Semua Bab Dating with Celebrity: Bab 41 - Bab 50

175 Bab

Tersandera Perasaan [1]

Selama beberapa hari, Kendra dan Maxim tak berkomunikasi sama sekali. Gadis itu menghubungi Maxim hanya untuk memberi tahu jadwal syuting yang akan segera dimulai. Ketika ditelepon, Maxim menanggapi dengan dingin dan menjawab seperlunya. Beralasan sedang sibuk, lelaki itu bahkan menutup telepon lebih dulu.“Kamu kenapa, sih? Kok sifat juteknya kembali, tapi ini malah lebih parah,” gumam Kendra sembari menatap telepon genggamnya dengan tak percaya, setelah Maxim mengakhiri perbincangan mereka begitu saja. “Memangnya, apa salahku? Kenapa kamu selalu bersikap seenaknya?”Tentu saja Maxim tak bisa menjawab pertanyaan itu. Namun Kendra bertekad akan mengajukan pertanyaan itu di depan Maxim, jika nanti mereka bertemu. Firasatnya, Maxim tersinggung karena ucapan Kendra. Namun, yang mana? Di dekat Maxim, dia selalu banyak mengoceh.Meski tahu Maxim sudah bersikap menyebalkan bahkan lebih parah dibanding biasa, Kendra tak mengira jika lelaki itu k
Baca selengkapnya

Tersandera Perasaan [2]

Kendra mendesah. “Dia suka menyiksaku. Di matanya, aku adalah orang yang bertanggung jawab untuk ‘penderitaan’ yang harus ditanggungnya. Karena terpaksa harus mengikuti acara ini. Jadi, kalau dia menderita, aku pun harus merasakan hal yang sama. Begitulah kira-kira arti ‘keadilan’ untuknya." Gadis itu menatap Maxim yang berdiri beberapa meter di depannya. Lelaki itu tak menyadari kehadiran Kendra. "Padahal, seharusnya aku bisa tidur berjam-jam sekarang ini dan tak harus berdiri sampai pegal.”“Astaga!” Neala terbahak-bahak. “Aku benar-benar bersimpati padamu, Ken.”Kendra tersenyum, tapi wajahnya justru terlihat kian muram. Tatapannya masih tertuju ke arah Maxim yang sedang bicara dengan salah satu calon teman kencannya. Gadis itu menelan ludah sambil bertanya-tanya mengapa mendadak dia merasa tak nyaman? Seharusnya, dia tak perlu merasakan hal semacam ini, kan?“Padahal aku punya setumpuk pekerja
Baca selengkapnya

Tersandera Perasaan [3]

Maxim tidak menyembunyikan perasaan tak suka karena mendengar jawaban Kendra. “Aku tidak mungkin marah tanpa alasan! Aku memang kesal sekali padamu. Kamu itu....” Maxim tidak melanjutkan kata-katanya. Kendra ingin mendesak laki-laki itu agar menuntaskan kalimatnya. Namun ternyata aba-aba tentang syuting yang akan segera dilanjutkan, terdengar.“Oke, selamat melanjutkan syuting. Semoga kamu sudah memiliki pilihan,” Kendra menatap Maxim sambil tersenyum. Lelaki itu tak membalas senyumnya, tapi Maxim memandangnya dengan tatapan yang membuat hati gadis itu terasa hangat. Di detik itu, ada keinginan yang melintas di benak Kendra untuk membekukan waktu. Namun itu adalah hal yang mustahil. “Jadi, yang kamu rekomendasikan Judith, ya?” tanya Maxim sebelum Kendra menjauh.“Ya. Tapi itu cuma sekadar rekomendasi saja. Kamu yang memutuskan, Max.”Di akhir acara, Maxim ternyata memang memilih Judith. Entah karena sa
Baca selengkapnya

Pria dengan Emosi Ala Rollercoaster [1]

