"Maaf tuan, aku, harusnya aku tidak ceroboh ... maksudku ... aku meninggalkan lilin itu sendirian di sana." Seorang wali sekaligus pengikutnya itu mencicit layaknya tikus sembari menggosok kedua telapak tangan yang gemetar hebat. Matanya berulangkali menelisik dari puing-puing kantor hukum yang habis terbakar dan beralih lagi ke wajah menteri Darwin.Ia hampir tidak pernah melihat tuannya tersebut murka. Terlihat lebih putus asa dari biasanya. Matanya yang tua bergaris-garis masa tampak lelah. Menatap dengan genangan air mata ke arahnya."Aku," "Gilmer," mentri Darwin menyela ucapannya dengan tenang. Berani taruhan, Gilmer lebih suka Mentri Darwin berteriak dan memukulinya dari pada berujar pilu seperti ini."Aku tau, tuan. Aku salah, maafkan aku." Gilmer berulang kali merunduk meminta ampun. Dia telah melenyapkan salinan dokumen yang seharusnya selesai hari ini."Gilmer, tengang dulu. Aku ingin bicara.""Iya," Gilmer terdiam, masih dengan mata kalang kabut melihat beberapa pelayan da
Last Updated : 2022-06-01 Read more