Home / Fiksi Remaja / Aparecium Love / Chapter 11 - Chapter 17

All Chapters of Aparecium Love: Chapter 11 - Chapter 17

17 Chapters

11 - Ritual Anak Remaja

Author's POV"Benarkah? Wah, berarti laki-laki yang kulihat di rumah Yoshua tadi itu memang benar-benar Harry. Maggie, biar aku saja yang mengantar pancake nya ke rumah Yoshua. Ya? Ya?" ucap Jessie tampak antusias begitu Jenna menceritakan kepada mereka bahwa sekarang The Jackals sedang berkumpul di rumah Yoshua."Hei, bukannya kau sudah membenci laki-laki itu, huh?" tanya Kristy heran."Tidak juga. Aku memang sempat marah dan sakit hati, tapi itu tidak mengurangi perasaanku terhadapnya. Cintaku terlanjur dalam padanya."Kristy hanya mencibir, "Tapi, apa kita memang harus memberi mereka pancake buatan kita?" tanyanya kemudian sedikit keberatan."Tidak apa-apa. Yoshua sudah seperti keluargaku sendiri. Lagipula aku juga ingin memberikannya sebagai permintaan maaf karena sudah menendang Sammy tadi." ucap Jenna."Ukh.. Pasti rasanya sakit sekali." Kristy mulai membayangkan Sammy yang kesakitan akibat tendan
Read more

12 - Tertangkap Basah

Author's POVBaru saja kedua kakinya sampai di depan gerbang rumah Yoshua, Martin si pemuda berkacamata itu berpapasan dengan Jenna, Maggie dan Jessie."Oh, Martin. Mau kemana?" tanya Jenna."Ah, Jenna, kebetulan sekali. Ngomong-ngomong, apa boleh aku meminjam toilet di rumahmu? Aku sudah tak tahan lagi." ucap Martin."Tentu, pakai saja. Tapi, di mana teman-temanmu yang lain?""Ah, itu—mereka—" Martin tak melanjutkan ucapannya.Tak mungkin ia memberitahu ketiga gadis ini. Bagaimana jika mereka memergoki ketiga temannya yang sedang asyik menonton 'ritual beng-beng' itu?"Hei, ada apa? Di mana mereka? Apa mereka di kamar Yoshua?" ulang Jenna."Y-ya.. Tapi—" lagi-lagi ucapan Martin menggantung. Ia masih ragu."Baiklah, lebih baik kita masuk saja." potong Jessie tak sabar, "Jenna, di mana letak kamar Yoshua? Kau pasti sudah sering kemari, bukan? Cepatlah, aku sudah tak sabar ingin bertemu
Read more

13 - Malam Itu

Author's POV"Kalian—sungguh.. Aku benar-benar tidak percaya dengan ini semua. Kalian benar-benar—" Jessie tak sanggup lagi mengeluarkan kalimatnya pada ketiga laki-laki yang kini tengah duduk berjejer di dalam kamar Yoshua.Ya, begitu ketiga gadis itu masuk, dengan cepat Yoshua mencabut kabel televisinya. Namun terlambat, sebab ketiga gadis itu telah sempat melihatnya."Sungguh.. Kami tidak bermaksud begitu. Itu tadi hanya—hanya—" Yoshua kebingungan mencari alasan yang tepat.Sementara Sammy dan Harry hanya diam. Harry terdiam karena cemas, sebab ia takut Yoshua akan membocorkan bahwa kaset DVD tersebut adalah miliknya.Sedangkan Sammy diam bukan karena malu ketahuan, tapi terkejut karena tak menyangka ketiga gadis itu, terutama Jenna—akan masuk ke kamar Yoshua sebebas itu bahkan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Padahal sebenarnya ia hanya tidak mendengar saat ketiga gadis itu mengetuk pintu, sebab terlalu fokus dengan apa yang ditontonnya.
Read more

