Sejak menerima tawaran dari Tasya, ketenangan Mika selama di kampus bisa dikatakan resmi terancam. Penyebabnya jelas, gadis itu selalu menempel dengannya, seperti nasi yang tak sengaja diinjak. Ke manapun Mika pergi, Tasya selalu ikut. Entah itu ke perpustakaan, halaman belakang kampus, bahkan ke toilet sekalipun. Alasannya? Supaya sewaktu-waktu River menjumpai Mika, Tasya ada juga di sampingnya.Bagi Tasya itu bukan masalah, tapi bagi Mika yang ingin waktu belajarnya tak terusik, jelas ini masalah besar. Apalagi Tasya jelas bukan mahasiswa yang rajin, kerjanya cuma bermain ponsel saja, apa guna dia duduk berjam-jam di perpustakaan hanya sekadar menemani Mika. Tapi kegigihannya menunggu River layak diapresiasi. Mika bahkan merasa ini bukan cuma soal patah hati diputuskan tanpa alasan, tapi ini adalah obsesi.***"Bisa kita ngomong bentar?"Kepala Mika tengadah tatkala suara familier menyapa telinganya. Dia dan Tasya yang tengah duduk di bawah pohon kersen
Baca selengkapnya