Home / Romansa / Sugar Daddy-in-Law / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Sugar Daddy-in-Law: Chapter 41 - Chapter 50

61 Chapters

Chapter 41: A New Team

Menara Eiffel terlihat dari kejauhan melalui kaca jendela kamar hotel yang kini ditempati Gerald dan Catherine. Gerald masih tampak sibuk di sofa dengan laptop di pangkuannya sedangkan Catherine terus memandangi keindahan kota itu dari kamar yang terletak di lantai sebelas.“Kenapa kau memilih menginap di hotel?” tanya Catherine. “Tidakkah kau punya rumah di Paris.”“Oh, tentu aku punya.” Gerald tetap pada laptopnya. “Rumah itu sudah lama tak ditempati dan semua perabotnya ditutup kain agar tak berdebu. Aku tak mau repot-repot. Lebih baik menginap di hotel saja agar lebih praktis, lagi pula hanya untuk satu atau dua hari.”“Bagaimana jika kau punya tamu?”“Tamu? Mereka bisa menemuiku di kantor.”Catherine mengalihkan pandangannya dari luar jendela dan berjalan menuju lemari untuk mengambil gaun tidurnya yang telah ia simpan di sana. Setelahnya ia berjalan ke kamar mandi untuk b
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

Chapter 42: Imperfection

Davin terus tersenyum kala memandangi kedua orang tuanya bergantian. Ia tahu bahwa suatu hari mereka pasti akan kembali bersama lagi, Davin tak pernah berhenti berharap akan hal itu dan kini, semuanya benar-benar terjadi.“Davin, kenapa kau melihat kami seperti itu?” tegur Catherine.“Uhm, aku hanya suka melihatnya.” Davin mengedikkan bahu. “Ayah dan Ibu tampak … mesra?”Gerald dan Catherine berpandangan selama beberapa saat lalu tertawa.“Ah, kau ini.” Catherine menggeleng sambil tersenyum.Obrolan mereka disela sejenak oleh pelayan yang datang dan meletakkan makanan pembuka yang sebelumnya telah dipesan.“Kapan kalian akan kembali ke London?” Davin membuka kembali percakapan setelah pelayan pergi.“Besok siang,” jawab Gerald.Davin memandangi hidangan crab fondue yang menjadi makanan pembuka pilihannya. Selama beberapa saat ia tak bicara l
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

Chapter 43: Daddy Figure

Baru beberapa jam tiba di London, Davin langsung diajak oleh Gerald untuk pergi ke lokasi yang rencananya akan menjadi kantor cabang Casualads. Seperti yang sebelumnya dikatakan Gerald, gedung itu terletak di kawasan yang cukup ramai.“Nanti Ayah akan membeli semua yang diperlukan. Meja, kursi, lemari, komputer, semuanya,” ucap Gerald sembari memandang sekeliling ruangan yang masih tampak kosong dan amat lengang. “Soal pegawai juga, Ayah sudah menyiapkan beberapa orang.”Davin menatap Ayahnya yang sejak tadi sibuk bicara.“Nanti kau bisa membuka lowongan lagi jika merasa kurang,” lanjut Gerald.“Ayah, apa semua yang Ayah lakukan ini tidak terlalu … berlebihan?”Gerald balas menatap putranya lalu menghela napas.“Berhenti berkata begitu, Davin. Ayah ingin memastikan bahwa kini Ayah melakukan tugas sebagai orang tua, mendukungmu dengan melakukan apa pun yang bisa Ayah lakukan.”
last updateLast Updated : 2021-07-21
Read more

Chapter 44: Keep Coming Back

Gerald melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air. Kehadiran Davin di sana membuatnya memutuskan untuk berhenti dan duduk di sisi Davin.“Hei, ini sudah larut,” tegur Gerald dengan nada datar. Sementara Davin tampak sibuk dengan tablet di tangannya serta segelas jus apel yang tinggal setengah di atas meja.“Aku masih memeriksa laporan dari pegawaiku.”Gerald terdiam sejenak. Dipandanginya pemuda itu, ada sedikit rasa cemas menghampiri.“Is everything alright?” tanya Gerald.“Yeah.” Davin mengedikkan bahu. “Kenapa?”“Bukan soal Casualads, tapi kau.” Gerald tetap memandangi Davin. “Apa kau baik-baik saja?”Davin meletakkan tablet lalu melihat ayahnya, ia tersenyum tipis.“Tak ada yang bisa membuatku merasa lebih baik selain melihat orang tuaku yang kini kembali bersama lagi,” ucap Davin setengah berbisik.&
last updateLast Updated : 2021-08-05
Read more

Chapter 45: A Complete Family

“Besok akhir pekan, kau tidak pulang?” Davin menghampiri Jonas yang tengah duduk di halaman samping, memandangi mobil dari kejauhan yang baru saja ia parkirkan.Jonas hanya tersenyum lalu menggeleng samar. Sejak Davin berada di sini beberapa minggu terakhir, mereka menjadi teman yang cukup akrab. Entah karena Davin yang begitu rendah hati atau karena Jonas yang begitu menyenangkan—atau mungkin juga karena keduanya—yang jelas, mereka sering menghabiskan waktu senggang mereka yang amat sedikit dengan mengobrol bersama dan membicarakan banyak hal. Kebanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan hobi anak muda seperti olahraga atau semacamnya.Satu hal yang tak mereka ketahui dari satu sama lain, adalah bahwa mereka sama-sama mengenal Tania.Sementara itu, Catherine yang selalu memperhatikan Davin ketika berada di rumah itu, merasa senang ketika melihat putranya tampak berteman baik dengan Jonas, meski dalam hatinya ia sedikit khawatir.
last updateLast Updated : 2021-08-05
Read more

