Beranda / Romansa / Sugar Daddy-in-Law / Chapter 44: Keep Coming Back

Share

Chapter 44: Keep Coming Back

Penulis: Handdwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-05 12:16:19

Gerald melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air. Kehadiran Davin di sana membuatnya memutuskan untuk berhenti dan duduk di sisi Davin.

“Hei, ini sudah larut,” tegur Gerald dengan nada datar. Sementara Davin tampak sibuk dengan tablet di tangannya serta segelas jus apel yang tinggal setengah di atas meja.

“Aku masih memeriksa laporan dari pegawaiku.”

Gerald terdiam sejenak. Dipandanginya pemuda itu, ada sedikit rasa cemas menghampiri.

Is everything alright?” tanya Gerald.

Yeah.” Davin mengedikkan bahu. “Kenapa?”

“Bukan soal Casualads, tapi kau.” Gerald tetap memandangi Davin. “Apa kau baik-baik saja?”

Davin meletakkan tablet lalu melihat ayahnya, ia tersenyum tipis.

“Tak ada yang bisa membuatku merasa lebih baik selain melihat orang tuaku yang kini kembali bersama lagi,” ucap Davin setengah berbisik.

&

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 45: A Complete Family

    “Besok akhir pekan, kau tidak pulang?” Davin menghampiri Jonas yang tengah duduk di halaman samping, memandangi mobil dari kejauhan yang baru saja ia parkirkan.Jonas hanya tersenyum lalu menggeleng samar. Sejak Davin berada di sini beberapa minggu terakhir, mereka menjadi teman yang cukup akrab. Entah karena Davin yang begitu rendah hati atau karena Jonas yang begitu menyenangkan—atau mungkin juga karena keduanya—yang jelas, mereka sering menghabiskan waktu senggang mereka yang amat sedikit dengan mengobrol bersama dan membicarakan banyak hal. Kebanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan hobi anak muda seperti olahraga atau semacamnya.Satu hal yang tak mereka ketahui dari satu sama lain, adalah bahwa mereka sama-sama mengenal Tania.Sementara itu, Catherine yang selalu memperhatikan Davin ketika berada di rumah itu, merasa senang ketika melihat putranya tampak berteman baik dengan Jonas, meski dalam hatinya ia sedikit khawatir.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 46: An Unexpected Click

    Gerald melirik sekeliling ruang rapat yang luas itu. Masih agak sepi. Sepertinya ia datang terlalu awal. “Gerald!” Sebuah panggilan hangat seketika membuatnya berbalik. “Oh … Rob?” balas Gerald dengan canggung, masih belum terbiasa memanggil nama depan pria itu setiap mereka bertemu. “Kukira kau tidak jadi menghadiri rapat karena penerbanganmu ke London batal?” “Nah, aku hanya menerka. Cuacanya memang agak payah, tapi penerbangannya tidak dibatalkan.” Rob mengedikkan bahu lalu duduk di kursi yang masih kosong. “Ayo duduklah, kau baru tiba di kantor ini juga?” “Yeah. Aku belum melihat Tuan Harvey sejak tadi.” “Menyebalkan, ya, rapat di akhir pekan?” bisik Rob. “Seperti tidak ada hari lain saja.” Gerald terkekeh. Terdengar suara langkah kaki dan tak lama kemudian, masuklah beberapa pria ke dalam ruangan itu. Mereka tak lain adalah orang-orang yang beberapa waktu lalu mengadakan pertemuan di pameran seni di Paris

