Share

Bab 2

Penulis: Elias
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-12 16:03:23
Nenek marah besar hingga terengah-engah, "Kenapa aku punya anak nggak berperasaan seperti kamu ini?"

"Aku pergi ke luar negeri selama dua bulan nggak ada kabar apa pun darinya. Di luar negeri, aku khawatir setiap hari dan setelah pulang pun aku nggak bisa menghubunginya. Pasti kalian yang buat dia merasa tertekan! Bukannya dia tinggal sama kalian? Cepat suruh dia angkat telepon!"

Ibu terdiam sejenak, melirik Ayah di sampingnya.

Dua bulan yang lalu, Ferdy tiba-tiba ingin berkemah di area terlarang di Lembah Liar. Meski tahu tempat itu berbahaya, aku berharap bisa mempererat hubungan dengan keluargaku melalui kegiatan tersebut. Bahkan, aku sudah meminta cuti khusus dari kantor.

Tak disangka, Sierra terjatuh ke dalam air. Saat diselamatkan, dia langsung menuduhku telah mendorongnya.

Ibu marah besar dan menamparku beberapa kali. Dia tidak mau mendengarkan penjelasanku dan meninggalkanku sendirian di alam liar. Mereka tidak tahu, hari itu aku tidak berhasil keluar dari hutan tersebut.

Sudah dua bulan mereka tidak mencari tahu kabar tentangku. Sekarang, meskipun aku tidak dapat dihubungi, Ibu tetap melapor pada Nenek dengan santai.

"Salahnya sendiri karena nggak pernah patuh, selalu iri, dan nggak bisa akur sama saudaranya. Sekarang entah ke mana dia berkeliaran."

Sejak kapan Ibu tidak lagi memperlakukanku dengan hangat dan melihatku sebagai sosok yang berhati busuk?

Ketika aku diasuh oleh Nenek, Ayah dan Ibu baru datang menjengukku setelah Nenek berulang kali memohon pada mereka. Namun saat itu, tanpa kehadiran kakak dan adikku, perhatian mereka masih tertuju padaku meskipun terpaksa.

Saat itu, aku merasa cukup puas.

Lalu, saat mereka berinisiatif mengajakku pulang untuk tinggal bersama, aku benar-benar berpikir Ayah dan Ibu ingin memberikan rumah yang hangat untukku. Namun setibanya di sana, baru kusadari bahwa aku hanyalah seorang yatim piatu yang dikucilkan.

Rumah Ayah dan Ibu memang tidak semegah vila milik Nenek. Namun, Sierra punya banyak sekali boneka dan rok yang indah.

Karena Sierra tidak suka aku mengenakan pakaian bermerek yang dibelikan oleh Nenek, Ayah dan Ibu memasukkan pakaian-pakaian itu ke dalam kotak rusak di sudut dan memaksaku mengenakan pakaian bekas Sierra.

Ferdy memiliki perlengkapan sepak bola lengkap dan produk elektronik terbaru. Sementara itu, aku hanya ingin sebuah komputer, tapi tidak pernah mereka penuhi.

Saat aku masih hidup, aku selalu berusaha menyenangkan mereka, berharap mendapat sedikit perhatian. Namun kini, aku tidak perlu lagi merendahkan diriku demi kehangatan yang menyedihkan itu.

Nenek menutup telepon dengan marah, mengatakan bahwa jika dia tidak bisa bertemu denganku, dia akan menyumbangkan seluruh kekayaannya ke yayasan amal. Ekspresi Ibu langsung berubah menjadi muram.

Ayah mematikan puntung rokoknya, "Selalu manja dan keras kepala. Seharusnya dulu kita nggak perlu bawa dia pulang."

Ibu duduk di sofa dengan wajah muram, "Kita memang harus ngasih dia pelajaran. Kalau terus dibiarkan, siapa tahu masalah apa lagi yang akan dia buat nanti."

Setelah berkata demikian, Ayah mencoba meneleponku sendiri. Jarang sekali kepala keluarga melakukan hal itu. Namun yang mengejutkan adalah, meskipun butuh waktu lama untuk menemukan nomorku, panggilan itu langsung mendapat balasan otomatis. Ponselku telah dinonaktifkan.

