Home / Romansa / From Allah to Allah / Finally we meet too, Dude.

Share

Finally we meet too, Dude.

Author: Ukhti Lutfiah Adilla
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aida terbangun lalu beranjak dari tempat tidurnya. Saat melirik dinding, dia melihat jarum pemutar waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Ia segera kekamar mandi untuk mengambil wudhu, untuk melaksanakan salat istikharahnya, agar mendapatkan jawaban atas perjodohannya itu.

Aida tak henti-hentinya menangis dan berdoa kepada penciptanya. Air mata jatuh bebas, mukena yang dia pakai sudah mulai basah akan air matanya, tapi ia tak memperdulikannya sedikitpun. Yang penting, malam ini dia akan bercerita, mengadukannya semua pada Allah, agar dirinya tenang. Tanpa ada seorangpun yang mengetahui, kecuali Allah.

Ya Allah, sesungguhnya

aku

memohon

pilihan [yang tepat] kepada

Engkau

dengan

ilmu [yang ada pada]-Mu, dan

aku

memohon

kekuasaan-Mu [untuk

menyelesaikan

urusanku] dengan

kodrat-Mu.

Dan aku

memohon

kepada-Mu

sebagian

karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya

Engkau

Mahakuasa

sedangkan

aku

tidak

berkuasa, dan

Engkau

Mahatahu

sedangkan

aku

tidak

tahu, dan

Engkau

Maha

Mengetahui

perkara yang gaib.

Ya Allah, sekiranya

Engkau

tahu

bahwa

urusan

ini

lebih

baik

untuk

diriku, agamaku, dan

kehidupanku, serta [lebih

baik pula] akibatnya [di

dunia

dan

akhirat], maka

takdirkanlah

dan

mudahkanlah

urusan

ini

bagiku, kemudian

berkahilah

aku

dalam

urusan

ini.

Dan sekiranya

Engkau

tahu

bahwa

urusan

ini

lebih

buruk

untuk

diriku, agamaku, dan

kehidupanku, serta [lebih

buruk pula] akibatnya [di

dunia

dan

akhirat], maka

jauhkanlah

urusan

ini

dariku, dan

takdirkanlah

kebaikan

untukku

di

mana pun, kemudian

jadikanlah

aku

ridha

menerimanya.

Setelah berdoa, Aida mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada Rabbnya karena masih diberikan kesempatan hidup didunia sampai sekarang. Dia mencurahkan isi hatinya, yang bercampur aduk. Keluh kesah, senang-sedihnya, manis-pahitnya kehidupan dia ceritakan pada Rabb nya tanpa kenal lelah di malam yang sunyi ini, dan udara yang sangat sejuk menurutnya. Kapan lagi bisa mengeluhkan masalahnya kecuali pada setiap malam-malamnya itu? ditemani sajadah, tasbih serta al-qur'an nya.

Baginya, bercerita dengan sang pencipta adalah hal yang menenangkan, hal yang tak mudah dilakukan oleh sebagian manusia.

Banyak manusia yang selalu sedih, terpuruk, merasa hatinya was-was, tak tenang, dan hal lain sebagainya, ya itu, itu karena dia jarang bercerita pada sang Illahi. Jadi, dia selalu merasa terpuruk.

Padahal, bila dia menceritakannya pada Allah, berdoa padaNya, mengerjakan apa yang diperintah dan menjauhi laranganNya, dan mendekatiNya dalam keadaan suka-duka, Aida yakin kebahagiaan sudah tergores sangat jelas untuk manusianya tersebut. Tapi manusia tidak pernah melaksanakannya.

Aida melanjutkan malamnya dengan salat tahajjud, disertai salat witir. setelah selesai, Aida membuka mushaf al-qur'an sambil menunggu subuh dan melihat fajar lewat jendela kamarnya. Dia mulai membaca ayat demi ayat, memaknai artinya sambil membayangkan betapa hebatnya Allah sang pencipta langit dan bumi ini.

Menciptakan manusia dengan bentuk yang sangat sempurna, menciptakan manusia dengan bakatnya masing-masing, menciptakan gunung sebagai pasak bumi, menciptakan laut, menciptakan bintang, menciptakan bulan, matahari, menciptakan -ah sudahlah! tak perlu dijelaskan lagi. Sang penciptanya sangat keren, juga sangat hebat!

Pencipta yang menyayangi hambanya setiap waktu, tapi hamba tersebut jarang mengetahuinya. Pencipta yang selalu mengetahui isi hati setiap hambanya. Pencipta yang selalu memberikan yang dibutuhkan hambanya. Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan semua yang ada dilangit maupun bumi yang diciptakan oleh Rabb nya itu. kebesaranNya sungguh terlihat jelas bagi mereka yang mengetahui. Dia terharu dengan penciptanya, yaitu Allah SWT.

