Home / Fantasi / My Husband is The King of Wizard / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of My Husband is The King of Wizard: Chapter 21 - Chapter 30

34 Chapters

Bab 21 : Lubang Bercahaya

Semenjak aku pindah ke ruangan yang berbeda dari divisi pemasaran, aku merasa terisolasi seolah aku terjangkit virus covid atau seperti aku terjebak dalam ruang waktu, merasa kelelahan sendiri dan tidak ada teman untuk mengobrol membuatku semakin kesal saja pada Regan.Semua yang terjadi kepadaku ini hanya karena uang senilai seratus juta dan seharusnya saat ini aku bisa lembur dan berbincang tentang banyak hal dengan Sisi, tapi aku malah harus berada di sini. Mengalam segala kesialan.TokTokAku segera mendongak dan aku melihat Guntur berdiri dengan wajah datarnya. Sudah sangat lelah dan aku sekarang harus melihat wajah Guntur yang menyebalkan itu, bagaimana aku tidak bertambah frustasi?“Segera pulang, jam lembur sudah selesai,” katanya dengan sangat formal dan datar. Dasar manusia robot! Apa dia tidak bisa sedikit lebih akrab dalam berbicara. Kita ini adalah rekan kerja, tidak perlu sekaku ini bukan?Aku pun mencoba tersenyum
Read more

Bab 22 : Mayapada

 “Apa yang terjadi?”Suara seseorang mengalihkan pembicaraanku dengan Guntur, membuat kami harus menoleh dan seseorang familiar datang mendekat. Regan datang dengan pemandangan yang luar biasa karena ia tidak lagi memakai jas seperti ceo pada umumnya. Regan yang aku lihat adalah seperti sosok pangeran jaman majapahit atau kerajaan lainnya.Tubuhnya yang tertutup oleh kemeja, benar-benar terekspos. Otot kekar, belum lagi abs pada perutnya sungguh memukai. Ah, kenapa aku menjadi mesum seperti ini? Tapi, kalau aku boleh jujur dia berkali-kali lipat lebih tampan dari sebelumnya. Aku yakin, karyawan wanita seisi kantor akan menjerit melihat ini semua. Ya Tuhan, kenapa aku menjadi seperti sekarang?“Kamu, bagaimana bisa berada di sini?” Aku terkejut saat Regan sudah berada di depanku begitu dekat, bahkan tangganya sudah menggenggam erat tanganku.Tatapannya tetap tajam seperti biasanya. Hanya saja, kali ini ia begitu serius membuatk
Read more

Bab 23 : Penyusup

Sebuah lembah dengan berdirinya sebuah padepokan, itu kata yang berulang kali mereka ucapkan saat saling berbicara. Saat berkeliling tadi aku melihat beberapa murid mencoba untuk mempelajari sihir. Tidak menggunakan tongkat seperti Harry Potter, hanya mereka yang berada di tingkat dasar yang masih menggunakan mantra. Sementara tingkat di atasnya sudah mulai membaca mantra dalam hati.Bahkan, untuk tingkat jagat dan sukma, mereka bisa mengeluarkan sihir hanya dengan matanya. Benar-benar luar biasa tapi juga membuatku hampir gila karena masih tidak dapat mempercayai semuanya yang terjadi di sini.“Sebaiknya kamu kembali ke kamar!” Aku menoleh dan mendapati Regan datang bersama dengan Guntur, lalu pria tua beruban itu siapa?“Yang mulia, ini ….?” Pria tua itu menanyakan siapa diriku. Tentu saja ia tidak tahu, semenjak datang tadi Regan sudah mengurungku di dalam kamar. Untung saja aku bisa keluar lewat jendela.“Ia manusi
Read more