Ayah menggerutu dengan kesal, "Anak nggak tahu diri itu sengaja menghindar. Apa dia pikir keluarga ini butuh dia? Seharusnya dia sadar diri!"

"Aku mau lihat, berapa lama dia bisa bersembunyi!"

Saat itu, Ferdy kebetulan turun dari lantai atas. Mendengar kemarahan Ayah dan Ibu, dia menimpali, "Sudahlah, kalian jangan khawatir. Anak pembawa sial itu paling hormat sama Nenek. Dia pasti akan kembali untuk pesta ulang tahun Nenek."

Mendengar hal itu, ekspresi mereka mulai menjadi lembut.

Seperti biasa, Ferdy meraih remote dan menyalakan TV untuk menonton pertandingan sepak bola. Tanpa sengaja, dia memindahkan saluran ke berita lokal.

Judul di layar TV menarik perhatiannya.

[ Seorang wisatawan menemukan jasad wanita di Lembah Liar. Mulai hari ini Lembah Liar akan ditutup sepenuhnya. ]

Bab terkait

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 3

    Pembawa acara terus mengimbau masyarakat untuk tidak lagi memasuki kawasan berbahaya tersebut agar terhindar dari insiden yang tidak diinginkan.Ferdy duduk dengan penuh perhatian, "Lembah Liar ternyata ditutup?"Ibu tampak seperti mengingat sesuatu, alisnya langsung mengernyit tajam.Sampai akhirnya Ferdy bangkit dari sofa, lalu menepuk pahanya dengan bersemangat, "Wah, hebat! Jadi, perkemahan kita di Lembah Liar itu yang terakhir? Teman-temanku pasti iri berat. Mereka bahkan belum pernah ke sana, tapi sekarang malah sudah ditutup."Ekspresi tegang Ibu pun perlahan mulai mereda "Cukup, sudah dewasa begini masih saja berisik seperti anak kecil. Ulang tahun nenekmu sudah dekat, kamu sudah milih hadiah belum?"Ayah yang tadinya berwajah muram, kini terlihat lebih tenang. "Kali ini, kalian berdua harus pintar ngomong untuk menyenangkan hatinya."Ferdy memasang wajah meremehkan, "Toh setiap tahun Shelly yang selalu milihin hadiah untukku dan Nenek pasti suka. Jadi, kalian nggak perlu repot

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 4

    Keesokan harinya, keluargaku tetap tidak mendapat kabar dariku. Pagi-pagi sekali, Nenek datang langsung ke rumah."Nenek!" seruku dengan senang sambil melayang ke arahnya.Setelah meninggal, aku sering berharap bisa melihat Nenek lagi. Namun, jiwaku terikat oleh Ibu sehingga aku tak bisa pergi jauh. Untungnya, Nenek datang sendiri. Bisa melihatnya lagi membuatku merasa lebih tenang.Namun, sebelum aku bisa mendekati Nenek, Ferdy langsung menyambutnya dengan ceria, "Nenek!"Selama bertahun-tahun, Ferdy selalu mencoba mengambil hati Nenek dengan mengatasnamakan kedekatanku dengannya. Dengan bantuanku, Nenek sudah menerima Ferdy sebagai cucu meskipun tidak ada hubungan darah. Nenek juga tidak pernah bersikap terlalu formal terhadap cucu-cucunya.Dengan lembut, dia menggenggam tangan Ferdy dan mengajaknya duduk, "Sudah dewasa begini, masih saja berisik sekali. Mana kakakmu?""Kakak!" teriak Ferdy.Sierra langsung berlari keluar, "Nenek sudah datang!"Saat melihat Sierra, Nenek yang tadinya

