Kini tubuh Candra sudah terbaring di tanah, sementara Nata masih mencengkram erat tangan kirinya. Kaki kanan Nata juga masih berada di atas punggung Candra, sedangkan Laja dan Lilis yang sudah bangkit lagi hanya bisa menyaksikan dari kejauhan mereka langsung berlutut hormat di tanah seraya menunduk. “Tidak salah lagi, dia adalah tuan Nata. Kecerdasannya sudah membuatku kalah, dia sengaja berpura-pura bisa menggunakan tehnik pedang dengan pedang sihirnya untuk memancingku mundur menjauh. Dia juga sudah menyiapkan sihir tombak angin, tapi dia tahu aku pasti bisa menahannya karena itu dia menghancurkan sihirnya sendiri menggunakan sihir lainnya agar aku terkena efek ledakannya hingga dia memiliki peluang untuk menghajarku,” pikir Candra sambil meringis kesakitan. “Keterampilanmu memang sangat bagus, tapi kau seratus tahun lebih cepat jika ingin mengalahkanku,” ucap Nata sambil melepaskan cengkraman tangan dan kakinya.
Terakhir Diperbarui : 2021-08-14 Baca selengkapnya