Adzan subuh berkumandang, Aida tutup al-qur'annya itu. Ia akan melaksanakan subuhnya sekarang. Saat sudah selesai melaksanakan salat, dia mulai menyibak hordeng jendela kamarnya, untuk sekadar menghirup udara pagi yang sejuk ini tanpa didominasi polusi kendaraan disekitarnya. Sejuk, tenang, tentram. Mungkin kata tersebut yang bisa menggambarkan isi hatinya sekarang.

Oh ya, Aida baru sadar kalau punya tugas kelompok dengan sahabat-sahabatnya sebentar lagi, Aida melirik jam dinding yang menggantung indah. ternyata sekarang pukul tujuh lewat sepuluh menit, Aida seakan terhipnotis akan pemandangan indah pagi ini.

Aida tidak menyadarinya. hanya melihat keindahan yang dicipta Allah saja sampai-sampai membuatnya lupa. Memang nikmat yang sangat nyata agar manusia bisa selalu menyadari akan sekitarnya.

Aida bergegas mengganti baju rumahnya dengan gamis tak lupa khimar. setelah itu Aida mengambil tas punggung biru mudanya yang berada diatas rak bajunya.

Aida melihat kedua orang tuanya yang sudah terduduk di ruang tamu sambil bercerita. Aida pun tak tahu apa yang mereka ceritakan, tapi Aida melihat mereka sangat bahagia.

Aida bergegas menghampiri mereka berdua.

Saat sudah dekat, Abi mulai membuka suara.

"Wah Anaknya Abi dan Ummi sangat cantik ya pagi ini, mukamu sangat berseri-seri sayang. Sejuk rasanya menatap wajah mu, seakan-akan mengeluarkan cahaya. Tak lupa membuat semangat Abi selalu meningkat tiap harinya." ucap Abi pada Aida dengan tatapan berbinar.

"Mungkin efek anak satu-satunya ya bi." sahut Umi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya saat ini.

"Aduh Umi sama Abi bisa aja buat anaknya terbang melayang." Aida menjawab dengan rona merah di wajahnya seperti tomat yang sudah matang.

"Cie yang digombalin langsung terbang. Hati-hati nabrak pesawat. Ntar nyungsep terus jatoh, kan sakit.

Suami mana suami? kan biar bisa digombalin," jeda Abinya.

"Yang lagi sendiri, sabar ya. Iya gak, Mi?" lanjut Abi sambil menaik turunkan alisnya pada Ummi. Ditambah, senyum jahilnya melirik Aida--yang raut wajahnya mulai kusut mendadak.

"Dih Abi jahat ihhh" gumam Aida tanpa mengeluarkan suara.

"Iya Bi, Aida kuat banget ya. perempuan strong" jawab Ummi dengan tawanya, diikuti Abi.

"Bahagia banget kayanya ngeliat anak Di bully. Ummi juga malah ketawain Aida. Gak kesian apa sama anaknya?" Aida mulai menekuk wajahnya.

"Lebayyyyy huuuuuu" balas kedua orang tuanya bersamaan.

"Oh iya Da, kamu mau kerja kelompok?" tanya Abi pada anak semata wayangnya.

"Kok abi tahu, sih?" tanya Aida menerawang. Padahal, dia belum mengucapkan sepatah katapun kalau sekarang ingin pergi tugas kelompok.

"Tau dong. Ikatan batin orang tua sama anak kan gak bisa di bohongin" balas Abinya.

"Hmm iya juga sih ya ... Bi, Mi, Aida sudah ditunggu di dekat sekolah nih, Aida pamit ya." ucap Aida sambil menyalimi keduanya, tak lupa kedua orang tuanya selalu memberikan kecupan hangat dipipi kanan serta kirinya. Kecupan itu Membuat Aida semakin sayang pada keduanya.

"Aku sangat mencintai kalian Bi, Mi ... Aku mencintai kalian karena Allah. Ya Allah jangan pisahkan mereka berdua sampai kapanpun. Jadikan mereka pasangan yang kekal dunia akhirat. Aamiin."--gumam Aida dari lubuk hatinya yang terdalam.

"Iya hati-hati ya Da" balas kedua orang tuanya kompak.

"Siap tuan, siap nyonya." Aida mengedipkan matanya jahil. Abi dan Umminya hanya tertawa kecil melihat sikap anaknya itu.

*****

*Ddrrtt*

💬 1 Message From Ferdi

Bunyi handphone Fathan mulai bergetar, menandakan ada sebuah Notifikasi masuk.

Fathan yang baru saja selesai mandi, langsung mengambil hp nya yang berada diatas kasur. Saat Fathan mengecek notifikasi, ternyata sudah tertera jelas nama Ferdi mengiriminya sebuah pesan.

