Sanjaya menghubungi Sarasvati dari Jakarta ditengah malam buta. Istrinya jelas berdecak kesal. Bukan karena apa-apa, wanita itu baru saja tidur setelah menghabiskan malam bersama Andina dan Abigail membicarakan banyak hal tentang cinta, pekerjaan, masa depan, dan ambisi yang ingin mereka kejar. "Sudah saatnya melempar sauh belum, Mah?" ujar Sanjaya di seberang sana. Terlihat kesepian tanpa istrinya yang cerewet. Sarasvati berdehem tanpa membuka matanya yang terasa berat. "Jadi mama besok sudah pulang?" Entah bertanya atau memaksa, Sanjaya terlihat tersenyum tipis. Sarasvati mengerjap. Lalu wajahnya menjadi serius, ia bicara dengan dalam dan serak oleh emosi. "Daniel masih ingin meluruskan hidupnya di Jogja, Pa. Kita harus menerima keputusannya. Gak mudah memang untuk membujuknya kembali. Tapi papa percaya saja, bahwa Daniel bisa mengeluarkan kita dari kekacauan yang ia buat."&
Read more