Home / Lain / Tetanggaku Rajin (Minta) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Tetanggaku Rajin (Minta): Chapter 11 - Chapter 20

49 Chapters

Kiki Truk Gandeng

"Mah, ada kabar gembira!" Subuh ini suamiku tiba-tiba menghampiriku yang sedang bersiap akan meracik bumbu untuk membuat sarapan."Kabar gembira apa, Pah?" tanyaku penasaran."Papah dapat proyek besar, Mah. Proyek untuk apartemen, pihak pengembang berminat menggunakan produk kita untuk mebel dan kitchen set di apartemen yang sudah mereka bangun." Suamiku berbicara dengan antusias."Alhamdulillah, tapi kenapa subuh begini dapat kabarnya, Pah?""Sebenarnya email balasan dari mereka sudah dari kemarin, Mah, jawaban dari penawaran yang Papah kirimkan beberapa minggu yang lalu.""Modal Papah cukup, kah?" tanyaku agak ragu."Mereka akan transfer 20% dimuka Mah, Alhamdulillah banget kan?""Alhamdulillah, mudah-mudahan lancar ya, Pah, Mamah bantu do'akan.""Aamiin, ya udah nanti Papah mau pergi untuk tanda tangan kontrak.""Oke deh, Mamah siapin sarapan dulu ya."Senang sekali hatiku, usaha yang dijalankan suami akh
Read more

Mau Pinjam Duit

            Sore ini, aku bersiap menemui Bu RT di rumahnya. Berbekal sepiring bakwan sebagai buah tangan. Sesampainya di tujuan,“Assalamu’alaikum ....” Aku memgucap salam sambil menekan bell di dekat pintu.“Wa’alikum salaam.” Kudengar jawaban tuan rumah, kemudian pintu terbuka.“Dek Rini, masuk dulu, Dek!” ujar Bu RT ramah.“Maaf bu, Rini ganggu gak, ya?” tanyaku kikuk.            Sebenarnya aku sangat segan, namun rasa penasaran mengalahkan keraguanku untuk melangkah masuk. Biar bagaimanapun aku harus tahu sesuatu tentang Mbak Kiki yang selalu mengganggu.            Setelah menyerahkan bawaanku dan berbasa-basi sebentar, ku utarakan maksud kedatanganku. Nama asli Bu RT adalah Bu Rukmana, hanya saja aku lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan Bu RT. Pak RT adalah pengusaha kuliner d
Read more

Mbak Kiki Sakit

Malam hari, Mas Hadi telah kembali ke rumah. Kusiapkan segelas kopi susu hangat sambil menemaninya mengecek berkas. Kusampaikan semua penuturan Bu RT tempo hari. Mas Hadi cuma manggut-manggut saja mendengarkan aku bercerita.   “Kemarin itu, pas Mamah masih di rumah Bu RT, Mbak Kiki kemari, katanya mau pinjam motor,” ujar suamiku kemudian.   “Tapi, Pah, Mamah ketemu di depan rumah, pas udah balik dari rumah Bu RT. Dia pakai motornya sendiri.”   “Iya, mau Papah kasih pinjam, tapi pas cari kunci motornya ga ketemu. Terus dia tanya Mamah kemana. Papah bilang lagi ke rumah Bu RT.”   “Ooh, pantesan, dia liatin Mamah kaya orang gak suka gitu, Pah. Jangan-jangan dia mikir kalau Mamah abis gosipin kejelekan dia dengan Bu RT.
Read more