Ferdi Heryawan

+62857 9809 8XXX

Bro, lagi dirumah? gue udah ditempat biasa, buruan kesini. Dandan jangan lama-lama. Udeh kaya mau kencan aja. Ngaret, gua bagel pake bata lu.

Fathan mengetik sesuatu dilayar ponselnya hendak membalas.

Sabar, pea. Emang lu kira kepleset langsung nyampe.

Send...

Fathan memakai kaus lengan pendek berwarna putih, dengan celana levis biru dongker, tak lupa sepatu vans nya. Ia mematut dirinya di cermin

"So cool"--gumamnya kecil.

Fathan lalu menyambar kunci motornya diatas meja. Ia berjalan keluar kamar.

"Fathan, mau kemana kamu?" Daddy nya menyelidik Fathan saat hendak keluar kamar.

Fathan sangat malas menjawabnya.

"Ketemuan sama temen, not until night. Calm down, Dad!"

"Eliminate your bad habit. I don't like it, contohlah kakakmu." Balas Daddy nya lantang.

"Whatever you say, daddy. i don't care. I can take care of myself, gak usah repot-repot. Satu lagi, tolong jangan samain Fathan dengan dia. Fathan dan dia itu BEDA. setiap anak punya caranya sendiri." Fathan pergi sambil bersiul tak memperdulikan orang tuanya itu.

Dia bergegas mengeluarkan motornya dari dalam bagasi hendak pergi Ke tempat lamanya.

Fathan melajukan motornya diatas rata-rata. Di perjalanan, Fathan seakan teringat oleh perempuan yang ditemuinya kemarin. Semoga nasib beruntung menghampirinya hari ini.

Fathan memberhentikan motornya Tepat di depan sebuah restoran.

Restoran yang bisa dibilang klasik, tapi tetap terkesan mewah, restoran yang menyajikan view alam yang sangat indah, memberi kesan hidup diantara alam bebas.

Dinding restoran ini berwarna putih ke hijau-hijauan. Perpaduan warna yang membuat segar dipandang mata.

Tiang-tiang kokoh sebagai penyangga sangat banyak. Tiang tersebut dilapisi cat hijau dipadu biru muda. Atapnya dibuat setengah lingkaran, membuat kesan Indah ketika dilihat dari dalamnya.

Pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi sudah ditanam agar cuaca disini tetap sejuk di panasnya terik matahari. Lalu, tak lupa jendela yang terpasang disetiap sudutnya, agar si pengunjung bisa menikmati sajian yang di pesan sambil melihat-lihat objek pemandangan yang telah disediakan restoran ini.

Restoran ini mempunyai kebun kecil dekat tempat air mancur. Kebun kecil ini dijaga oleh pagar bercat putih. Didalam kebun kecil itu berlapis rumput jepang yang sudah ditanami berbagai macam mawar yang tentunya bervariasi warnanya. Mulai dari pink, merah, putih, kuning, hingga ungu.

Air mancur terpancar dengan kepulan-kepulan asap tipis beraroma lemon yang pasti sangat menyegarkan bila tercium oleh indera penciuman ketika melewatinya. Air di kolam ini sangat bening, tidak tercemar sedikitpun, perawatannya yang maksimal membuat kolam ini sangat terawat.

' LUCIANA INTEREST '

Itulah nama restorannya, Nama restoran ini terpampang jelas di Atas pintu masuknya.

Fathan memakirkan motornya di Area Parkir yang sudah tersedia.

Dia berjalan memasuki restoran itu dengan senyum bahagianya, karena disini, tempat mereka mengenal arti persahabatan sesungguhnya. Sudah lama dia tak menginjakkan kakinya ke restoran ini, restoran yang menjadi saksi perpisahan antara dia dan tiga sahabatnya itu.

Saksi dimana Fathan pergi melanjutkan Study SMP-nya di italia. Jujur, Fathan sungguh rindu dengan ketiga sahabatnya itu.

Fathan mencari ketiga sahabatnya, matanya tertuju pada meja pojok. Terukir jelas tawa kebahagiaan sahabatnya dari kejauhan. Dia hendak berjalan menuju meja itu dengan tergesa.

"I miss you, bro." Fathan mulai berjabat tangan ala lelaki pada umumnya.

"I miss you too, Fath" balas mereka pada Fathan. Fathan mengambil posisi duduknya tepat didekat jendela.

"How about Italy? fun?" Gilang mulai membuka percakapan. Dia menanyakan pada sahabatnya itu, siapa lagi yang dituju kalau bukan Fathan.

"Yeah, that's right. Not only fun ... but is very cool, man. Tiap hari keliling Pisa Tower, Colosseum Roma. Wanna go there?" Fathan berucap antusias pada ketiganya.

