Semua Bab Kapan Hamil? (Indonesia): Bab 11 - Bab 20

28 Bab

Hasil dari Perbuatan Masa Lalu

      Virna dan Tiger sedang berada di ruangan Hilma. Seperti biasa, Tiger bersikap tenang setenang wajahnya yang tampan dengan rahang kokoh. Sedangkan Virna, dia sedang harap-harap cemas. Tangannya berkeringat sambil memperhatikan dokter kandungan yang ada di hadapannya itu.      Hilma terlihat serius membaca laporan kesehatan Tiger yang ada di tangannya sembari sesekali membetulkan kacamatanya yang bertengger di hidungnya yang cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Dia tak mau melewatkan satu huruf pun. Apalagi, laporan ini adalah harapan dari sahabatnya sendiri.     "Semuanya normal," kata Hilma begitu selesai membaca laporan kesehatan Tiger. Tak ada yang salah. Pria yang duduk di hadapannya itu tidak kekurangan satu apapun. Kesehatan fisik dan psikis juga oke. Tak ada masalah.    &
Baca selengkapnya

Cinta yang Tak Pernah Hilang

     Selepas kepergian Virna, Firman menceritakan tentang keinginan mantan istrinya pada Rini bahwa Virna ingin membantu membiayai operasi Cica. Rini yang  baru saja mendudukkan tubuhnya di atas tikar pun justru terlihat kelelahan sekaligus kesal. Cica baru saja tidur setelah menangis sesorean. Ruangan rumah sakit itu berisikan tiga ranjang. Untung saja yang dua lainnya belum terisi. Jadi, mereka tidak terganggu dengan tangisan Cica.       "Mas lupa kalau mantan istri Mas lah yang membuat hidup kita jadi melarat seperti ini?" tanya Rini jengkel seolah dia lupa, bahwa dirinya lah yang merusak rumah tangga Virna dan menjadi orang ketiga diantara mereka.       "Sudah lah, Rin. Virna tidak boleh disalahkan atas apa yang terjadi di hidup kita. Yang terpenting sekarang adalah Cica."     "Mas masih cinta sama dia?" tanya perempuan yang sedang hamil tiga bulan itu
Baca selengkapnya

Karena Ibu Adalah ....

     "Mbak Virna itu terlalu baik dan murah hati!" protes Tara yang sedang menyusui Ares dan Hermes. Ares menyusu pada payudara Tara di sebelah kanan dan Hermes di sebelah kiri.      Kegiatannya sehari-hari selain menyusui ya mengajak anak kembarnya bermain. Kalau yang satu nangis, yang lain ikutan nangis. Yang satu ngompol, ketiganya ikut ngompol. Kalau yang satu sakit, yang lainnya ikut sakit selang beberapa hari kemudian. Anak kembar memang istimewa. Unik. Tubuh mereka seolah menjadi satu terutama emosinya. Tetapi, selain keistimewaan itu, Tara juga kerepotan mengurus mereka meskipun dibantu oleh baby sitter dan juga suaminya. Mau gimana lagi? Ares, Hermes, Ades dan Cleopatra adalah anak-anaknya. Bukan anak baby sitter.      Jadi, yang paling banyak mengurus si kembar adalah dirinya dan juga Raymond. Bukan baby sitter! Dikira mudah mengasuh anak? Itu sebabnya dia yang paling pertama protes saat
Baca selengkapnya

Tiger, Don't Die!

       Pyar!         Suara gelas yang terjatuh ke lantai pun membuat Tara tersentak. Dia sedang mengambil air minum di dapur tapi gelas yang ada di tangannya melesat begitu saja dan menghantam lantai. Perasaannya jadi tak enak. Ada hal ganjil yang menyusupi dadanya. Tak biasanya dia seperti ini. Apalagi, tangannya sampai terlihat gemetar seperti orang yang sedang kedinginan        Bibi yang mendengar suara sesuatu yang pecah pun langsung lari tergopoh-gopoh padahal dia sedang bermain-main dengan Ares yang baru saja selesai dimandikan oleh perawat.        "Haduh, Non. Non Tara  tidak apa-apa, kan?" tanya Bibi cemas tapi Tara tak menyahut karena pikirannya sedang kalut.         "Non? Non tidak apa-apa, kan?" tanya Bibi sekali lagi dan akhirnya suara Bibi membangunkan Tara yang masih diam t
Baca selengkapnya

Syam ....

