Home / Romansa / Luka dan Rahasia / Chapter 11 - Chapter 15

All Chapters of Luka dan Rahasia: Chapter 11 - Chapter 15

15 Chapters

Sebelas: Aku Minta Maaf

Alexa menoleh pada Han yang sedang fokus di depan kemudinya. Han bersikeras untuk mengantar Alexa pulang setelah mereka selesai menonton bioskop meskipun awalnya Alexa menolak.“Lo nggak suka filmnya?” Alexa menyadari saat di bioskop tadi Han tidak benar-benar menaruh perhatiannya pada film itu. Ia hanya sibuk  memerhatikan Lizzi yang duduk di sebelah kiri lelaki itu.Han tersenyum lembut. “Suka kok. Seru banget.”Alexa menatap ragu pada Han. Ia terus memandangi lelaki itu dari sudut matanya.Sementara itu, di dalam benak Han, ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di bioskop tadi.Flashback OnBryan memberi ciuman singkat pada bibir Lizzi.“Bryan!” protesnya tidak terima. Tolonglah film ini tengah berada di konfliknya.Bryan mendekatkan kembali wajahnya pada Lizzi. Lelaki itu terus mengikis jaraknya dengan Lizzi. Namun tiba-tiba Han menahan bahu Bryan.
Read more

Dua Belas: I'm Begging You

“Aku berterima kasih pada takdir, sekaligus marah padanya.”   *****   Flashback On Awan hitam mulai menutupi langit Jakarta sore itu. Mungkin hujan akan segera turun sebentar lagi. Han sedang duduk di dekat gerbang sekolah elit, menunggu seseorang yang tak kunjung ia temukan sejak tadi, Lizzi. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan gadis itu karena ia sibuk dengan beberapa urusan setelah ibunya yang meninggal karena kecelakaan beberapa hari lalu. Selain itu, ia juga pindah ke rumah baru untuk bekerja sebagai tutor sebaya di rumah keluarga Gray dan tinggal di sana. Nomor hp Lizzi pun tidak aktif. Karena itu ia berinisiatif untuk menemui gadis itu di sekolahnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada satpam yang berada di sana. “Pak, kelas 9-2 bubar jam berapa ya?” “Kelas 9 udah pada pulang jam 3 sore tadi.” H
Read more

Tiga Belas: Menyerah?

“Wah.. wah.. ada yang nonton nggak ngajak-ngajak nih.” Ucap Chandra saat ia bertemu dengan Han di tempat gym apartemen mereka. Han yang sedang berlari di treadmill sedikit terkejut melihat Chandra yang tiba-tiba datang entah dari mana. “Tau dari mana lo?” Tanya Han. “Dari snapgram nya Alexa lah..” Ucap Chandra. Han tertawa kecil. “Ini nih yang namanya pecekor.” Chandra sambil menunjuk-nunjuk Han. Han mengerutkan keningnya. “Apaan tuh?” “Perebut Cewek Orang. Masa nonton berdua doang, hufttt.” Entah datang dari mana keberanian Chandra untuk menuduh bosnya sendiri seperti itu. “Dihh.. ngarang banget nih orang.” Balas Han tanpa menghentikan treadmill-nya. “Bos mau jadi orang ketiga di Chanxa?” Ucap Chandra semakin ngawur. Han mengerlingkan matanya. Ia benar-benar heran mengapa di perusahaannya bisa ada pegawai sekurang ajar ini. “Heh Chanxa itu nggak pernah ada, ya! Alexa yang bilang. Jang
Read more

Empat Belas: Broken Inside

Lizzi dan Bryan sudah berada dalam mobil Bryan dalam perjalanan menuju rumah Lizzi. Melihat Bryan yang hanya diam saja dari tadi, Lizzi jadi merasa tidak nyaman. Ia segera membuka suara.“Kamu marah?” tanya Lizzi.Namun yang ditanya tetap bergeming. Tetap fokus pada kemudi.Lizzi menyentuh lengan Bryan. “Bry..”Seketika Bryan menoleh. “Eh, kenapa?”Lizzi mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Bryan tidak mendengar ucapannya. “Kamu marah sama aku? Gara-gara di Poliklinik tadi?”“Oh itu...” Kata Bryan.“Kamu jangan salah paham, tadi aku hampir jatuh dan Kai buru-buru megangin aku.” Ucap Lizzi yang takut kekasihnya itu salah paham.Bryan menoleh sebentar pada Lizzi. Ia mengusap-usap kepala Lizzi. “Iya aku paham.” Ucapnya sembari tersenyum. “Lain kali kalo dance hati-hati. Aku nggak mau kamu cidera, luka, atau apapun itu.” Tambah
Read more

Lima Belas: Cross The Line

“Proses produksi kita sudah 70%, kita nggak mungkin menghentikan proses produksi dengan konsekuensi kerugian yang besar.” Pagi hari di ruang meeting Gray Corp sudah dipenuhi dengan berbagai perdebatan.“Tapi jika kita melanjutkan produksi, merek kita akan di tuding melakukan plagiarisme. Design produk kita 100% mirip dengan produk yang baru dirilis perusahaan itu. Kecuali jika kita menyelidiki siapa yang telah membocorkan ide design kita dan membuktikan bahwa ide kita di curi.”“Kita bisa beralibi bahwa model produk kita mengikuti trend furnitur sekarang. Wajar jika ada kemiripan.”Han mengerutkan keningnya. Tangannya bertumpu pada lengan kursi yang sudah ia duduki selama lebih dari satu jam. Sedari tadi ia mendengarkan perdebatan dari divisi produksi di ruang rapat tersebut.“Kita tidak mengikuti trend, kita menciptakan trend.” Han bersuara yang membuat
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status