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 47: Out of Hands

    “Selamat pagi, semuanya.” Rob muncul paling akhir di meja makan pagi itu. Pandangannya menyapu sekeliling. “Eh? Dimana Caspian?”“Dia sudah pergi pagi-pagi sekali,” jawab Zekey. Tampaknya tak ada siapa pun lagi yang melihat Caspian pagi itu kecuali dirinya.“Ah, begitu.” Rob mengangguk lalu duduk untuk menikmati sarapan sederhana berupa roti panggang yang telah disiapkan Ellaine beberapa menit lalu.“Kau terlihat gelisah, Zekey.” Ellaine melirik Zekey yang belum menyentuh sarapannya. “Ada apa?”“Aku baik-baik saja.” Zekey tersenyum tipis. “Aku harus ke bengkel dalam satu jam.”***Di kamar, Caspian terus merenung sambil memandangi langit-langit. Apa yang terjadi antara Zekey dan dirinya kemarin malam—ciuman itu—sungguh membuat Caspian merasa bersalah sebab ia tahu satu hal, ia tak membalas ciuman Zekey dengan tulus.Seperti &hel

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 48: Everybody Hurts

    Hampir dua jam sudah Tania menangis di hadapan Zekey. Sejak pulang dari kantor sore tadi, Tania langsung menghubungi pemuda itu agar datang lagi ke flatnya karena ia ingin curhat. Zekey tak banyak bicara dan dengan sabar menyimak setiap cerita sang adik. Ia ikut sedih melihat Tania mengalami hari yang begitu berat.Ketika tangis Tania akhirnya reda, terdengar bunyi bel flat. Zekey beranjak untuk membukanya dan ternyata itu Jonas.“Aku ingin mengambil jaketku yang tertinggal di sini kemarin.” Jonas tersenyum. Ia masih dalam seragam sopirnya, mungkin baru menyelesaikan pekerjaan hari itu.Jonas tertegun saat melihat Tania yang berada di ruang tamu dengan mata merah yang basah, sangat terlihat seperti habis menangis begitu lama.“Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?” tanya Jonas sembari mendekati sang adik.“Dia-” Zekey menghentikan ucapannya ketika Tania menggelengkan kepala, menandakan bahwa Zekey tak perlu membe

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 49: The Usual

    Caspian termenung di dalam lift. Ia tahu siapa yang baru saja berpapasan dnegannya tadi. Davin.Dalam hatinya, Caspian bertanya-tanya apakah Davin tahu tentang hubungannya dengan Tania, sebab ia sama sekali tak pernah membicarakan itu dengan Tania.Caspian berasumsi bahwa Davin tahu, karena saat mereka berpapasan tadi, ia melihat pemuda itu memberikan tatapan seperti, kau sudah merebut kekasihku.Ia menggeleng, menepis bayang-bayang Davin. Barangkali asumsinya salah. Jika Davin memang tahu, harusnya ia marah, kan? Mungkin ia bisa meluangkan waktu sejenak untuk melayangkan tinju di wajah Caspian atau semacamnya. Namun nyatanya, Davin tak melakukan itu.“Mungkin dia memang tidak tahu,” gumam Caspian pada dirinya sendiri.Pintu lift terbuka dan Caspian pun berjalan menyusuri lorong, menuju flat Tania. Ia sudah menyiapkan kata-kata untuk gadis itu. Di antaranya ada permohonan mahaf, setidaknya agar Caspian bisa berhenti merasa bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 50: Heart Attack

    Tania berangkat kerja pagi itu dengan membawa surat pengunduran diri dalam tas yang sudah ia ketik dini hari tadi. Ia sama sekali tak bisa tidur.Saat merasa pekerjaannya agak lengang, Tania beranjak dari kursi dan berjalan menuju ruangan HR. Sama sekali tak ada yang memperhatikan, semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.Tepat ketika Tania baru menginjakkan kakinya di lantai empat yang menjadi letak ruangan HR, Davin ada di sana, tampak berbincang dengan seseorang. Tania tak sempat mengelak, pemuda itu lebih dulu menangkap kehadirannya.Kedua kaki Tania seolah terpaku ke lantai ketika Davin berjalan mendekat, sementara orang yang tadi menjadi lawan bicaranya kini pergi dari sana, hanya mereka berdua yang ada di area itu.“Apa itu?” tanya Davin dengan nada yang begitu ketus dan ekspresi datar sembari mengerling ke arah amplop di tangan Tania.Tania tak menjawab. Ia baru ingin menyembunyikan amplop itu di balik