"Ayo aja. Pake duit siapa? mau nraktir emang?" Gilang dan Reyhan berucap ditambah dengan mata yang berbinar.

"Ya elu lah. Elu yang pengen kesono." Fathan menunjukkan tampang sinisnya pada dua sahabatnya itu.

"Koretttttt huuuu" Gilang dan Reyhan menyahuti ucapan Fathan disertai sorak kekecewaannya, layaknya sorak kekecewaan para penonton bola di tv-tv.

"You're 30 minutes late. Where have you been?" Ferdi membuka mulutnya hendak mengajukan pertanyaan pada Fathan.

"Traffic jam"

"You're not lying, right? i can see it, when you're hiding something." Ferdi mengucapkannya dengan tatapan yang menyelidik.

"Yeah, I lied, I don't want to tell you right now, I have a problem again." Fathan menunjukkan muka kusutnya, tatapannya lurus kedepan--seakan mengatakan kalau dia sedang tidak baik-baik saja.

"Yaelah pasti masalah lu dan kakak lu itu?" Ferdi Menyahuti Ucapan Fathan dan diangguki olehnya.

"Papah lu emang gitu dari dulu, elu maklum lah. Dia emang gabisa ngerti saat diposisi kita. Emang dia gapernah ngerasain jaman putih abu-abu apa ya? Disaat A-be-ge nyari jati dirinya, Disaat mereka ingin tahu ini-itu. Kalo menurut gua sih, wajar. Apalagi kita anak laki, harus punya banyak pengalaman buat kita ceritain ke anak kita nanti. So? let's use time before we grow old.

Kalo orang tua gua sih cuma pesen, jangan sampe kelewat bates aja. Terus milih-milih orang kalo mau diajak curhat. Gak selamanya orang bisa jaga rahasia. Tapi, gua percaya kalian bertiga kok. Kalian itu udah kaya keluarga kecil gua, tempat gua gila-gilaan, tempat berengsek-berengsekan bareng. Pokonya keberadaan kalian tuh udah lebih cukup. Ya walaupun elu-elu pada udah kaya orang sarap, gua tetep sayang kok. Banget malahan." Ferdi dan yang lainnya berpelukan, Kehangatan yang sudah menyatu kuat. Kehangatan yang dulu sempat rentan, sekarang mulai mereka rajut lagi.

Setelah selesai berpelukan, mereka kembali seperti posisinya masing-masing.

"How about here without me?" Fathan berucap pada ketiga sahabatnya itu.

"Sepi, gada yang rusuh." Reyhan Menjawab seadanya.

"Gada yang berisik, tentram tanpa lu." Gilang menjawabnya sesuai dengan isi hatinya.

"Kalo elu Fer?" Fathan menunjuk Ferdi yang belum sempat menjawab pertanyaannya itu.

"Biasa aja" Ferdi berucap sangat datar.

"Boong banget. Oiya cuy, besok gua mau masuk ke SMA elu-elu pada ya. Mudah-mudahan kita sekelas." Fathan berucap dengan Nada berharap.

"Eh. Lu masuk SMA kita? Wow, ada temen cabut nih. Cool, man!" Ferdi berucap disertai tepuk tangannya.

*Ddrrtt*

*Ddrrtt*

*Ddrrtt*

For all the times that you rain on my parade

And all the clubs you get in using my name

You think you broke my heart, oh girl for goodness sake

You think I'm crying, oh my oh,(on my own), well I ain't

And I didn't wanna write a song cause I didn't want anyone thinking I still care

I don't but, you still hit my phone up

And baby I'll be movin' on and I think you (it) should be somethin'

I don't wanna hold back, maybe you should know that

My mama don't like you and she likes everyone

And I never like to admit that I was wrong

And I've been so caught up in my job, didn't see what's going on

And now I know, I'm better sleeping on my own.

"Woy, hp siapa sih tuh! angkat coy. Penting kali" Ferdi berucap sambil memperhatikan ketiga sahabatnya itu.

"Biarin aja, paling juga cewek gua. Gak penting, lebih pentingan sahabat menurut gua." Reyhan berucap tanpa jeda disetiap kalimatnya.

"Yeuh si kocak, ntar cewek lu mutusin, cengo lu." Gilang menyahutinya.

"Sotoy." Reyhan Menjawab

"Eh, gimana Fath? udah ada cewek lu?" Ferdi berucap santai.

"Kaga minat, ntar langsung nikah aja. ngapain nanyain gituan lu? mau ngecengin?" Fathan berucap datar, lalu meneguk minuman Gilang.

"Hahahaha, nikah? sok lu ah." Ferdi menjawab dengan kekehannya.

