Beranda / Fiksi Remaja / PACAR TARUHAN / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab PACAR TARUHAN: Bab 11 - Bab 20

64 Bab

Part 10

"GUYS!" teriak Lia memenuhi ruang jelas. Ia sama sekali tidak peduli dengan teman-teman kelasnya yang tengah menatap tajam ke arahnya."Kenapa sih, Ya? Datang-datang bukannya salam malah teriak-teriak," ucap Vanka."Lo berdua tahu gak---""Enggak," potong Vanka dan Sela."Ish. Kalau gue belum selesai ngomong jangan dipotong dulu."Mereka berdua tertawa kecil. "Ya udah buruan ngomong," suruh Sela."Hari ini, satu sekolahan pada heboh karena ada anak baru," ucapnya antusias."Anak baru? Terus kenapa? Gue gak peduli kali," ucap Sela acuh. Ia kembali sibuk dengan ponselnya."Anak barunya cewek apa cowok?" tanya Vanka."Cowok, Van. Gila dia ganteng banget. Bahkan, dia lebih ganteng daripada Lintang," heboh Lia.Sela hanya geleng-geleng kepala mendengar Lia yang begitu antusias menceritakan anak baru itu."Masa sih dia lebih ganteng daripada Lintang? Menurut gue yang paling ganteng itu cuma Lintang seorang," ucap Vanka kemu
Baca selengkapnya

Part 11

Revan dan Vanka sedang berdiri di depan kelas Vanka. Mereka sedang mengobrol mengenai materi pelajaran yang telah diajar di kelas mereka masing-masing.Lintang yang hendak ke kantin melirik mereka berdua. Ia langsung berjalan mendekati mereka."Ngapain lo di sini?" tanya Lintang pada Revan.Wajahnya terlihat tidak suka karena Revan yang begitu akrab dengan Vanka."Gue cuma nanya Vanka materi pelajaran doang kok.""Lo bisa tanya ke temen-temen di kelas. Ngapain sampai harus tanya ke Vanka?" ketusnya."Udah lah, Tang. Revan cuma nanya materi pelajaran doang, gak usah marah-marah deh," sahut Vanka.Lintang beralih menatap Vanka. "Lo belain dia?""Udah deh gak usah bikin masalahnya tambah panjang. Gue mau masuk kelas," ucap Vanka kemudian berjalan masuk ke kelasnya.Lintang yang hendak pergi ke kantin, langsung dicegat oleh Revan."Lo mau ke mana? Bentar lagi kan Pak Doni masuk kelas," ucap Revan."Gue mau ke m
Baca selengkapnya

Part 12

Lintang menunggu Vanka yang masih berada di dalam kelasnya. Gadis itu masih menyapu kelasnya.Tak lama kemudian, Vanka selesai dan berjalan keluar kelas menghampiri Lintang yang menatapnya datar."Lama banget sih. Gue udah tungguin lo dari tadi nih," ucap Lintang."Sorry. Kan gue nyapu sendiri ya pasti lama lah.""Makanya lain kali kalau piket datangnya pagi biar gak nyapu sendiri waktu pulang," omel Lintang."Iya iya. Bawel amat sih. Masalah kecil aja dipermasalahin," ujar Vanka."Masalah kecil lo bilang? Gue udah tunggu lo hampir satu jam. Lo pikir kerjaan gue cuma nungguin lo doang?""Ya udah maaf. Marah-marah mulu.""Ayo pulang."Vanka harus bersabar menghadapi Lintang. Walaupun cowok itu selalu marah-marah padanya karena masalah kecil seperti ini, ia harus mengalah. Kalau tidak, mereka tidak akan selesai bertengkar.Vanka meraih tangan Lintang dan berjalan menuju parkiran.Sesampainya di parkiran, mere
Baca selengkapnya