Chapter 46: An Unexpected Click

Gerald melirik sekeliling ruang rapat yang luas itu. Masih agak sepi. Sepertinya ia datang terlalu awal. “Gerald!” Sebuah panggilan hangat seketika membuatnya berbalik. “Oh … Rob?” balas Gerald dengan canggung, masih belum terbiasa memanggil nama depan pria itu setiap mereka bertemu. “Kukira kau tidak jadi menghadiri rapat karena penerbanganmu ke London batal?” “Nah, aku hanya menerka. Cuacanya memang agak payah, tapi penerbangannya tidak dibatalkan.” Rob mengedikkan bahu lalu duduk di kursi yang masih kosong. “Ayo duduklah, kau baru tiba di kantor ini juga?” “Yeah. Aku belum melihat Tuan Harvey sejak tadi.” “Menyebalkan, ya, rapat di akhir pekan?” bisik Rob. “Seperti tidak ada hari lain saja.” Gerald terkekeh. Terdengar suara langkah kaki dan tak lama kemudian, masuklah beberapa pria ke dalam ruangan itu. Mereka tak lain adalah orang-orang yang beberapa waktu lalu mengadakan pertemuan di pameran seni di Paris
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more

Chapter 47: Out of Hands

“Selamat pagi, semuanya.” Rob muncul paling akhir di meja makan pagi itu. Pandangannya menyapu sekeliling. “Eh? Dimana Caspian?”“Dia sudah pergi pagi-pagi sekali,” jawab Zekey. Tampaknya tak ada siapa pun lagi yang melihat Caspian pagi itu kecuali dirinya.“Ah, begitu.” Rob mengangguk lalu duduk untuk menikmati sarapan sederhana berupa roti panggang yang telah disiapkan Ellaine beberapa menit lalu.“Kau terlihat gelisah, Zekey.” Ellaine melirik Zekey yang belum menyentuh sarapannya. “Ada apa?”“Aku baik-baik saja.” Zekey tersenyum tipis. “Aku harus ke bengkel dalam satu jam.”***Di kamar, Caspian terus merenung sambil memandangi langit-langit. Apa yang terjadi antara Zekey dan dirinya kemarin malam—ciuman itu—sungguh membuat Caspian merasa bersalah sebab ia tahu satu hal, ia tak membalas ciuman Zekey dengan tulus.Seperti &hel
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

Chapter 48: Everybody Hurts

Hampir dua jam sudah Tania menangis di hadapan Zekey. Sejak pulang dari kantor sore tadi, Tania langsung menghubungi pemuda itu agar datang lagi ke flatnya karena ia ingin curhat. Zekey tak banyak bicara dan dengan sabar menyimak setiap cerita sang adik. Ia ikut sedih melihat Tania mengalami hari yang begitu berat.Ketika tangis Tania akhirnya reda, terdengar bunyi bel flat. Zekey beranjak untuk membukanya dan ternyata itu Jonas.“Aku ingin mengambil jaketku yang tertinggal di sini kemarin.” Jonas tersenyum. Ia masih dalam seragam sopirnya, mungkin baru menyelesaikan pekerjaan hari itu.Jonas tertegun saat melihat Tania yang berada di ruang tamu dengan mata merah yang basah, sangat terlihat seperti habis menangis begitu lama.“Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?” tanya Jonas sembari mendekati sang adik.“Dia-” Zekey menghentikan ucapannya ketika Tania menggelengkan kepala, menandakan bahwa Zekey tak perlu membe
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more

Chapter 49: The Usual

Caspian termenung di dalam lift. Ia tahu siapa yang baru saja berpapasan dnegannya tadi. Davin.Dalam hatinya, Caspian bertanya-tanya apakah Davin tahu tentang hubungannya dengan Tania, sebab ia sama sekali tak pernah membicarakan itu dengan Tania.Caspian berasumsi bahwa Davin tahu, karena saat mereka berpapasan tadi, ia melihat pemuda itu memberikan tatapan seperti, kau sudah merebut kekasihku.Ia menggeleng, menepis bayang-bayang Davin. Barangkali asumsinya salah. Jika Davin memang tahu, harusnya ia marah, kan? Mungkin ia bisa meluangkan waktu sejenak untuk melayangkan tinju di wajah Caspian atau semacamnya. Namun nyatanya, Davin tak melakukan itu.“Mungkin dia memang tidak tahu,” gumam Caspian pada dirinya sendiri.Pintu lift terbuka dan Caspian pun berjalan menyusuri lorong, menuju flat Tania. Ia sudah menyiapkan kata-kata untuk gadis itu. Di antaranya ada permohonan mahaf, setidaknya agar Caspian bisa berhenti merasa bers
last updateLast Updated : 2021-08-18
Read more

Chapter 50: Heart Attack

Tania berangkat kerja pagi itu dengan membawa surat pengunduran diri dalam tas yang sudah ia ketik dini hari tadi. Ia sama sekali tak bisa tidur.Saat merasa pekerjaannya agak lengang, Tania beranjak dari kursi dan berjalan menuju ruangan HR. Sama sekali tak ada yang memperhatikan, semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.Tepat ketika Tania baru menginjakkan kakinya di lantai empat yang menjadi letak ruangan HR, Davin ada di sana, tampak berbincang dengan seseorang. Tania tak sempat mengelak, pemuda itu lebih dulu menangkap kehadirannya.Kedua kaki Tania seolah terpaku ke lantai ketika Davin berjalan mendekat, sementara orang yang tadi menjadi lawan bicaranya kini pergi dari sana, hanya mereka berdua yang ada di area itu.“Apa itu?” tanya Davin dengan nada yang begitu ketus dan ekspresi datar sembari mengerling ke arah amplop di tangan Tania.Tania tak menjawab. Ia baru ingin menyembunyikan amplop itu di balik
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status