"Nikah itu tandanya serius bro. Kalo pacaran itu maen-maen. kenapa kalo orang pengen langsung nikah dikata-katain, sedangkan pacaran lama diagung-agungin? heran gua." Fathan berucap cuek lalu memalingkan wajahnya ke jendela.

"Sejak kapan lu bisa berpikiran kaya gitu? Malahan dulu, elu bilang, Gua gaterima diputusin Arin. Gua sayang ama dia, gua cinta, bantuin gua biar balikan sama dia dong, Bro." Ferdi menjawab sesuai ingatannya. Saat Fathan berucap seperti itu, kira-kira setahun yang lalu. Tapi Ferdi masih mengingat jelas.

"Itu dulu. Everything has changed." balas Fathan datar.

"Udah-udah. Ini temu kangen, apa mau pada adu mulut sih. Fer, hargain keputusan si Fathan, mungkin emang dia gapengen pacaran. Elu juga Fath, kalo elu ga niat pacaran lagi yaudah. lagian si Ferdi cuman nanya, gausah dibawa serius. Jangan pada rempong kaya emak-emak mau belanja baju dah. Gini aja dipermasalahin udah kaya bocah aja." Gilang menasehati keduanya.

Setelah lama berbincang-bincang, ternyata Matahari mulai tenggelam. Mereka berjabat tangan lalu berpisah di perempatan, mereka hendak pulang kerumahnya masing-masing.

*****

Fathan melajukan motornya diatas rata-rata. Lalu motornya terhenti sebentar di persimpangan jalan saat matanya melihat perempuan yang dia temui di angkot kemarin, sedang digoda oleh dua preman. Fathan meminggirkan motornya lalu turun menghampiri wanita itu.

"Tolongggggg ..." Aida terlihat Frustasi saat dua preman menghampirinya dengan tergesa.

"Teriak sesuka kamu cantik. ini udah sepi gamungkin ada yang nolong" sahut salah satu preman itu licik.

"Bisanya godain cewek aja. Kaya kaga ada kerjaan laen. Berani pegang-pegang gua tonjok lu." seru Fathan kasar.

Fathan sangat hebat dalam hal perkelahian. Apalagi masalah bogem-membogem, sudah pasti dia akan menang dari lawannya.

"Wah nih bocah kurang asem, berani lu ama kita?" tanya salah satu preman itu pada Fathan, sambil menyeringai jahat.

"BUGH"

Satu bogeman mendarat mulus dihidung preman itu.

"Wah, nyolot lu ya, abisin nih bocah ingusan." Salah satu preman itu mengelap cairan merah yang sudah mengalir perlahan saat Fathan membogemnya.

"BUGH"

"BUGH"

"BUGH"

"BUGH"

Sebelum preman itu mengotori wajahnya terlebih dahulu, Fathan membogemnya duluan. Lengkap sudah tinjuan yang diberikan Fathan pada preman itu. Tetapi, temannya yang satu lagi memukul tengkuk Fathan dari belakang dengan kayu. Preman itu kabur, karena takut diadukan oleh warga sekitar.

"Eehhh, kamu gapapa?" tanya perempuan dihadapannya.

Pandangan Fathan sedikit kabur. Matanya tak bisa melihat jelas karena satu pukulan yang mendarat di tengkuknya masih terasa sakit.

"E-lu ngapain sih disini? elu pake gamis sama kerudung panjang aja masih digodain ama tuh preman, gimana kalo pake baju pendek? tapi elu ga diapa-apain kan sama dia?" Fathan berucap panjang lebar tanpa memikirkan kondisinya saat ini. Yang penting baginya hanya keselamatan perempuan itu.

"I'am Fine. Sorry, udah bikin kamu jadi babak belur gini" Aida merasa tak enak dengan lelaki dihadapannya.

"No problem" balas Fathan dengan senyuman yang masih terukir jelas diwajahnya.

"Ta-tapi aku udah ditunggu Abi ku sekarang. Aku tinggal gak apa-apa kan?" Aida menunjukkan wajah khawatirnya saat ini. Dia takut dimarahi oleh Abinya, kalau pulang tak tepat waktu.

"Gapapa, lu yakin mau pulang sendirian?" Fathan berucap lirih.

"Tenang aja. Thank you for saving me." Aida tersenyum seakan mengatakan--aku bisa pulang sendiri kok

"Hmm" hanya deheman kecil untuk menyahuti perkataan Aida barusan.

Aida melanjutkan jalannya untuk pulang kerumah. Disisi itu juga Fathan tersenyum penuh arti pada wanita yang sudah diselamatkannya tadi.

"Makasih ya Allah, keberuntungan ini menghampiri Fathan lagi."--gumam Fathan dalam hati

----------------------------------------------------------

So cool : Sangat keren/Sangat kece

Not until night. Calm down dad : Tidak sampai malam. Tenang ayah.