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 51: Crystal Clear

    Kedua kaki Rob bereaksi cepat dengan segera berlari ke arah anak tangga yang menurun itu. Ketika tiba di sana, hal yang ia takutkan—yang beberapa detik lalu menggelapkan pikirannya—tidak terjadi.“Seseorang! Cepat panggil polisi!” Jonas ada di sana, menahan Rowan di lantai dengan sekuat tenaga.Setelah mengantar Gerald dan Catherine tadi, rupanya Jonas tak pergi ke mana-mana. Ia memutuskan untuk tetap berada di sekitar area restoran itu. namun kemudian, ia merasakan firasat buruk hingga nekat untuk masuk ke dalam. Di saat itulah, ia melihat Rowan menuruni anak tangga bersama Ellaine dan Jonas bisa melihat apa yang Rowan coba lakukan.Tadi Jonas mencoba merebut pistol colt dari tangan Rowan hingga tak sengaja melepaskan tembakan yang untungnya mengarah ke atas hingga tak mengenai siapa pun. Namun semua itu langsung membuat ketakutan orang-orang yang ada di sekitar.Rob meraih ponsel dari saku jasnya dengan gemetar dan menco

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 52: Don't Give Up on Love

    Setelah tiga hari, Tania akhirnya kembali masuk kantor. Pagi itu ia melihat kopi yang masih panas ada di atas meja kerja dan ia pun memutuskan untuk meminumnya.“Psst!” Rekan kerja di sebelahnya mendekat. “Itu dari Tuan Bentley.”“Oh, benarkah?” sahut Tania santai sembari menyalakan komputer, bersiap memulai pekerjaan. “Aku sudah menduganya.”“Apa maksudmu kau sudah menduganya?” Rekannya mengerutkan dahi. “Apa kalian punya hubungan khusus?”“Dia teman lamaku,” jawab Tania begitu datar.Sang rekan memandangnya curiga tetapi Tania tak peduli dan lebih memilih untuk fokus pada pekerjaannya.Sepanjang jam kerja hari itu, Davin tak muncul atau memanggilnya ke ruangan sama sekali.***Gerald bertamu dengan Catherine ke rumah Rob sore itu, untuk membicarakan mengenai kejadian tempo hari serta perihal persidangan Rowan.“Di saat yang sama,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22

Bab terbaru

  • Sugar Daddy-in-Law   EPILOGUE

    Satu lagi minggu yang sibuk telah terlewati. Kemudian akhir pekan terasa begitu singkat, seolah hanya beberapa menit. Namun sudah empat tahun ini, malam-malam jadi lebih panjang—dan lebih riuh—karena kehadiran dua bocah itu di rumah kami.“Belum selesai juga dengan permainan pianomu, Delphine? Berisik, tahu!” Gadis kecil itu protes sambil mengeraskan volume televisi yang kini menayangkan kartun Peppa Pig.“Kau yang berisik!” balas Delphine.“Kau sudah bermain piano sepanjang hari, Theoline.” Aku menghampiri lalu mengusap rambut cokelatnya yang tampak kusut karena ia menolak untuk disisir.“Ayolah, aku hanya ingin membuat kakek terkesan jika kita berkunjung ke London!” Theoline cemberut, enggan beranjak dari kursi pianonya.“Kakek akan sangat bangga padamu,” balasku meyakinkannya. “Mungkin dia akan mengajakmu bermain piano bersama.”“That wo

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 60: Sugar

    Segalanya berwarna jingga lembut, menyatu dengan warna musim gugur. Begitu juga dengan buket bunga yang digenggam oleh Tania. Ellaine sendiri yang merangkainya. Terdiri atas Mawar Toffee yang kecokelatan, rumput Oak Phalaris kering berwarna merah tua, Bronze Cremone oranye dan beberapa helai batang gandum yang telah dikeringkan, serta bunga-bunga khas musim gugur lainnya yang menjadikan buket itu amat indah.♪~Anxious … white dress … promises and regret. I gave you my pledge, please remember what I said~♪Tania mendengarkan musik melalui airpods, berusaha menghilangkan rasa gugupnya sejak memulai riasannya beberapa jam yang lalu. Ia hampir berteriak kaget saat seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya.“Rob!” pekiknya.“Kau ini!” Pria itu melotot. “Sudah, ayo!”Sementara di tempat upacara, Davin nyaris merasakan seolah pijakannya menghilang.