Part 13

Vanka sedang bersama Lintang di halaman belakang sekolah. Vanka memang menyuruh Lintang untuk menghampirinya di sini, karena ingin berbicara dengan cowok itu."Lo mau ngomong apa?" tanya Lintang langsung."Lo gak mau jelasin ke gue soal kemarin?" Lintang mengangkat sebelah alisnya. "Jelasin apa?""Jelasin kenapa Lisa bisa ke rumah lo.""Lo pengin banget gue jelasin?" tanya Lintang."Gue gak mau salah paham sama lo. Jadi, bisa kan lo jelasin?" pinta Vanka."Oke. Gue jelasin. Jadi, kemarin waktu gue anter lo pulang, dia ke rumah gue dan nungguin gue. Itu aja kok," jelasnya.Vanka hanya manggut-manggut. Walaupun, ia kesal, tapi ia mencoba menahannya."Ngapain dia ke rumah lo?" tanya Vanka."Main," jawabnya singkat."Dia bisa tahu rumah lo, ya? Gue aja yang pacar lo gak tahu rumah lo di mana," ucap Vanka sembari tersenyum kecut."Gak usah cemburu. Kapan-kapan gue bakal bawa lo ke rumah gue."Mata Vanka l
Baca selengkapnya

Part 14

Lintang berjalan ke kelas Vanka. Ia ingin meminta maaf kepada gadis itu karena kemarin tidak bisa mengantar pulang Vanka."Lia," panggil Lintang saat gadis itu ingin masuk ke kelas. Lia menoleh pada Lintang. "Kenapa?" tanya Lia."Tolong panggilin Vanka dong.""Oke." Tak butuh waktu lama, Vanka keluar menghampirinya.Lintang mengembangkan senyumnya."Hai," sapanya.Vanka hanya diam. Ia tidak berniat membalas sapaan Lintang. Wajahnya terlihat datar."Kenapa?" tanya Vanka langsung."Nih, buat lo." Lintang menyodorkan sebungkus coklat yang dipegangnya pada Vanka."Ngapain kasih ke gue?""Ya buat dimakan lah. Emangnya coklat buat lo apain?""Sorry, tapi gue lagi diet coklat. Kasih ke Lisa aja.""Sorry, karena kemarin gak ke kelas lo. Kemarin gue harus antar Lisa karena dia sakit," ucap Lintang."Lain kali, kalau gak bisa ya kasih tahu. Jangan bikin gue nunggu. Lo pikir ker
Baca selengkapnya

Part 15

Hari ini, Vanka bisa tidur sepuasnya tanpa takut terlambat ke sekolah. Karena hari ini libur."Vanka! Ya ampun, jam segini masih tidur. Ayo bangun." Suara Erin menggelegar di kamar Vanka membuat gadis itu terbangun dari tidurnya."Aduh, Ma kenapa sih? Aku masih ngantuk. Kenapa udah teriak-teriak di kamar aku?" Vanka mengucek-ucek matanya.Posisinya yang tadi berbaring sudah berubah menjadi duduk."Ini udah jam dua belas siang. Masih tidur aja kamu. Jadi anak perempuan kok malas banget," ucap Erin."Iya ini kan aku udah bangun. Mama kenapa sih tumben bangunin aku dihari libur gini. Biasanya kan Mama gak pernah peduli."Erin menarik gorden jendela membuat sinar matahari masuk ke dalam kamar Vanka."Mandi sana," suruh Erin."Nanti aja. Aku mau lanjut tidur lagi."Erin langsung menarik tangan Vamka ketika gadis itu ingin berbaring lagi."Buruan mandi. Lintang udah nungguin kamu dari tadi." Ucapan Erin membuat Vanka membulatkan
Baca selengkapnya

Part 16

Vanka melirik Lintang yang baru sampai di sekolah. Ia memicingkan matanya saat melihat Lisa yang berjalan bersama Lintang. Apa mereka berangkat sekolah bersama? "Lintang," panggil Vanka.Lintang yang sedang mengobrol dengan Lisa pun, menoleh pada Vanka."Kenapa?" "Lo bareng Lisa?" tanya Vanka."Iya. Kenapa? Gak suka?" Itu bukan suara Lintang, melainkan suara Lisa."Katanya lo gak bisa jemput gue karena ada urusan, jadi ini urusan lo? Karena lo harus jemput Lisa?" Vanka memang tadi menghubungi Lintang untuk menjemputnya di rumah, agar bisa berangkat sekolah bersama, tapi Lintang bilang ia tidak bisa menjemputnya karena ada urusan."Lisa gak ada nganter, makanya gue jemput dia," jawab Lintang."Kan dia bisa naik ojek online atau bisa pesan taksi online. Kenapa harus berangkat sama lo?" "Udah deh, Van. Gue lagi gak mau ribut sama lo.""Yuk Lis, kita ke kelas," ajak Lintang. Lisa hanya m
Baca selengkapnya

