Home / Fiksi Remaja / Take Me Back to Switzerland / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Take Me Back to Switzerland : Chapter 81 - Chapter 90

96 Chapters

Chapter 81 : New Life

5 years later after the crucial moments"William, sarapan dulu! Jangan lari-lari di depan rumah, sebentar lagi kamu harus berangkat sekolah."Marsha yang dulu bukan lah Marsha yang sekarang. Dahulu, Marsha hanyalah seorang remaja SMA yang masih labil dan plin-plan dengan pilihannya sendiri. Dahulu, Marsha hanyalah remaja yang masih asyik bermain dengan teman-temannya tanpa memikirkan pelajaran di sekolah. Namun, Marsha yang sekarang berbeda. Sekarang, Marsha adalah seorang ibu tunggal yang memiliki satu anak laki-laki berusia lima tahun. Sekarang, Marsha adalah wanita dewasa yang memiliki sifat pekerja keras dan juga penyayang kepada anaknya.Lima tahun yang lalu adalah masa terberat di dalam hidup Marsha. Wanita itu berada di tepi jurang dan berusaha untuk menyelamatkan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Wanita itu hamil tanpa ada yang mengetahui kecuali sepupunya sendiri. Sahabat dan teman-temannya tidak tahu bagaimana kondisi Marsha saat ini karena wan
Read more

Chapter 82 : He is Coming

Seseorang berjalan menyusuri lobby yang ada di bandara setelah baru saja mendarat dari pesawat. Orang tersebut tampak berjalan sambil mendorong kopernya yang berukuran cukup besar. Sembari berjalan, orang tersebut membuka ponselnya dan tampak seperti sedang menelepon seseorang. Beberapa menit kemudian setelah selesai menelepon seseorang di telepon, orang tersebut beranjak menuju ke salah satu kafe yang masih berada di bandara. Setelah memesan satu cup americano dingin berukuran sedang, orang tersebut duduk di salah satu bangku kosong di sana."Gue udah di kafe bandara," ucap orang tersebut di dalam telepon sambil menyeruput americano dingin yang ada di genggamannya."Gue tunggu lima menit lagi," ucapnya lagi. Segera setelahnya, orang tersebut langsung mematikan panggilan telepon dan kembali meminum americanonya.Orang itu adalah Haris Januar. Setelah lima tahun lamanya menghilang entah ke mana, pria itu kembali lagi ke Indonesia. Ternyata Haris menghabiskan wakt
Read more

Chapter 83 : Failed Surprise

Flashback 5 tahun yang laluHari itu adalah waktunya bagi Haris untuk beristirahat. Sudah tiga minggu ini otaknya ia gunakan untuk belajar dan mengerjakan soal-soal ujian yang sangat susah. Hingga akhirnya Haris telah menyelesaikan semua ujian yang ada di sekolah dengan baik. Jika masih ada yang ingat, Haris merupakan salah satu dari murid berprestasi di sekolahnya. Maka dari itu sudah tidak heran lagi jika Haris tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyiapkan ujian karena sejak awal ia sudah mengetahui materi yang akan keluar terlebih dahulu.Haris masih memiliki waktu sekitar satu minggu lagi untuk melaksanakan ujian selanjutnya, yaitu ujian masuk ke perguruan tinggi. Tidak seperti Marsha, Haris memutuskan untuk tidak ikut mendaftar ujian beasiswa ke luar negeri. Laki-laki itu merasa lebih senang jika menghabiskan waktu kuliahnya di negara sendiri. Haris ikut merasa senang jika Marsha bisa diterima di universitas yang ada di luar negeri sesuai dengan keinginannya
Read more

Chapter 84 : Proposal

Pagi hari yang sejuk dan penuh kabut berwarna putih menjadi pemandangan indah yang Marsha lihat ketika membuka jendela kamar. Tepat setelah mengantar Willy sekolah, Marsha kembali ke rumahnya untuk melakukan bersih-bersih rumah. Wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai di rumah dan sudah menyiapkan peralatan yang akan ia gunakan untuk membersihkan rumahnya. Namun, sebelum itu Marsha harus mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum beraktivitas. Sepiring Rösti panggang sudah tersaji di atas meja makan.Marsha melahap menu sarapannya yang sederhana didampingi dengan pemandangan alam yang indah di Desa Lauterbrunnen. Saat ini ia sedang duduk di teras rumahnya sambil menikmati sarapan yang sederhana. Ia melihat banyak sapi berwarna hitam dan putih dengan lonceng yang terkalung di leher sedang memakan rerumputan di sebuah padang rumput yang luas. Hari-hari di Desa Lauterbrunnen Marsha lewati seperti biasanya. Sebuah pemandangan yang selalu indah hadir menghia
Read more

