Narin tetap setia menumpukan berat kepalanya pada kedua telapak tangan yang diletakkan di atas meja kayu bundar, bersama dengan cemilan ringan serta teh hangat. Maniknya menatap Kaline penuh binar, berharap tingkah lakunya dapat menarik perhatian Kaline yang terpaku pada surat kabar harian yang ia terima.Setelah hampir sepuluh menit berlalu, Kaline akhirnya menoleh. Ia menghela napasnya pasrah. “Sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan?” tanya pada akhirnya.Senyuman Narin mengembang, membuat matanya menyipit. “Tentang pesta teh bersama Pangeran Antheo ... apa kau tak ingin menceritakannya padaku, Putri?” matanya yang berwarna biru terang berbinar-binar, membuat Kaline tak sanggup untuk menolaknya.Kaline mengangkat kedua bahunya, berusaha bersikap acuh tak acuh. “Ya ... begitu. Tak ada yang spesial. Kami hanya berbicara hal-hal kecil.”Senyuman Narin perlahan-lahan memudar, gadis itu terlihat tak puas dengan jawaban Kal
Last Updated : 2021-10-04 Read more