yah, Buk, Eguh berangkat dulu,” pamit Eguh pada kedua orang tuanya, sambil menyalami dan mencium punggung tangan kanan kedua orang tuanya bergantian. Setelah dirinya sudah rapi menggunakan seragam SMPnya. “Iya Nak, hati-hati di jalan,” ucap sang ayah dan sang ibu bersamaan. “Oh ya Nak, nitip salam buat paman dan bibimu ya,” ucap sang ibu berpesan. “Insya Allah Buk,” balas Eguh. Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Eguh pun berjalan melangkah pergi meninggalkan rumah. Eguh berjalan menyusuri gang rumahnya, hingga sampai di depan gang Eguh berhenti dan berdiri di depan gang untuk menunggu angkutan umum. Hingga 5 menit berlalu, akhirnya angkot yang Eguh tunggu datang juga. Lalu dengan melambai-lambaikan tangan kanannya Eguh memberhentikan angkot tersebut. Saat angkot berhenti di depannya, barulah Eguh naik ke dalam angkot, dan angkot pun melaju. ***   “Bu, maaf mau tanya,” sapa Eguh saat melihat salah seoran
Read more

17. PART SEBELAS

Disebuah bangunan rumah yang sederhana dengan halaman depan yang sangat asri, terlihat suami istri sedang duduk-duduk santai di teras rumah. Dua hari ini sengaja Hendra dan istrinya libur berjualan setelah pulang dari rumah kedua orang tua mereka.   “Dek,” ucap Hendra, sambil melihat buku tabungan yang kemarin dikasih sama sang bapak. “Iya Mas,” balas Aisyah memperhatikan suaminya. “Mas, bingung. Uang segini mau digunakan buat apa ya?” tanya Hendra yang terlihat kebingungan. “Aduh, Mas …, Mas, kenapa mesti bingung sih. Tinggal belikan mobil, belikan perhiasan, belikan pakaian yang bagus-bagus, jalan-jalan ke luar negeri. Hihihi …,” ucap Aisyah dibuat manja dan centil. “Gitu ya. Setelah itu ada berita, suami memutilasi istrinya gara-gara sang istri kerjaannya berfoya-foya,” ledek Hendra. “Hehehe …,” tawa mereka berdua. “Ampun Mas, kan adek cuma becanda. Hihihi …, piss,” ujar Aisyah manja. “Habisnya kamu ini
Read more

18. TERPESONA (bagian 1)

Disebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit Kota Kumbang. Terlihat sebuah keluarga bahagia yang sedang ngumpul santai di ruang keluarga sambil nonton TV. “Nginap berapa hari, Guh?” tanya sang bibi saat sedang nyiapi makan malam sama sang ibu mertua. “Besok juga udah balik Bik,” jawab Eguh sambil duduk di meja makan menunggu hidangan makan malam. “Kok buru-buru Guh,” ujar sang bibi yang sudah selesai menyiapkan hidangan makan malam. “Tadi Eguh kan niatnya hanya daftar ulang saja, Bik,” ucap Eguh menjelaskan. “Ooo …, gitu toh! Terus kapan nih mulai masuknya?” tanya sang bibi. “Kalo lihat di pengumuman minggu depan, Bik,” jawab Eguh sambil minum teh hangat.  “Oh ya, Guh. Besok kamu temenin Bibimu belanja bulanan ya?” pinta sang paman sambil menghisab rokoknya. “Siap 86, Dan!” ucap Eguh. Lalu kebersamaan mereka sekeluarga semakin larut dalam keakraban canda tawa, hingga malam semakin larut dan tanpa terasa s
Read more

19. PART DUA BELAS

Setelah mobil yang ditumpangi Elok dan keluarga keluar dari parkiran Mall, Elok meminta kepada sang sopir untuk melajukan mobilnya ke arah sekolah anak perempuannya di SD Negeri 3 Kota Kumbang. Mobil melaju di kecepatan 80-100 km/jam di jalanan kota. Selama dalam perjalanan obrolan demi obrolan terjalin indah dalam canda tawa kebersamaan mereka. Mobil yang ditumpangi oleh Elok dan keluarga pun mulai melaju pelan dan menepi, ketika mobil yang mereka tumpangi sudah berada di depan SD Negeri 3 Kota Kumbang. Setelah mobil rapi terparkir di pinggir jalan, barulah Eguh keluar dari mobil dan pergi menjemput sang ponakan. “Om Eguh …,” teriak sang keponakan sambil berlari menghampiri Eguh. “Sayang …,” balas Eguh yang langsung memeluknya, ketika sang keponakan sudah berada di depannya. “Gimana Sayang tadi sekolahnya?” tanya Eguh. “Menyenangkan sekali dong Om,” jawab sang keponakan. “Ya sudah yuk kita balik Sayang. Bundanya Imah sudah nunggu di m
Read more

20. TERJEBAK DALAM KEBIMBANGAN

‘Ada apa sebenarnya dengan hatiku ini? Sulit sekali diri ini untuk mengontrolnya, terlebih jika sudah menyangkut yang namanya hati, mudah sekali terjebak oleh kehadiran cinta. Pandangan pertama pada sosok gadis yang aku lihat di Supermarket tadi siang, membuatku jadi penasaran pada sosok gadis itu. Tapi kenapa ada kebimbangan dalam hati? Antara rasa penasaran dengan rasa suka. Rasa penasaran yang menumbuhkan rasa suka pada pandangan pertama. Ah …, kacau,’ gumam Eguh dalam hati.   Hanya melamun dan melamun Yang bisa aku lakukan saat ini Dimana pikiran otakku mulai memainkan Segala tentang imaji kehaluan   Dimana tadi siang dengan ditemani teriknya mentari Bunga mawar merah mulai berkembang Memancarkan ke
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status