Eliminate

your

bad

habit. I

don't

like

it : Hilangkan kebiasaan burukmu. Aku tidak menyukainya.

Whatever

you

say, daddy. I

don't

care : Apapun yang Ayah katakan, aku tidak peduli.

I

can

take

care

of

myself : Aku bisa menjaga diriku sendiri

How

about

Italy? Fun? : Bagaimana dengan Italia? Menyenangkan?

Yeah, that's

right. Not

only

fun. But, is

very

cool

man. Wanna

go

there? : Ya, benar. Tidak hanya menyenangkan, tapi sangat keren. Ingin pergi ke sana?

You're 30 minutes

late. Where

have

you

been? : kamu terlambat 30 menit. Dari mana saja kamu?

Traffic

jam : macet

You're

not lying, right? I

can

see

it

When

you're

hiding

something : Kamu tidak bohong, kan? Aku bisa lihat kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu

Yeah, I

lied. I

don't

want

to

tell

you

right

now. I

have

a

problem

again : Ya, aku berbohong. aku tidak ingin mengatakan padamu sekarang. aku punya masalah lagi.

So? Let's

use

time

before

we

grow

old : Jadi? Mari kita gunakan waktu sebelum kita bertambah tua.

How

about

here

without

me? : Bagaimana disini tanpa aku?

For all the times that you rain on my parade

And all the clubs you get in using my name

You think you broke my heart, oh, girl for goodness' sake

You think I'm crying on my own. Well, I ain't

And I didn't wanna write a song

'Cause I didn't want anyone thinking I still care. I don't,

But you still hit my phone up

And, baby, I be movin' on

And I think you should be somethin' I don't wanna hold back,

Maybe you should know that

My mama don't like you and she likes everyone

And I never like to admit that I was wrong

And I've been so caught up in my job,

Didn't see what's going on

But now I know,

I'm better sleeping on my own

: Lagu Justin. Cari aja lirik artian nya ya. Heeeheww

Everything has changed : semuanya telah berubah

I'am

fine, sorry : Aku baik-baik saja, maaf

No

problem : tidak masalah

Thank

you

for

saving

me

: Terima kasih telah menyelamatkanku.

-----------------------------------------------------------

Related chapters

  • From Allah to Allah   Kita sekelas?

    Pagi-pagi buta, Fathan masih sibuk dengan gulingnya. terlelap diatas kasur yang dilapisi seprai biru berlogo Chelsea--Tim bola kesayangannya.Daddy Anto--Daddy nya Fathan--masuk kedalam kamar anaknya tanpa permisi, ditambah dengan ekspresi wajah yang sangat sulit diartikan."Fathan, what the hell time is it? get up now! wanna be late?" Daddy Anto mengguncang kasar badan Fathan agar segera bangun. Sedangkan Fathan, hanya menggeliat kecil."Daddy, what time is it? i'am still sleepy." Fathan menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya."Sekarang sudah pukul tujuh, dua puluh lima menit lagi gerbang ditutup. Kalau kamu gak bangun dalam hitungan ketiga, Daddy batalin sekolah di tempat Ferdi! satu, du--" Daddy nya berucap seperti mengancam.Saat itu juga Fathan memotong ucapan Daddy

  • From Allah to Allah   Fathan, mengapa kau begitu?

    Seperti biasanya, jalan besar ini sangat dipenuhi banyak kendaraan, tak lupa polusi udara yang turut ikut menyertai.Sungguh, polusi ini bagaikan abu vulkanik yang baru saja dimuntahkan oleh gunung meletus.Klakson yang sangat nyaring membuat gendang telinga siapa saja yang mendengar akan menutup Indera pendengarannya rapat-rapat.Fathan disini hanya bisa bersabar dan berharap keajaiban datang. Dia yang menunggu angkot sejak tadi tak kunjung datang hanya bisa mengelap peluh keringat yang sudah memenuhi dahinya dengan telapak tangan. sudah sejak pukul enam, Fathan mematung dipinggiran jalan hanya untuk menunggu sebuah angkot lewat. Dia melirik ke kanan juga ke kiri."Gak kaya biasanya"--gumamnya dalam hati.Fathan menghembuskan nafasnya asal. "Hhhh, nunggu itu capek ya ..." ucapnya lirih. Saat itu Fathan yang mulai letih untuk menunggu angkot, semangatnya seakan fulllagi, keletihannya terba

  • From Allah to Allah   Aida, mengapa kau dingin sekali?