Bab 24 : Pengunduran Diri

Setelah peristiwa itu, aku pingsan dan setelah sadar ternyata aku sudah berada di kamarku. Aku tidak tahu  bagaimana Regan membawaku pulang, yang pasti aku merasa harus memintanya untuk tak memecatku karena aku tahu rahasia terbesarnya. Meskipun aku takut, tapi aku harus bertahan karena keadaan ekonomi keluarga kami yang memburuk. Mungkin ia menganggapku sebagai wanita yang plin plan, aku tidak peduli. Jadi, sekarang aku harus menyusun sebuah rencana yaitu berpura-pura menyerahkan surat pengunduran diri dari pekerjaanku.Maka, hari ini akan ku pergunakan waktuku untuk membuat surat pengunduran diri. Dia tidak mudah ditangani dengan sikap lembah lembut, maka aku akan menggunakan taktik ini. Aku berharap ini berhasil. Aku bersumpah tidak akan peduli tentang asal usulnya atau apa pun yang terjadi kemarin. Aku percaya, ia masih membutuhkanku untuk menangangi beberapa wanita pengganggu. Perjanjian seratus juta itu akan membuatnya rugi jika ia memecatku sekarang.&ldquo
Read more

Bab 25 : Kontrak Perjanjian

“Jangan berharap!”Aku pun berhak untuk menolaknya bukan? Sepahit apa pun sebuah ingatan, aku tidak akan berusaha menghapusnya, karena dengan ini kita bisa mengingat dan belajar dari hal itu untuk lebih hati-hati terhadap apa pun. Bisa disebut juga dengan pengalaman  yang sangat berharga, meskipun terkesan cukup gila untuk di ingat.Ekspresi Regan masih terlihat datar setelah mendengarkan penolakanku, tapi aku jadi berpikir jika ia sedang memikirkan sebuah cara agar aku mau menerimanya. Sepertinya sedikit demi sedikit aku mulai memahaminya.“Bagaimana kalau sebuah kontrak perjanjian?” serunya.Aku tak menyangka hal ini yang ia pikirkan. Menjebakku dengan sebuah penghapusan ingatan, lalu saat aku menolaknya ia memberikan alternative lain dengan kontrak perjanjian? Jangan-jangan, ia sedang merencanakan sesuatu yang merugikanku.“Kontrak perjanjian bagaimana?” Aku mencoba untuk menelusurinya, agar aku tidak ter
Read more

Bab 26 : Menjadi Sekertaris

Langit terlihat suram ditemani polusi udara yang tak pernah berakhir. Aku berjalan kaki, sembari menunggu taksi. Pekerjaan pagi ini membuatku sedikit terlambat untuk berangkat ke kantor. Aku yakin pasti Regan sudah berpikir macam-macam tentunya. Tapi, bukankah ia bilang jika Guntur akan selalu mengintaiku? Seperti seorang predator yang menakutkan, tapi saat ingatanku kembali pada saat kami berada di Mayapada, kedua pria itu sangat-sangat menawan.Mungkinkah kemarin ia hanya berusaha untuk menggertakku? Aku sudah beberapa kali memeriksanya, tapi aku tidak melihat ada Guntur di sini. Apa mungkin aku harus memiliki sihir seperti mereka? Setidaknya berada di tingkat dasar, agar aku bisa melihat Guntur bergentayangan mencoba untuk mengikutiku. Sungguh, aku tidak bisa membayangkannya, maksudku itu pasti lucu jika membayangkan Guntur tak memakai pakaian jaman dulu dan berteleport di sekitarku.Tiit“Astaga!” Aku hampir saja terjungkal, high heel ini sungguh
Read more

Bab 27 : Penghargaan

Hari-hari dengan petaka ini terus berlanjut, terkadang aku harus bagun jam satu malam untuk mengecek beberapa dokumen dan mengirimnya lewat email kepada Regan. Sungguh, aku merasa heran, maksudku apa dia tidak tidur sema sekali? Ia selalu meneleponku dengan suara khasnya, tidak ada suara parau sehabis tidur. Sepertinya ia memang tidak pernah tidur, atau mungkin itu menjadi kebiasaan para penyihir tersebut.Dari semua hari, mungkin ini akan menjadi hari terberat, sebab aku harus ikut dengan Regan bersama kak Diandra untuk mengerjakan beberapa hal di masionnya. Aku pun terpaksa ikut mereka dalam mobil lemosin ini.“Apa semua berkas yang ku inginkan sudah kamu siapkan?” tanya Regan pada kak Diandra dan wanita ini pun mengangguk.“Ya pak, kami sudah menyiapkannya. Kita hanya perlu mengerjakannya tepat waktu,” tanggapnya yang selalu membuatku kagum. Kak Diandra sangat professional dan tangkas dalam hal apa pun. Aku sedikit bersyukur meskipun p
Read more