Kendra merasa menjadi orang paling tidak sopan di dunia karena tak berhenti memaki dan merutuk sepanjang perjalanan menuju kantor Maxim. Karena sekarang ini dia harus kembali berurusan dengan pria yang sudah membuatnya merasa tak keruan. Maxim yang mendadak marah tanpa alasan kuat padanya. Maxim yang terlalu sering bersikap seenaknya tanpa bisa ditebak apa maunya.Lelaki itu pernah bersikap begitu manis dan penuh perhatian pada Kendra saat mereka berada di Bandung. Lalu, Maxim juga sempat mencium punggung tangan Kendra yang membuat gadis itu merasakan perutnya mulas setengah mati. Akan tetapi, ada juga bagian diri Maxim yang bicara dengan nada galak dan kalimat-kalimat menyilet. Yang paling mengerikan, Maxim yang menjauh dan mengabaikan Kendra tanpa alasan.“Kalau memang tidak ada kontaknya, kenapa Mbak Rossa malah menyuruhku? Kenapa aku yang selalu menjadi tumbal, sih? Dan kenapa si Sean ini harus bersepupu dengan Maxim? Ya ampuuunn,” omelnya. “Apa t
Baca selengkapnya

Pria dengan Emosi Ala Rollercoaster [2]

Entah bagaimana, jika dipikir lagi, restoran seperti itu bisa beroperasi di lokasi bergengsi seperti gedung perkantoran ini. Namun kemudian Kendra membuang pikiran anehnya. Sepanjang penyewa bisa membayar biaya yang sudah ditentukan, takkan ada yang keberatan, kan? Beroperasi di gedung perkantoran kelas atas, tak menjamin semua restoran yang ada menyajikan menu terbaik.Cecil mengajak Kendra memasuki sebuah restoran yang khusus menyajikan menu dari Manado. Restoran itu memiliki interior yang menarik untuk Kendra. Ada banyak partisi dari kaca yang mempercantik ruangan sekaligus memberi kesan luas.Ketika membaca buku menu, Kendra segera memesan satu porsi nasi jaha sambal kembung. Cecil mengajukan protes karena hanya itu yang dipesan Kendra. Namun gadis itu beralasan bahwa dia masih kenyang. Cecil akhirnya mengalah dan memesan nasi serta ayam isi di buluh untuk dirinya sendiri.“Kok Tante pesannya cuma itu?” Kendra tergelitik mengajukan protes.
Baca selengkapnya

Pria dengan Emosi Ala Rollercoaster [3]

Maxim tidak menjawab sama sekali. Lelaki itu berkonsentrasi pada makanannya yang memang sudah hampir habis, seakan tak mendengar ucapan lawan bicaranya barusan. Setelah menimbang-nimbang, Kendra berniat memanfaatkan momen itu untuk memberi tahu Maxim tentang tujuan kedatangannya. Supaya urusannya bisa segera selesai. Selain itu, Kendra pun bisa segera kembali ke The Matchmaker dan tak perlu lagi duduk di sebelah Maxim.“Max, aku ingin meminta tolong.” Kendra akhirnya kembali buka suara.“Hmmm? Minta tolong apa?” Maxim menggeser piringnya yang sudah licin.“Itu ... Mbak Rossa ingin kamu memperkenalkanku dengan Sean Gumarang. Dia sepupumu, kan?” sahut Kendra penuh harap.“Sean? Memangnya kamu....” Maxim tergelak tiba-tiba, mengejutkan Kendra. Alis gadis itu berkerut karena tidak tahu bagian mana dari kata-katanya tadi yang lucu. “Kamu mau meminta Sean mengikuti acara Dating with Celebrity, ya?&r
Baca selengkapnya

Pria dengan Emosi Ala Rollercoaster [4]

“Siapa ini?” kening Maxim berkerut dengan segera. Kendra tidak berniat menjawab. Gadis itu memilih untuk menyantap klappertaart yang tampak menggiurkan itu. Sesuai penampilannya, makanan itu memang bercita rasa enak. Kendra sengaja memberi waktu pada  Maxim untuk melihat sosok di foto itu dengan lebih jelas. Hingga ketika Kendra menatap Maxim, pemahaman berangsur-angsur mulai terpentang di wajah lelaki itu.“Kapan foto ini diambil?”“Hampir lima tahun yang lalu,” sahut Kendra. Dia memasukkan sendok terakhir berisi klappertaart ke dalam mulutnya. Maxim menatapnya, menunggu Kendra kembali bicara.“Seperti itulah aku, kelebihan berat badan hingga tiga puluh kilogram. Itu masa-masa yang sangat berat buatku. Aku melarikan diri dari kenyataan dan makanan menjadi pelampiasannya. Itu sudah terjadi sejak aku remaja. Terutama sejak ayahku....” Kendra bersyukur karena menemukan kenop rem tepat pada wakt
Baca selengkapnya

