Aku tidak dapat menyangkal perkataan Adit yang menganggap kami bodoh karena terlalu terpaku untuk menghilangkan dinding batu yang dibuat Luna, tanpa memikirkan alternatif lain. Entah kami, memang sedang kalang kabut karena Luna yang tiba-tiba meninggalkan Shelter, atau kami memang tidak ingin melihat dari sisi lain saja.Tetapi berkatnya, kami mendapat alternatif lain. Dengan tidak terbuangnya waktu kami hanya untuk mengurusi sebuah dinding, kami dapat mengejar Luna dengan lebih cepat. Hanya saja, setidaknya kami perlu menjelaskan situasinya pada Adit, sebagai orang yang dekat dengan Pak kepala sekolah. Kami yang dari tadi berdiri di dekat gerbang utama, berjalan mendekati Adit dan yang lain.“Pfft... Indra, Faiz, Deni; kalian juga tidak terpikirkan cara lain untuk keluar kah?”“Tia hentikan, Jangan mengolok-olok anggota kelompokmu sendiri—”Tia yang kesulitan menahan tawa, mengejek ketiga laki-laki yang sedang berjalan bersama kami. Tetapi Adit langsung menegurnya lalu mengalihkan pa
Read more