Part 17

Vanka sedang duduk di pinggir lapangan sembari menonton Lintang yang sedang bermain basket dengan teman-temannya.Cowok itu tampak begitu menikmati permainannya.Vanka mengakui Lintang merupakan pemain basket yang handal."Van," panggil Dean yang sudah duduk di sampingnya.Vanka menoleh sejenak pada Dean, kemudian kembali menatap ke arah lapangan."Liatin Lintang main basket, ya?" tanya Dean yang dibalas anggukan oleh Vanka."Lo suka banget ya sama Lintang?"Pertanyaan Dean berhasil membuat Vanka menoleh ke arahnya."Kenapa lo nanya kayak gitu?"Dean tersenyum. "Enggak. Gue cuma nanya doang.""Iya. Gue suka banget sama Lintang. Dia orang pertama yang buat gue jatuh cinta sama dia."Dean dapat melihat mata Vanka yang begitu berbinar-binar ketika ia membicarakan Lintang."Kira-kira Lintang juga cinta gak sama lo?""Ya pasti cinta lah. Kalau gak mana mungkin dia nembak gue di depan banyak orang,"
Baca selengkapnya

Part 18

Vanka, Lia, dan Sela berlari ke arah lapangan ketika melihat kerumunan orang di lapangan.Vanka segera masuk ke dalam kerumunan tersebut. "Lintang, stop!" teriak Vanka.Lintang yang sedang memukul seorang cowok pun, menoleh pada Vanka, tapi hanya sekilas. Karena ia kembali melayangkan pukulan pada seorang cowok, sehingga cowok itu terjatuh ke lantai lapangan."Udah Tang," ujar Lisa sembari menarik Lintang agar cowok itu berhenti memukul lawannya."Sekali lagi lo dekatin Lisa, gue bakal bikin lo masuk rumah sakit," ucap Lintang.Raut wajahnya terlihat sangat marah. Sedangkan cowok yang dipukul Lintang itu hanya tersenyum miring. "Ada apa ini ribut-ribut?" Itu suara Bu Reni.Semua murid yang berada di tengah lapangan langsung bubar. Mereka tidak ingin dimarahi Bu Reni tak terkecuali Lia dan Sela.Kini, di lapangan hanya tersisa Lintang, Vanka, Lisa, dan cowok yang tadi dipukuli Lintang."Lagi-lagi kalian. Saya sud
Baca selengkapnya

Part 19

"LINTANG!" teriak Vanka.Lintang yang sedang berjalan menyusuri koridor, tidak berniat menoleh ke belakang. Karena ia sudah tahu siapa yang meneriaki namanya."LINTANG! IH, LINTANG! KALAU DIPANGGIL ITU JAWAB!" Vanka berlari mengejar Lintang. Namun, karena tidak melihat tangga, ia malah terjatuh."Aww," rintihnya.Mendengar rintihan Vanka, cowok itu menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Dengan malas ia berjalan mendekati Vanka."Ngapain sih lo lari-lari gue segala?" "Lo gak mau berhenti, makanya gue lari," ujar Vanka."Lain kali gak usah lari-lari. Kayak gak ada kerjaan aja.""Iya maaf." Vanka mengulurkan tangannya pada Lintang membuat cowok itu mengerutkan kening."Apa?""Bantuin berdiri.""Bangun sendiri. Gak usah manja." Vanka mengerucutkan bibirnya. "Tega banget sih. Bantuin," rengeknya seperti anak kecil.Lintang berdecak. Kenapa Vanka malah seperti anak kecil?Saat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status