Home / Romansa / From Allah to Allah / Chapter 1 - Chapter 7

All Chapters of From Allah to Allah: Chapter 1 - Chapter 7

7 Chapters

Perjodohan?

Tak perlu ku jelaskan lagi betapa kerasnya jantungku berdebar ketika mendengar suara mu. Tak perlu ku
Read more

Sosok Abi dan Ummi

Aida memperhatikan langit cerah ini dari balik jendela kamarnya. Aida sedang memikirkan apa yang barusan dikatakan oleh Abinya. Abi dan Ummi ingin anaknya menikah muda supaya tidak menimbulkan fitnah."Jujur, aku gundah akan keputusan ini, berilah jawaban di istikharahku nanti malam Ya Rabb ..." Aida Berujar lirih.Notifikasi handphone Aida mulai berbunyi. Sepertinya ada Line masuk. entah dari siapa, Aida juga tak tahu. Aida bergegas mengambil handphone nya yang tergeletak di atas meja rias. Ternyata Line dari Zalfa.Zalfa adalah sosok sahabat yang sangat baik juga sholehah. Dia adalah sahabat yang Aida kenal sejak SD. Ia mempunyai paras yang cantik, pintar, ramah, dan dikagumi oleh banyak siswa di SMA Aida. Bahkan tak jarang banyak siswa yang sudah meng-khitbah lewat papahnya, tapi tak ada satupun yang diterimanya. Karena
Read more

Awal Pertemuan kita?

"Awassss ada lubang, please be careful!!" seru lelaki yang berada didekat pohon seakan menunggu sesuatu. Lelaki itu berteriak, teriakannya sangat nyaring terdengar oleh indra pendengaran Aida. Aida yang mendengar teriakkan itu tersontak kaget dan memperhatikan objek yang dikatakan sebagai--lubang, oleh lelaki tadi. "Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un," ucapan Aida terlontar begitu saja saat kakinya hampir masuk kedalam lubang gorong-gorong yang tepat berada didepannya itu. Lubang yang disebabkan oleh aspal yang mulai tak bisa menahan apa yang dipikulnya. Lalu, menyebabkan lubang itu muncul ditengah jalan. Aida mengucapkan 'Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un, Karena itu merupakan sebuah musibah yang menimpanya. Ya, walaupun dia tidak terpelosok kedalamnya, tetapi itu tetap dianggap musibah olehnya. "Makanya, kalau jalan itu perhatiin sek
Read more

Finally we meet too, Dude.

Aida terbangun lalu beranjak dari tempat tidurnya. Saat melirik dinding, dia melihat jarum pemutar waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Ia segera kekamar mandi untuk mengambil wudhu, untuk melaksanakan salat istikharahnya, agar mendapatkan jawaban atas perjodohannya itu.Aida tak henti-hentinya menangis dan berdoa kepada penciptanya. Air mata jatuh bebas, mukena yang dia pakai sudah mulai basah akan air matanya, tapi ia tak memperdulikannya sedikitpun. Yang penting, malam ini dia akan bercerita, mengadukannya semua pada Allah, agar dirinya tenang. Tanpa ada seorangpun yang mengetahui, kecuali Allah.Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat]
Read more

Kita sekelas?

Pagi-pagi buta, Fathan masih sibuk dengan gulingnya. terlelap diatas kasur yang dilapisi seprai biru berlogo Chelsea--Tim bola kesayangannya.Daddy Anto--Daddy nya Fathan--masuk kedalam kamar anaknya tanpa permisi, ditambah dengan ekspresi wajah yang sangat sulit diartikan."Fathan, what the hell time is it? get up now! wanna be late?" Daddy Anto mengguncang kasar badan Fathan agar segera bangun. Sedangkan Fathan, hanya menggeliat kecil."Daddy, what time is it? i'am still sleepy." Fathan menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya."Sekarang sudah pukul tujuh, dua puluh lima menit lagi gerbang ditutup. Kalau kamu gak bangun dalam hitungan ketiga, Daddy batalin sekolah di tempat Ferdi! satu, du--" Daddy nya berucap seperti mengancam.Saat itu juga Fathan memotong ucapan Daddy
Read more

Fathan, mengapa kau begitu?

Seperti biasanya, jalan besar ini sangat dipenuhi banyak kendaraan, tak lupa polusi udara yang turut ikut menyertai.Sungguh, polusi ini bagaikan abu vulkanik yang baru saja dimuntahkan oleh gunung meletus.Klakson yang sangat nyaring membuat gendang telinga siapa saja yang mendengar akan menutup Indera pendengarannya rapat-rapat.Fathan disini hanya bisa bersabar dan berharap keajaiban datang. Dia yang menunggu angkot sejak tadi tak kunjung datang hanya bisa mengelap peluh keringat yang sudah memenuhi dahinya dengan telapak tangan. sudah sejak pukul enam, Fathan mematung dipinggiran jalan hanya untuk menunggu sebuah angkot lewat. Dia melirik ke kanan juga ke kiri."Gak kaya biasanya"--gumamnya dalam hati.Fathan menghembuskan nafasnya asal. "Hhhh, nunggu itu capek ya ..." ucapnya lirih. Saat itu Fathan yang mulai letih untuk menunggu angkot, semangatnya seakan full lagi, keletihannya terba
Read more

Aida, mengapa kau dingin sekali?

Jam pelajaran telah selesai, semua anak berhamburan kesana-kemari. Mereka akan melakukan aksinya masing-masing.Aksi apa? Kalian penasaran?Setelah pulang, anak-anak kelas '12 Ipa 2' ada yang hendak berjualan seblak, ada yang menagih kredit hape seperti debt kolektor ke rumah-rumah, ada yang hendak membantu bapak nya untuk membenarkan atap genting yang bocor, ada yang memberi makan ternak bebeknya, ada yang shopping menye-menye agar terlihat gaul, ada yang makan ke tempat eksis hanya untuk berfoto saja, tanpa membeli. Dan masih banyak hal lainnya yang akan dikerjakan mereka masing-masing.Lain halnya dengan Fathan. Fathan akan segera ke rumah sakit untuk menjenguk orang yang paling dia sayangi. Fathan berlari ke ruangan Ferdi dengan nafas tersengal. Fathan bertekad akan meminjam motor pada sahabatnya itu.Terlintas di b
Read more
DMCA.com Protection Status