Blur [1]

Kendra masih menyimpan berjuta rasa penasaran atas jawaban aneh Maxim di dalam lift tadi. Karena itu, dia buru-buru menjajari langkah lelaki itu untuk mencari tahu. Kendra sungguh-sungguh ingin tahu maksud kata-kata pria ini. Dia tak mau terus-terusan cuma bisa menebak-nebak tanpa mendapat kejelasan.“Maksudmu barusan apa? Aku betul-betul tidak paham maksud kata-katamu tadi. Kenapa aku harus merasa puas karena kamu dan Judith akan berkencan? Bisa kamu jelaskan? Aku tidak pintar menebak-nebak. Max?”Lelaki itu melirik Kendra sekilas dan bicara dengan nada datar. “Memang itu kan yang kamu mau selama ini? Kamu yang membuatku harus mengikuti acara Dating with Celebrity. Seharusnya kamu sekarang bahagia setengah mati. Sebab, misi muliamu untuk mencarikanku pasangan, sudah berhasil dengan gemilang. Kamu juga yang merekomendasikan Judith padaku. Ingat?”Oke, ini sudah terdengar berlebihan dan sama sekali tak benar. Kata-kata Maxim malah
Baca selengkapnya

Blur [2]

“Maxim pasti senang sekali kalau aku jadi mengikuti acara yang dikeluhkannya selama berminggu-minggu ini. Tapi aku memang senang kalau bisa terlibat,” beri tahu Sean. “Tidak ada salahnya menjadi peserta Dating with Celebrity yang sedang digemari, kan? Anggap saja menambah relasi dan teman.”Kendra tersenyum lebar, nyaris dari telinga ke telinga karena mendengar kalimat bernada positif yang dilontarkan oleh sepupu Maxim ini. “Jadi, kamu setuju untuk ikut, kan?”“Ya, tentu saja! Ini kan tawaran menarik yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Aku tak sebodoh Maxim, Ken. Aku suka terlibat dalam acara semacam ini,” respons Sean.Kendra bertepuk tangan dengan gembira. Semua gerutuan yang sempat dilontarkannya saat di perjalanan tadi dan segala kecemasannya, menjadi tak berarti lagi. “Ya ampun, aku senang sekali! Kukira, kamu akan sesulit Maxim. Tapi ternyata tidak. Terima kasih ya Sean, kamu sudah sangat mem
Baca selengkapnya

Blur [3]

Lelaki di depannya itu mengangguk sambil tersenyum lebar. “Ya, kamu memang punya jasa. Tak seharusnya Maxim terus-menerus mengomel, kan? Tapi....” Lelaki itu mendadak berhenti, senyumnya pun perlahan memudar. Tatapan mata Sean tertuju ke arah Kendra.“Ada apa?” Kendra agak bingung.“Kamu orang yang santai dan selalu berpikir positif, ya? Kamu bisa menemukan hal-hal menarik dari suatu peristiwa yang tidak mengenakkan, misalnya. Kamu juga banyak tertawa,” celetuk Sean. “Kalaupun marah, kamu tidak bisa tahan berlama-lama. Begitu?”Kendra masih belum paham. Kedua alisnya nyaris bertaut. Dia berpikir sejenak. “Sepertinya itu memang diriku. Memangnya kenapa? Apa itu jadi masalah?”Sean kembali tersenyum lebar. “Kamu memang sangat cocok berteman dengan Maxim. Kalian akan jadi teman yang saling melengkapi. Belakangan ini Maxim terlalu banyak cemberut dan mengumpat. Tapi, dia salah satu sepupu terba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status