    Jam pelajaran telah selesai, semua anak berhamburan kesana-kemari. Mereka akan melakukan aksinya masing-masing.Aksi apa? Kalian penasaran?Setelah pulang, anak-anak kelas '12 Ipa 2'ada yang hendak berjualan seblak, ada yang menagih kredit hape seperti debt kolektor ke rumah-rumah, ada yang hendak membantu bapak nya untuk membenarkan atap genting yang bocor, ada yang memberi makan ternak bebeknya, ada yang shopping menye-menye agar terlihat gaul, ada yang makan ke tempat eksis hanya untuk berfoto saja, tanpa membeli. Dan masih banyak hal lainnya yang akan dikerjakan mereka masing-masing.Lain halnya dengan Fathan. Fathan akan segera ke rumah sakit untuk menjenguk orang yang paling dia sayangi. Fathan berlari ke ruangan Ferdi dengan nafas tersengal. Fathan bertekad akan meminjam motor pada sahabatnya itu.Terlintas di b

  • From Allah to Allah   Perjodohan?

    Tak perlu ku jelaskan lagi betapa kerasnya jantungku berdebar ketika mendengar suara mu.Tak perlu ku

  • From Allah to Allah   Sosok Abi dan Ummi

    Aida memperhatikan langit cerah ini dari balik jendela kamarnya. Aida sedang memikirkan apa yang barusan dikatakan oleh Abinya. Abi dan Ummi ingin anaknya menikah muda supaya tidak menimbulkan fitnah."Jujur, aku gundah akan keputusan ini, berilah jawaban di istikharahku nanti malam Ya Rabb ..." Aida Berujar lirih.Notifikasi handphone Aida mulai berbunyi. Sepertinya ada Line masuk. entah dari siapa, Aida juga tak tahu. Aida bergegas mengambil handphone nyayang tergeletak di atas meja rias. Ternyata Line dari Zalfa.Zalfa adalah sosok sahabat yang sangat baik juga sholehah. Dia adalah sahabat yang Aida kenal sejak SD. Ia mempunyai paras yang cantik, pintar, ramah, dan dikagumi oleh banyak siswa di SMA Aida. Bahkan tak jarang banyak siswa yang sudah meng-khitbah lewat papahnya, tapi tak ada satupun yang diterimanya. Karena

  • From Allah to Allah   Awal Pertemuan kita?

    "Awassss ada lubang, please be careful!!" seru lelaki yang berada didekat pohon seakan menunggu sesuatu. Lelaki itu berteriak, teriakannya sangat nyaring terdengar oleh indra pendengaran Aida. Aida yang mendengar teriakkan itu tersontak kaget dan memperhatikan objek yang dikatakan sebagai--lubang, oleh lelaki tadi. "Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un," ucapan Aida terlontar begitu saja saat kakinya hampir masuk kedalam lubang gorong-gorong yang tepat berada didepannya itu. Lubang yang disebabkan oleh aspal yang mulai tak bisa menahan apa yang dipikulnya. Lalu, menyebabkan lubang itu muncul ditengah jalan. Aida mengucapkan 'Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un, Karena itu merupakan sebuah musibah yang menimpanya. Ya, walaupun dia tidak terpelosok kedalamnya, tetapi itu tetap dianggap musibah olehnya. "Makanya, kalau jalan itu perhatiin sek

Latest chapter

  • From Allah to Allah   Aida, mengapa kau dingin sekali?

    Jam pelajaran telah selesai, semua anak berhamburan kesana-kemari. Mereka akan melakukan aksinya masing-masing.Aksi apa? Kalian penasaran?Setelah pulang, anak-anak kelas '12 Ipa 2'ada yang hendak berjualan seblak, ada yang menagih kredit hape seperti debt kolektor ke rumah-rumah, ada yang hendak membantu bapak nya untuk membenarkan atap genting yang bocor, ada yang memberi makan ternak bebeknya, ada yang shopping menye-menye agar terlihat gaul, ada yang makan ke tempat eksis hanya untuk berfoto saja, tanpa membeli. Dan masih banyak hal lainnya yang akan dikerjakan mereka masing-masing.Lain halnya dengan Fathan. Fathan akan segera ke rumah sakit untuk menjenguk orang yang paling dia sayangi. Fathan berlari ke ruangan Ferdi dengan nafas tersengal. Fathan bertekad akan meminjam motor pada sahabatnya itu.Terlintas di b

  • From Allah to Allah   Fathan, mengapa kau begitu?

