Berjuang sendirian itu, rasanya tidak bisa digambarkan. Sedih, kecewa, ingin mengamuk, ingin marah, benci, emosi, frustasi. Tapi pada siapa?Yang membuatku risau, sudah tiga minggu lebih dari perkiraan dokter. Dan aku tak kunjung melahirkan. Walau aku sering mengalami, konstraksi. Tapi, air ketuban tak kunjung pecah sampai sekarang. Dan lebih naasnya, aku punya suami yang selalu kelayapan. Aku benar-benar tidak dianggap lagi. Hubungan yang dulunya hambar, sekarang ibarat pasang-surut bahkan surutnya sampai keterusan sampai tak tak tahu kemana arah jalan pulang. Gerald tidak pernah lagi makan di rumah. Walau, makanannya sudah kusediakan. Ujung-ujungnya, aku yang menghabiskan makanan itu. Dia pulang membelikan makan, setelah itu buru-buru pergi. Walau kadang, ia mendapatiku sedang kesakitan menahan rasa mules di perut. Di mata Gerald, aku tak ada lagi.Aku menangis, menghadapi nasib sialku. Harusnya, aku ke dokter a
Terakhir Diperbarui : 2020-09-24 Baca selengkapnya