14 - Menghilang

Author's POV"Iya, Ibu. Aku sudah berada di jalan. Aku tahu, Ibu tak perlu menungguku. Hm, baiklah...."Seorang pemuda yang kini tengah mengendarai mobil miliknya itu menarik napas sejenak dan kembali berkonsentrasi menyetir. Terlihat kepenatan pada raut wajahnya yang tampan.Sesekali ia meneguk air mineral yang berada pada dashboard mobilnya. Kedua matanya lurus menatap jalan raya yang tampak lebih lengang dari biasanya.Namun, beberapa saat kemudian ia sedikit tertegun ketika melewati depan sebuah rumah yang tak asing lagi baginya. Rumah keluarga Jenna. Ia melihat dua orang laki-laki tak dikenal baru saja keluar dari rumah Jenna dan memasukkan sesuatu ke dalam mobil.Kening pemuda itu mengernyit.'Siapa mereka? Apa yang sedang mereka lakukan malam-malam di rumah Bibi Anna?' pikirnya heran.Pemuda itu bermaksud berhenti untuk melihat, akan tetapi mobil yang semula berada di depan rumah Jenna itu t
Read more

15 - Resah

Jenna's POV"Apa katamu?" tanyaku tak mengerti.Pria itu tak segera menjawab. Walau aku tak melihat wajahnya, tapi aku yakin saat itu ia tengah menyeringai mengejekku."Dia sudah menjadikan hidup keluarga kami menderita seperti ini. Dia adalah orang paling jahat yang pernah kutemui. Cih.. Aku sangat senang saat mendengarnya mati. Walaupun aku sedikit menyesal, karena seharusnya akulah yang menghilangkan nyawa bajingan itu."Darahku terasa mendidih mendengar ucapan laki-laki itu, "Hei, jaga ucapanmu! Ayah bukan orang seperti itu! Lebih baik kau cabut kata-katamu itu atau kau akan menyesal, sialan!" bentakku padanya.Rasa takut yang semula menjalari hatiku benar-benar seperti lenyap ditelan emosi sekaligus rasa penasaranku.Akan tetapi pria tersebut mendekatiku dan mencengkeram kedua pipiku dengan kasar. Meski terasa sakit, aku berusaha keras menahannya agar aku tidak tampak lemah di depan mereka."Kau—sama bajingannya dengan Ayahmu i
Read more

16 - Sebuah Rencana

Author's POV"Lalu.. Apa rencanamu sekarang? Apa kau ingin ikut mencari Jenna?" lagi-lagi Harry melontarkan pertanyaan yang membuat Sammy membeku.Laki-laki itu tak segera menjawab. Ia masih bimbang. Ia hanya merasa tak memiliki hubungan apa-apa dengan Jenna, jadi ia berpikir untuk apa ia harus repot-repot mencarinya? Toh juga sudah ada banyak teman-teman sekaligus orang terdekat gadis itu yang pergi mencari.Dan juga, Jason pun pastinya juga ikut mencari gadis itu. Ah, benar juga. Jason. Sammy mendadak memiliki perasan tak enak begitu teringat dengan kakaknya itu. Kedekatan Jason dengan Jenna, terasa begitu mengganjal di dadanya."Sammy!"Panggilan itu sontak membuyarkan lamunan Sammy. Ketiga pemuda tampan itu menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang gadis cantik tampak tersenyum riang kini tengah berjalan mendekat."Nancy?" ucap Sammy sedikit kaget."Aku baru dari rumahmu. Bibi pembantu bilang kau sedang pergi keluar
Read more

17 - Tanda Tanya

Author's POV"Bagaimana ini? Kita sudah mencari seharian, tapi Jenna benar-benar tak bisa kita temukan. Dia pasti—dia pasti benar-benar diculik.." Jessie terlihat panik sembari terus menggigiti kuku jarinya lantaran bingung harus mencari Jenna di mana lagi.Sementara Kristy dan Maggie hanya diam karena merasakan hal yang sama."Hiks.. Jenna, kenapa dia bernasib semalang ini? Apa sebenarnya salahnya? Kenapa dia harus mengalami hal seperti ini? Apa dia baik-baik saja di luar sana? Apa penculiknya bersikap baik padanya?" lagi-lagi Jessie meracau, membuat kedua temannya semakin merasa cemas. Ya, walau bagaimanapun juga mereka tahu bahwa tidak ada seorang penculik pun yang akan bersikap baik terhadap sanderanya."Hei, sudahlah. Jangan menangis lagi. Kau hanya membuatku semakin gelisah." Kristy menimpali."Maaf.. Aku—hanya khawatir..""Kak Sarah bilang mereka juga belum menemukan Jenna. Ck.. Jenna, di mana kau sebenarnya?" Maggie turut
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status