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 59: Love is the Tuesdays

    Bulan demi bulan berlalu dan kini hanya menghitung hari sampai pernikahan Davin dan Tania. Hari itu, Tania bersama Davin pergi ke penjara untuk menemui Rowan.“Kau yakin ingin melakukan ini?” Davin memastikan sekali lagi. Ia memandang wajah calon istrinya dengan cemas. “Kita bisa pulang sekarang jika kau berubah pikiran.”“Tidak.” Tania menggeleng lugas. “Aku akan menemuinya.”Davin tak lagi bisa berkata-kata. Setelah melalui pemeriksaan ini dan itu oleh para petugas penjara, akhirnya mereka diarahkan menuju sebuah ruangan untuk bertemu dengan tahanan.Bukan, bukan pertemuan secara langsung, melainkan pertemuan dengan sekat kaca sebagai pembatas serta telepon agar tahanan dan pengunjung bisa berkomunikasi.Tania duduk lebih dulu, sementara Davin berdiri di belakangnya. Sepasang mata gadis itu tak berkedip ketika ia melihat Rowan di hadapannya, begitu dekat, juga duduk di kursi.Dengan tangan ge

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 58: Before We Start Again, Let's Think

    Tania memeriksa waktu di ponselnya, tepat jam makan siang.Saat ia baru selesai menutup lembar kerja di komputernya, seseorang tiba-tiba meletakkan seikat lili putih di atas meja.Tania mengangkat wajahnya. “Davin??”“Hei.” Pemuda itu tersenyum. “Sudah waktunya makan siang.”“Apa yang kau lakukan di sini? Kau harusnya tak ke kantor dulu, kan?!”“Aku sudah cukup beristirahat, kok.” Davin melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. “Makan di restoran ayahku saja, yuk?”“A-aku … ba-baiklah.” Tania seketika melirik sekelilingnya dengan canggung saat rekan-rekan di sekitarnya mulai memperhatikan. Davin langsung menyadarinya dan balas melihat mereka.“Kalian boleh menikmati makan siang kalian dan tinggalkan kami sendiri,” ucap Davin dengan ekspresi datar. Mereka semua langsung mengalihkan pandangan.Davin menggandeng Tania menuju

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 57: Get Better Soon!

    Kondisi Davin membaik setelah dua minggu, tetapi ia tak memutuskan untuk pulang ke Paris dalam waktu dekat. Lagi pula, Catherine melarangnya. Jadilah Davin hanya menghabiskan waktu dengan beristirahat di mansion ayahnya sepanjang hari.Terkadang ia akan memantau Casualads. Namun Catherine hanya mengizinkannya berlama-lama di depan laptop atau tablet selama dua jam dan selalu memastikan bahwa Davin istirahat penuh.“Bagaimana rencana pernikahan Ibu dan ayah?” tanya Davin iseng hari itu.“Ah, yang itu nanti-nanti saja.” Catherine menggeleng. “Kami ingin menunggu sampai semuanya kondusif, sampai kondisimu lebih baik.”“Maafkan aku, kalian jadi harus-”“Ssh!” Catherine menatap Davin serius sebelum akhirnya mengerling ke arah salad buah yang baru saja diletakkannya di atas meja di samping ranjang pemuda itu. “Habiskan.”Setelah Catherine pergi, Davin meraih ponselnya

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 56: How does It Feel?