Bab 28 : Prahara

“Aku tidak akan pergi, sebelum Dara mau pulang bersamaku!” Kekeras kepalaan Okta disertai rasa cemburunya membuatku tidak bisa mengatakan apa pun kecuali marah.Aku melihat Regan tersenyum, seolah menertawai sikap kekanakan Okta. Benar, ia sangat kekanakan dan egois. Berbeda dengan Regan yang sepertinya masih memiliki pengertian bagaimana keadaanku di tengah-tengah keluargaku.Sepertinya, aku harus mengambil sikap. Tidak akan ku biarkan lagi ia bertindak dengan kekanakan seperti ini. “Pak, bisa antar saya pulang?” mohonku pada Regan yang tentu membuat pria tampan ini terkejut, kemudian segera menarik tanganku.“Dara! Kamu harus pulang denganku!” Okta pun mencegahku dengan menarik tanganku juga. Jadilah aksi tarik-menarik yang membuat tanganku sakit.Bahkan keduanya lagi-lagi menatap dengan tajam. “Berhentilah berbuat keonaran!’” ucap Regan dengan penuh penekanan dan Okta nampaknya tidak akan pernah men
Read more

Bab 29 : Regan Ingin Menikahiku

“Dara, kamu mau pergi kemana nak?” Papa ternyata telah bangun dan berusaha untuk mengejarku. Aku benar-benar merasa bingung dengan semuanya. Aku merasa kasihan kepada ayah tapi aku tidak bisa lagi tinggal di rumah yang tidak nyaman untukku karena terus dicurigai oleh kak Disa dan tererpihakan mama.Mereka berdua terlihat khawatir dan tidak ingin aku pergi. “Kalau papa dan mama mencegah Dara pergi, aku yang akan pergi!”  teriak kak Disa diambang pintu. Tentu papa dan mama tidak akan bisa membiarkan kak Disa yang tidak dewasa itu pergi. Dari pada papa dan mama mendapatkan pilihan yang begitu sulit, sebaiknya aku akan mempermudah pilihan mereka.“Aku saja yang akan pergi, kalian tidak perlu khawatir,” kataku yang tidak bisa sesantai biasanya. Tentunya rasa sakit ini masih bergemburu di sana. Hanya saja, aku memiliki dilema sebagai seorang anak yang seharusnya tidak menyusahkan orang tua.“Disa, ada nak Regan. Seharusny
Read more

Bab 30 : Menikahimu

Tidak pernah terbayangkan bagiku untuk merasakan hal yang tidak nyaman sampai membuatku tidak bisa tidur sedikit pun. Pikiranku kalut, bahkan di otakku hanya tertulis kata-kata besok aku akan menikah. Menikah dengan Regan, makhluk tidak jelas yang berasal dari dunia antra brata yang sekarang sedang berusaha untuk menjajahku. Membayangkan kebebasanku akan direnggut begitu saja olehnya dengan pernikahan yang seharusnya menjadi impian yang indah setiap wanita dimuka bumi ini. Namun, karena Regan sialan itu, aku harus terjebak dalam pernikahan gila yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam benakku.“Ah, sial!” Aku menghentakkan kakiku beberapa kali pada kasur. Aku tidak peduli jika itu terdengar sampai luar, aku hanya ingin mengekspresikan kekesalanku hari ini karena besok aku akan menjadi istri orang.“Ya Allah, istri orang!” gumamku lagi yang tak percaya sekaligus tak rela. Aku benar-benar akan gila hanya dengan memikirkannya saja.&ldq
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status