"Arsen, ini tidak seperti yang kau pikirkan," kataku, berdiri dari kursi dan mengejarnya ke pintu. Arsen menepis tanganku yang mencoba menjelaskan padanya. "Jangan sentuh aku! Kau murahan."Ya, oke, baik! Aku murahan. Aku mengganggu sahabatnya dan membuat orang itu dalam kesulitan. Ini salahku, dan aku cukup tahu diri. Tapi apa yang dia dengarkan baru saja, tidak seperti apa yang ada di pikirannya. Arlan tidak bermaksud seperti itu. "Kau salah paham. Jangan bertengkar dengan Pak Dokter lagi," kataku.Arsen mendengus diiringi tawa sumbang yang menakutkan. "Di depanku kau panggil di Pak Dokter, tapi di belakangku apa, Nara?" 'Arlan. Aku memanggilnya Arlan. Apa perlu aku juga memanggilnya sayang? Mungkin di depanmu itu lebih bagus, Brengsek!' Tapi hanya pikiranku lah yang berani menjawabnya.Entah apa yang dimiliki lelaki sialan ini sampai terus menuduhku. Aku sangat kesal, marah, ingin berteriak agar telinganya sedikit
Last Updated : 2021-05-20 Read more