“Oh, silahkan kalau begitu.” Sia mundur, menatap Rigel, lalu berusaha melepaskan tangannya yang tak kunjung dilepas.“Mau kemana? Tetap didekatku, jangan lepaskan tanganmu,” bisik Rigel, terdengar mengikat.Sia menurut, dia melihat betapa wanita berkulit eksotis itu seakan ingin menelan dirinya hidup-hidup. Kekesalan tampak jelas di matanya.“Ada apa?” Rigel bertanya dengan nada yang kasar, sikapnya dua kali lebih tidak bersahabat dari sebelumnya.“Kau ingin aku berteriak-teriak di sini? Tidak apa-apa?” Disi mengangkat alis, bertanya dengan nada menghina, kedua matanya sesekali tertuju pada Sia.“Tidak masalah, silahkan saja.” Tampak tidak peduli, Rigel justru merangkul pundak Sia dengan mesra.Menggertakkan gigi, Disi menahan amarah yang sudah siap meledak. “Hubungan kita belum berakhir, sayang. Kau hanya marah padaku sesaat. Dua minggu, dan ini sudah lebih dari cukup untuk m
Last Updated : 2021-05-31 Read more