Gagal Kau Mengerjaiku

Sudah dua hari, Mbak Kiki tak ada kabar. Tetapi aku tak khawatir, karena yang aku tau, suaminya sedang ada di rumah, jadwalnya libur. Memang begitu kebiasaannya. Jika suaminya sedang di rumah maka dia tak akan keluar rumah, dan aku bisa sedikit tenang.Hari ini suamiku menepati janjinya akan membawakan motor baru untukku. Akhirnya setelah wara-wiri ke beberapa Dealer, ada juga Dealer yang bersedia menjual secara cash. Jam 4 sore, motor pun sampai di halaman rumah. Beruntung tak ada tetangga yang melihat, buru-buru ku masukkan ke dalam rumah, lalu ku tutupi dengan selimut lebar.Padahal ini motor milikku, kenapa jadi aku yang ketakutan ya? Hahaha. Bukan takut hilang, tapi takut dinyinyirin tetangga. Takut dianggap sombong, riya'. Ah! Entahlah, aku jadi bingung sendiri. Berhubung masih dalam masa dilarang keluar tanpa kepentingan, jadi motor baru ini belum waktunya dibawa jalan-jalan. Akhirnya ada alasan yang membuat pikiranku lebih tenang. "Mah, kok melamun?" Suara suamiku mengejutkan
Read more

Bungul Bin Tambuk

"Mbak, masih betah di rumahku? Balik, gih! Minum obat," ujarku. Sudah lebih dua jam dia berceloteh ngalor ngidul mengikuti arah angin, angin ribut!"Males, ih. Liat kerjaan rumah numpuk, jadi ga asik. Mana laki udah pergi kerja, sepi," ujarnya mengelak."Lah, aku juga mau istirahat," ujarku kesal."Eh, mumpung aku lagi ga sibuk, jalan-jalan, yuk. Pake motor baru kamu," ujarnya sambil menunjuk si N-Cox."Ogah, cukup si butut aja yang turun berok gara-gara dinaikin sama dirimu," jawabku sewot."Dih, emang dasar udah butut! Ayuk lah, Rin. Kita jalan-jalan kaya orang-orang itu loh, yang hobi nongkrong di kafe, kaum saoslita.""Sosialita! Ogah, ah, ntar di jalan bisa-bisa ditangkap polisi," ujarku mengelak."Masa sih?" tanyanya heran."Iya, motor itu cuma boleh boncengin orang, bukan karung beras," ujarku sambil terkekeh."Sembarangan, Lu. Ngatain gue karung beras. Bukan karung beras, tauk!" ujarnya kesal."Terus?""Gaban!""Bwahahahaa, nyadar jugak! Udeh buruan balik, aku mau tidur siang.
Read more

Maunya Gratisan

Malam ini, hujan turun sangat deras. Petir sesekali menyambar disusul suara gemuruh yang membahana. Aku khawatir dengan suamiku yang belum kembali ke rumah. Ku kirim pesan WA padanya. Aku tak berani menelpon dalam keadaan hujan petir seperti sekarang ini.[Assalamu'alaikum, Pah. Papah lagi dimana sekarang?] Pesan terkirim tercentang dua. Kemudian langsung berwarna biru.[Di jalan, Mah. Ini si Arif yang nyetir. Baru balik dari apartemen buat masang orderan,] balas suamiku.[Di rumah hujan petir, Pah. Disana gimana?] balasku lagi.[Hujan deras juga, Mah,] balas suamiku kemudian.[Ya sudah, hati-hati ya, Pah. Bilangin Arif jangan ngebut.] pesanku padanya.[Iya, Mah. Nanti habis anter Papah, Arif yang bawa mobilnya, biar besok Papah dijemput aja.] Suamiku memang sering mempercayakan mobil pada karyawan kepercayaannya.Setengah jam kemudian, suamiku tiba di rumah. Hujan masih turun sangat deras. Halaman depan rumah menjadi becek akibat genangan air."Pah, kayaknya harus pasang paving block
Read more

Ultah Sukiyem

POV Mas Bowo Hari ini istriku tercinta berulang tahun yang ke-38. Biasanya, tahun-tahun sebelumnya, istriku tak pernah banyak meminta hadian disaat dia berulang tahun. Namun kali ini aku dIbuat terkejut, istriku meminta dibelikan sebuah motor baru, merek dan modelnya harus sama persis dengan milik tetangga. Aku jadi pusing dIbuatnya. Motor yang ada pun masih dalam masa kredit. Bagaimana mungkin aku bisa membelikan dia motor baru lagi? Aku menawarkan pilihan hadiah lain saja, tapi istriku kekeuh ingin motor baru, yang bodynya lebar dan sedang ngetren saat ini. “Pokoknya aku mau motor kayak punya si Rini, Mas!” “Ya sudah, nanti coba tanyakan Rini beli itu Dp nya berapa?” “Satu lagi, Mas “Apa, Dek?” “Kue ultah yang warna pink!” “Kamu ini kayak anak kecil saja, Dek. Ya sudah, nanti Mas belikan. Tapi Mas baliknya malam, ya!” “Oke deh, Mas Wowo cintakuu, cayangkuu,” ujarnya sambil beg
Read more