Chapter 85 : Almost

Tepat setelah mendapat panggilan telepon dari bawahannya, Haris langsung terbang berangkat menuju ke Swiss. Untung saja pada saat itu ada satu keberangkatan pesawat yang melewati Swiss sehingga Haris tidak perlu menunggu sampai hari esok. Butuh waktu sekitar delapan belas jam untuk bisa sampai di Bandara Internasional Zurich. Haris berangkat tepat pada pukul sepuluh malam dan sampai di Bandara Internasional Zurich esok hari pada pukul sekitar empat sore. Pria itu menghabiskan waktu selama delapan belas jam untuk beristirahat di dalam pesawat.Kepergian Haris menuju ke Swiss yang sangat mendadak tersebut membuatnya terpaksa tidak jadi kembali ke Jerman. Haris sudah mengabarkan atasannya di perusahaan untuk melakukan cuti tambahan lagi selama satu pekan setelah sebelumnya ia juga sudah meminta cuti selama satu bulan ketika di Indonesia. Untung saja sang atasan memaklumi dan memberikan kompensasi kepada Haris. Terlebih lagi, negara Swiss dan Jerman berjarak dekat bahkan bersebel
Read more

Chapter 86 : First Meet

Pada hari ini, Marsha sudah memantapkan dirinya untuk menjawab lamaran dari Felix satu minggu yang lalu. Wanita itu sudah memantapkan seluruh jiwa dan raganya serta keyakinannya untuk menjawab lamaran dari Felix. She said yes! Setelah memikirkan berbagai aspek dan faktor sebagai pertimbangan untuk menjawab lamaran dari Felix, Marsha sudah siap seratus persen untuk menerima lamaran dari Felix. Sepupunya, Peter, bahkan sudah menyetujui saat dirinya meminta izin kepadanya terkait lamaran dari Felix. Saat ini Marsha sudah bersiap untuk menyambut Felix yang sebentar lagi akan datang ke rumahnya. Willy sendiri masih berada di sekolah dan anak itu baru akan pulang nanti siang yang akan dijemput oleh pamannya. Setelah satu minggu tidak bertemu dengan Felix, Marsha merasa sangat gugup. Terlebih lagi setelah ini Marsha akan mengatakan pada Felix bahwa ia telah menerimanya. Dengan jantung yang berdegup kencang serta perasaan hati yang tidak karuan, Marsha menyiapkan dirinya untuk seger
Read more

Chapter 87 : After We Part

"Benar, saya orang Indonesia, Paman!"Haris sontak terkejut mendengar jawaban anak laki-laki yang saat ini berada di hadapannya. Ia menelisik wajah anak laki-laki tersebut dengan cermat dan teliti. Haris baru saja menyadari jika ternyata anak di depannya ini memiliki bentuk mata dan bibir yang sangat mirip dengan kekasihnya, Marsha. Mungkinkah anak laki-laki di hadapannya saat ini adalah anak dari Marsha? Apakah mungkin ini sudah saatnya bagi Haris untuk bisa bertemu dengan wanita yang sudah lama ia cari selama lima tahun belakang? Apakah Tuhan sudah membolehkan dirinya untuk bertemu Marsha setelah sekian lama ia berusaha mencari?"Ada apa, Paman?" ucap anak laki-laki bernama Willy dengan bingung ketika Haris menatapnya lekat-lekat sejak tadi sehingga membuatnya sedikit risih.Dengan cepat, Haris membuang pikirannya jauh-jauh kemudian tersenyum hangat kepada anak laki-laki di depannya. "Kamu tinggal di sini atau hanya berlibur?"Willy menggeleng dengan ce
Read more

Chapter 88 : Shockingly

"Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih
Read more

Chapter 89 : Old Friend

"Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat
Read more

Chapter 90 : Gone

"Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status