Peri bunga bakung baru saja pergi dengan meninggalkan sekeranjang roti awan di pinggir bukit berbatu.“Oh hanya mimpi lagi.” Tenangnya dalam hati.Koin orange keemasan menggantung sempurna di atas perbukitan Bilbelonia, sinarnya sungguh menyilaukan untuk ditatap oleh mata secara langsung.Ia bukan koin yang sesungguhnya, melainkan Matahari, yang sejak diciptakannya bumi, belum pernah redup atau hilang meski hanya sehari. Sinarnya tetap sama, tidak berkurang, tidak juga bertambah, Matahari tetaplah Matahari, meski kadang sang awan menutupi atau hujan yang sedang menggantikan peran.Wajah Shelin masih pucat dan seluruh badannya dingin, otot bahunya kaku dan betisnya sedikit lemas. Ia mencoba menghibur diri, mungkin karena tadi tidur di bangku perpustakaan yang dekat dengan pendingin ruangan.Sampai saat ini perpustakaan masih ramai tenang, banyak mahasiswa yang berlalu lalang, namun suasana hening, hanya sesekali terdengar suara langkah k
Last Updated : 2021-05-23 Read more