Dasar Koplak

Pukul 09.00 pagi, sebuat colt diesel datang mengantar pesanan paving block. Mas Hadi sengaja berangkat agak siang, sekalian menunggu kedatangan tukang untuk memasang paving block di halaman. Akhirnya tukang bangunan pun tiba. Aku menyiapkan minuman dingin dengan beberapa cemilan dan gorengan untuk Pak Tukang. Setelah semua paving block diturunkan dari mobil pengangkut, proses pengerjaan pun dilakukan. “Deuuuh, bangun teruuus.” Tiba-tiba saja ada suara beserta wujudnya. “Mbak Kiki! Ngagetin aja! Ini supaya kalau hujan ga becek, Mbak!” “Bilang aja, males nyabutin rumput!” “Serah Elu, deh!” ujarku sambil berjalan ke teras depan. Duduk di kursi teras sambil melihat pak tukang melakukan pekerjaannya. Kukira Mbak Kiki hanya lewat, ternyata dia mengikutiku masuk ke halaman dan ikut pula duduk di teras. “Enak, ye, punya laki banyak duit.” “Rezeki orang kita ga tau, Mbak.” “Tau ga, Lu?” “Apaan?” “Gue puny
Read more

Deodorant

Setelah tiga hari, akhirnya paving block di halaman rumahku selesai dipasang. Aku mulai leluasa menata tanaman hiasku lagi. Satu persatu pot tanaman aku rapikan, kemudian menyiram tanaman-tanaman dengan air dari selang yang sudah tersedia. “Asik beneeer, pagi-pagi udeh semprot sana-sini.” Mbak kiki muncul dari pintu pagar yang lupa kututup saat sumiku berangkat kerja tadi. “Udah mandi, Mbak?” tanyaku santai, masih tetap menyirami tanaman hias. “Belum! Ntar aja, masih adem banget cuacanya,” jawabnya. “Sini, aku mandiin! Mumpung aku lagi baik,” “Diih, ogah!” Aku hanya tertawa mendengar jawabannya. “Dicariin Bu RT, Mbak!” ujarku kemudian. “Ngapain Bu RT nyariin gue?” “Tauk! Tanya aja sendiri,” ujarku lagi. “Kalau mau dibagi bantuan sembako mah, aku mau, Rin!” “Ya, bisa jadi! Makanya buruan sono ke rumah Bu RT!” “Iya, deh. Aku mau kesana,” ujarnya dan berlalu
Read more

Jodoh Tak Ke Mana

Setelah tiga hari, akhirnya paving block di halaman rumahku selesai dipasang. Aku mulai leluasa menata tanaman hiasku lagi. Satu persatu pot tanaman aku rapikan, kemudian menyiram tanaman-tanaman dengan air dari selang yang sudah tersedia. “Asik beneeer, pagi-pagi udeh semprot sana-sini.” Mbak kiki muncul dari pintu pagar yang lupa kututup saat sumiku berangkat kerja tadi. “Udah mandi, Mbak?” tanyaku santai, masih tetap menyirami tanaman hias. “Belum! Ntar aja, masih adem banget cuacanya,” jawabnya. “Sini, aku mandiin! Mumpung aku lagi baik,” “Diih, ogah!” Aku hanya tertawa mendengar jawabannya. “Dicariin Bu RT, Mbak!” ujarku kemudian. “Ngapain Bu RT nyariin gue?” “Tauk! Tanya aja sendiri,” ujarku lagi. “Kalau mau dibagi bantuan sembako mah, aku mau, Rin!” “Ya, bisa jadi! Makanya buruan sono ke rumah Bu RT!” “Iya, deh. Aku mau kesana,” ujarnya dan berlalu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status