Senja yang mulai merangkak ke ufuk tak lagi indah bila salju turun begitu lebatnya. Hatiku bagai terombang-ambing tak tentu arah. Aku menyadari kesalahanku padanya, namun mengapa ia harus berlebihan seperti ini padaku? Aku suka perhatiannya, dan aku nyaman pula selalu ada di dekatnya. Namun bila harus seperti ini, sungguh ini berat buatku. “Pak Kwon kurasa Anda sudah berlebihan padaku!” tegurku padanya. Sejak perkelahian yang terjadi antara aku dan dia, ia lebih memilih untuk membungkam mulutnya ketika ia mengantarkan aku pulang. “Baiklah ... mulai saat ini dan seterusnya aku tak kan pernah ikut campur masalahmu lagi!” Ia marah, sangat marah hingga membanting pintu mobilnya setelah pria Chaebol itu mengantarku di depan pintu rumahku. Aku tak menyangka bila emosinya akan meledak seperti itu, baginya aku ini apa hingga ia berkata-kata dengan nada tinggi seperti itu? Aku bahkan tidak memintanya untuk
Read more