    “Aku merindukan karir modelling-ku,” gumam Tania kala ia menopang dagu dengan kedua tangannya berada di atas ranjang Davin, pandangannya tertuju pada langit yang tampak mendung di luar jendela lantai tiga rumah sakit itu.“Aku justru lega saat mengetahui bahwa kau tak lagi menjadi model,” balas Davin. Seketika Tania kembali tegak, memandangnya tak percaya.“Kau pasti bercanda.”“Tania, aku tidak bermaksud untuk membahas ini lagi, tapi apa kau tahu? Kau sebenarnya cukup beruntung bisa mendapatkan karir yang amat mulus dalam dunia modelling karena ayahku membantumu.” Davin tampak tak yakin tetapi ia berusaha melanjutkan kalimatnya. “Jika kau mengusahakan semuanya sendiri dari awal, kau akan mengalami banyak sekali hal yang tidak menyenangkan.”“Bagaimana kau tahu?” Tania mengerutkan dahi. “Kau … tidak pernah benar-benar masuk ke dunia modelling, k

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 55: Counting on High Hope

    Gerald dan Catherine masih tak tahu harus mengatakan apa. Mereka hanya saling berpandangan kala Tania tak hentinya menangis sambil tertunduk di hadapan mereka sejak tadi, sejak mereka datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar mengenai kebakaran itu dan putra tunggal mereka menjadi salah satu korbannya.“Maafkan aku,” bisik Tania di tengah isak tangis untuk yang ke sekian kali. Ia kemudian mengerling ke arah Davin yang kini berbaring di ranjang rumah sakit dengan luka bakar derajat 2 di tangan serta kakinya. “Davin jadi seperti ini karena aku.”“Tania, ini bukan salahmu,” balas Catherine. Ia memang tulus mengatakan itu, bukan karena segan atas kehadiran Rob dan Ellaine di ruangan itu yang tadi datang hampir bersamaan dengan mereka.Atau jika ia tidak tulus pun, mungkin tak akan ada yang menyalahkannya juga. Putranya hampir mati dan semua itu demi Tania.“Ini salahku ….” Tania mendadak berlutut di ha

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 54: Gravity

    Orang-orang tampak begitu bahagia. Mereka bersorak, bertepuk tangan serta bersulang untuk pasangan yang baru saja menyelesaikan upacara pernikahan itu.Davin memandangi sekelilingnya dengan bingung. Ia lalu melihat tangannya yang entah sejak kapan telah menggenggam segelas wine putih.“Kau menikmati pestanya?” Seseorang menyentuh pundaknya dengan lembut dari belakang. Davin berbalik dan ia mendapati Tania dalam gaun putih khas pengantin yang begitu indah.“Tania??” Davin menggosok mata dengan satu tangannya. “K-kau … apa yang terjadi?”“Apa maksudmu?” Tania tertawa ceria lalu menaikkan telapak tangan, menunjukkan cincin pernikahan yang melingkar di jari manis kanannya. “Bagus, ya?”Davin melangkah mundur. Ia perhatikan lagi sekelilingnya, semua orang mendadak hilang, hanya ada kursi-kursi untuk para tamu serta dekorasi pesta pernikahan dengan suasana garden party.&l

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 53: Target

    Selama hari, semuanya berjalan normal hingga tiba hari itu, hari yang menjadi persidangan pertama Rowan atas penyerangan yang dilakukannya terhadap Ellaine tempo hari.Sidang dihadiri cukup banyak orang yang sebagian besar di antaranya adalah orang-orang yang hadir di acara makan malam itu. Beberapa ada yang menjadi saksi, beberapa yang lain hanya datang karena ingin melihat ‘drama’ Rowan sebab mereka juga telah mendengar tentang kasus penipuan yang dilakukan Rowan atas nama Alfred Harvey.Tania memasuki ruang sidang dengan kaki gemetar. Ia duduk di dekat Zekey dan Jonas, di bangku paling depan. Saat ia mengangkat wajahnya untuk melihat sekeliling, pandangannya bertemu dengan pandangan ayahnya yang duduk di kursi tersangka.Pada detik itu, Tania merasakan detak jantungnya seolah berhenti dan lututnya melemah. Jika ia tak sedang duduk, mungkin ia akan jatuh. Sebab bagi Tania, betapa amat menakutkan sepasang mata itu.Mata yang sudah belasan tah

DMCA.com Protection Status