Tangisan Virna pecah dan mulutnya yang tertutupi lakban meraung sepeti macan yang kehilangan taringnya. Sekeras apapun dia berusaha berteriak, tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Tiger pun tidak bergerak. Darahnya tercecer di lantai. Merah, semerah cintanya yang tak akan sirna meski itu kematian yang menghadangnya.         "Sudah cukup melihat suamimu?" tanya seorang pria dari arah belakang Virna kemudian menutup matanya. Seketika, semuanya menjadi gelap dan kesadaran Virna hilang setelah ia merasakan seseorang membekap hidungnya menggunakan sebuah kain yang telah diberi obat bius dengan dosis yang tinggi.      ***      Di depan ruang operasi, Raymond dan Panther sedang mondar mandir dengan wajah cemas. Begitu sampai di sebuah gedung kosong tak berpenghuni, hanya ada Tiger yang sedang tergeletak tak berdaya. Sementara Virna, sudah hilang entah dibawa ke mana.&nb
Baca selengkapnya

Penyelamatan Virna

Setelah mengumpulkan beberapa  pakaian dari dalam lemari almarhum istri Syam dan juga selimut, Virna menyambung dan mengikatnya kuat-kuat lalu menaruhnya di bawah tempat tidur. Setelah itu, ia berdiri di dekat jendela. Mengamati suasana yang ada di luar sana dengan cermat dan menghitung ada berapa pria berpakaian hitam yang berjaga-jaga di sekeliling rumah dan sepanjang pantai.Virna berdiri di dekat jendela setiap Syam selesai mengunjunginya. Virna mencatat di dalam kepalanya apa saja pergerakan bodyguard Syam, jam berapa saja mereka bergantian bertugas, adakah kapal yang datang, adakah pengunjung yang menemui Syam atau pernahkah Syam meninggalkan rumahnya yang terletak di pulau pribadi, Pangkil?"Raymond Rowan setuju untuk memberikan kita vaksin dan menukarnya dengan Karlina," ucap salah seorang lelaki yang tak sengaja Virna dengar saat pria itu berbicara melalui sambungan video dengan Syam. Syam ka
Baca selengkapnya

Gagal ML

"Sweethart, bukalah matamu," ucap Tiger sambil memegangi tangan Virna yang menutupi telinga wanita itu. Selain rasa takut yang menyelimuti dirinya, Virna juga tak ingin mendengar teriakan atau bahkan orang mengaduh karena sakit. "Sekarang sudah aman. Kau bisa membuka matamu," lanjut Tiger menggenggam erat tangan tangan Virna yang gemetar dan dingin. Istrinya begitu lemah dan rapuh. Tiger merasa bersalah karena untuk kesekian kalinya, dia melibatkan Virna dalam bahaya. Kali ini memang semuanya masih terkendali. Dewi Fortuna masih memihak padanya. Lalu, bagaimana di hari selanjutnya? Jika lain kali ada hal yang mengincar diri mereka? Tiger menutup matanya. Mencoba mengusir prasangka-prasangka buruk yang mampir ke dalam pikiran serta hatinya. Tak ada lain kali. Ini harus menjadi yang terakhir! Pikir Tiger mantab.  Sejenak Virna yang tadinya terdiam membuka matanya perlahan dengan dada yang bergemuruh hebat. Senyum Tige
Baca selengkapnya

Penyelidikan Tara (Bagian 1)

Sejak tadi Tara mondar-mandir di dalam kamar begitu selesai memeras asi ke dalam beberapa botol. Sejak semalam dia tak sangat cemas dan tidak bisa tidur karena memikirkan saudarinya. Kalau sampai terjadi sesuatu, aku tidak akan memberi ampun Raymond! Pikir Tara geram. "Non, sarapannya sudah siap, nih," kata Bibi dari balik pintu sambil membawa nampan berisi nasi putih dan juga sayur daun katuk yang dicampur dengan labu hijau. Dengan malas Tara pun membuka pintu dan langsung mengambil nampan dari tangan Bibi. "Makasih ya, Bi. Kan aku dah bilang mau turun ke bawah," gerutu Tara menaruh nampan di atas meja. Dia tidak tega kalau melihat Bibi naik turun tangga. Apalagi belakangan encoknya sering kumat. "Habisnya Bibi gak ada kerjaan. Si kembar ada bebi suster yang rawat. Satu orang satu yang momong. Sekarang tukang masak bersih-bersih ada sendiri. Tukang masak ada sendiri. Ya Bibi bingung mau ngapain. Nonton drakor, Bib
Baca selengkapnya

Penyelidikan Tara (Bagian 2)

Tara memarkir mobil mini Cooper miliknya tepat di parkiran ekslusif milik RC tower. Gedung mewah tertinggi di ibukota yang dimiliki oleh stasiun televisi terbesar di Indonesia. Sebelum keluar dari mobil, sekali lagi dia memastikan bahwa riasan di wajahnya yang bulat dan tembem tidak terlalu menor. Ya, meskipun bentuk tubuhnya sedang tidak enak dipandang, setidaknya Tara memakai pakaian yang pas. Sebuah rok panjang yang yang tak terlalu membentuk lekuk tubuhnya dan tak terlalu longgar. I'm beautyful Mommy! Ucap Tara pada bayangannya di cermin. Sebagai ibu yang baru melahirkan, kepercayaan dirinya sangat tinggi dan itulah yang membuat dirinya merasa cantik.  Dia pun melenggang menuju gedung. Menaiki lift menuju cafe yang terletak di lantai 10. Begitu keluar dari lift, Tara mengedarkan pandangan. Mencari-cari seorang pria yang akan disewanya sebagai detektif swasta. Hmmmm? Tidak ada pengunj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status