    Seperti biasanya, jalan besar ini sangat dipenuhi banyak kendaraan, tak lupa polusi udara yang turut ikut menyertai.Sungguh, polusi ini bagaikan abu vulkanik yang baru saja dimuntahkan oleh gunung meletus.Klakson yang sangat nyaring membuat gendang telinga siapa saja yang mendengar akan menutup Indera pendengarannya rapat-rapat.Fathan disini hanya bisa bersabar dan berharap keajaiban datang. Dia yang menunggu angkot sejak tadi tak kunjung datang hanya bisa mengelap peluh keringat yang sudah memenuhi dahinya dengan telapak tangan. sudah sejak pukul enam, Fathan mematung dipinggiran jalan hanya untuk menunggu sebuah angkot lewat. Dia melirik ke kanan juga ke kiri."Gak kaya biasanya"--gumamnya dalam hati.Fathan menghembuskan nafasnya asal. "Hhhh, nunggu itu capek ya ..." ucapnya lirih. Saat itu Fathan yang mulai letih untuk menunggu angkot, semangatnya seakan fulllagi, keletihannya terba

  • From Allah to Allah   Kita sekelas?

    Pagi-pagi buta, Fathan masih sibuk dengan gulingnya. terlelap diatas kasur yang dilapisi seprai biru berlogo Chelsea--Tim bola kesayangannya.Daddy Anto--Daddy nya Fathan--masuk kedalam kamar anaknya tanpa permisi, ditambah dengan ekspresi wajah yang sangat sulit diartikan."Fathan, what the hell time is it? get up now! wanna be late?" Daddy Anto mengguncang kasar badan Fathan agar segera bangun. Sedangkan Fathan, hanya menggeliat kecil."Daddy, what time is it? i'am still sleepy." Fathan menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya."Sekarang sudah pukul tujuh, dua puluh lima menit lagi gerbang ditutup. Kalau kamu gak bangun dalam hitungan ketiga, Daddy batalin sekolah di tempat Ferdi! satu, du--" Daddy nya berucap seperti mengancam.Saat itu juga Fathan memotong ucapan Daddy

  • From Allah to Allah   Finally we meet too, Dude.

    Aida terbangun lalu beranjak dari tempat tidurnya. Saat melirik dinding, dia melihat jarum pemutar waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Ia segera kekamar mandi untuk mengambil wudhu, untuk melaksanakan salat istikharahnya, agar mendapatkan jawaban atas perjodohannya itu.Aida tak henti-hentinya menangis dan berdoa kepada penciptanya. Air mata jatuh bebas, mukena yang dia pakai sudah mulai basah akan air matanya, tapi ia tak memperdulikannya sedikitpun. Yang penting, malam ini dia akan bercerita, mengadukannya semua pada Allah, agar dirinya tenang. Tanpa ada seorangpun yang mengetahui, kecuali Allah.Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat]

  • From Allah to Allah   Awal Pertemuan kita?

    "Awassss ada lubang, please be careful!!" seru lelaki yang berada didekat pohon seakan menunggu sesuatu. Lelaki itu berteriak, teriakannya sangat nyaring terdengar oleh indra pendengaran Aida. Aida yang mendengar teriakkan itu tersontak kaget dan memperhatikan objek yang dikatakan sebagai--lubang, oleh lelaki tadi. "Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un," ucapan Aida terlontar begitu saja saat kakinya hampir masuk kedalam lubang gorong-gorong yang tepat berada didepannya itu. Lubang yang disebabkan oleh aspal yang mulai tak bisa menahan apa yang dipikulnya. Lalu, menyebabkan lubang itu muncul ditengah jalan. Aida mengucapkan 'Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un, Karena itu merupakan sebuah musibah yang menimpanya. Ya, walaupun dia tidak terpelosok kedalamnya, tetapi itu tetap dianggap musibah olehnya. "Makanya, kalau jalan itu perhatiin sek

  • From Allah to Allah   Sosok Abi dan Ummi

    Aida memperhatikan langit cerah ini dari balik jendela kamarnya. Aida sedang memikirkan apa yang barusan dikatakan oleh Abinya. Abi dan Ummi ingin anaknya menikah muda supaya tidak menimbulkan fitnah."Jujur, aku gundah akan keputusan ini, berilah jawaban di istikharahku nanti malam Ya Rabb ..." Aida Berujar lirih.Notifikasi handphone Aida mulai berbunyi. Sepertinya ada Line masuk. entah dari siapa, Aida juga tak tahu. Aida bergegas mengambil handphone nyayang tergeletak di atas meja rias. Ternyata Line dari Zalfa.Zalfa adalah sosok sahabat yang sangat baik juga sholehah. Dia adalah sahabat yang Aida kenal sejak SD. Ia mempunyai paras yang cantik, pintar, ramah, dan dikagumi oleh banyak siswa di SMA Aida. Bahkan tak jarang banyak siswa yang sudah meng-khitbah lewat papahnya, tapi tak ada satupun yang diterimanya. Karena

  • From Allah to Allah   Perjodohan?

    Tak perlu ku jelaskan lagi betapa kerasnya jantungku berdebar ketika mendengar suara mu.Tak perlu ku

DMCA.com Protection Status