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 5

    Dulu, Nenek takut Ibu akan menderita jika menikah dengan Ayah yang miskin, sehingga dia tidak menyetujui pernikahan mereka. Ibu pun melampiaskan dengan mabuk semalaman. Tak disangka, malam itu dia dilecehkan oleh sekelompok pemuda berandalan dan akhirnya hamil.Saat itu, Ibu masih muda dan sebetulnya punya pilihan hidup yang lebih baik. Namun, demi membuat Nenek merasa bersalah, dia memutuskan untuk tetap melahirkankuKetika aku berusia tiga tahun, Ibu tidak sengaja melihat bayangan Ayah di wajahku dan buru-buru melakukan tes DNA untuk memastikan. Hasilnya menunjukkan bahwa aku benar-benar anak kandung Ayah, bukan anak dari berandalan itu.Ibu sangat lega dan berhasil mempertahankan hubungannya dengan Ayah. Namun, di mata mereka berdua, aku tetap dianggap sebagai "noda" dalam kisah cinta mereka. Karena itulah, mereka meninggalkan diriku yang masih kecil ini untuk diasuh Nenek, sedangkan mereka sendiri bepergian jauh.Saat itu, Ayah baru saja bercerai dengan istri pertamanya dan Ferdy y

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 6

    Begitu menerima telepon itu, wajah Ibu langsung menjadi muram. "Dasar anak sialan, bisa nggak kamu jangan terus-terusan nyuruh Nenekmu untuk membuatku marah?"Namun, suara di seberang telepon terdengar berat, "Halo, apakah ini keluarga dari Shelly?"Mendengar suara pria, Ibu mengerutkan kening. "Ada apa? Kenapa kamu megang ponsel Shelly?" tanyanya dengan nada dingin."Kami menemukan identitas dan ponsel Shelly di sebuah rumah kontrakan. Mohon Anda datang ke kantor polisi untuk mengonfirmasi beberapa hal."Mendengar hal ini, ekspresi Ibu sedikit melembut. "Jadi benar, anak itu pindah rumah. Suka sekali buat masalah." Dia menutup telepon dan kembali makan dengan santai.Sierra menatapnya dengan mata berkilat, lalu bertanya, "Ibu, itu bukan Shelly ya?""Dia kehilangan ponselnya. Polisi cuma mau keluarga datang untuk mengambilnya kembali, nggak usah buru-buru. Kita selesaikan makan dulu," jawab Ibu acuh tak acuh.Sierra memasang ekspresi seolah-olah khawatir dan berkata dengan tergesa-gesa

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 7

    Di acara ulang tahun ke-60 Nenek, hanya keluarga dekat dan sahabat baik yang diundang. Di aula perayaan, Ayah dan Ibu terus mencari-cari keberadaanku. Bahkan Ferdy tampak agak terkejut, "Ayah, Ibu, Shelly benar-benar nggak datang? Jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?"Sierra menepuk tangannya, "Jangan ngomong sembarangan, Shelly sudah dewasa. Apa yang mungkin terjadi padanya?"Ucapan itu langsung melegakan kedua orang tuaku. Ibu berkata, "Kalau si anak nggak tahu diri itu nggak datang, nanti para kerabat dan teman-teman bakal nyindir aku dan ayahmu lagi."Mendengar hal ini, aku hanya bisa tersenyum pahit. Rupanya begitu alasannya. Kukira mereka benar-benar khawatir padaku.Mengabaikan soal kehadiranku, Ibu menginstruksikan Sierra untuk memanfaatkan kesempatan ini. Dia meminta Sierra maju dengan membawa hadiah besar untuk memberikan selamat kepada Nenek. Di depan banyak orang, Nenek pasti tidak akan tega untuk menolak.Sierra menyetujui dengan antusias.Nenek dikenal sebagai sosok pen

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 8

    Di ruang interogasi.Ibu memeluk Sierra dengan erat. "Aku adalah wali anak ini. Kalau ada pertanyaan, tanyakan padaku saja. Sierra masih muda, jangan membuatnya ketakutan begini."Sierra meringkuk dalam pelukan Ibu, tubuhnya sedikit bergetar. Penampilannya tampak benar-benar menyedihkan dan tak berdaya. Seorang polisi menatap adegan ini dengan ekspresi sinis dan berkata, "Dua puluh enam tahun, sudah nggak muda lagi."Ibu menepuk punggung Sierra dengan lembut untuk menenangkannya, lalu menatap polisi, "Aku mengerti Anda sedang menjalankan tugas, tapi Sierra benar-benar nggak tahu apa-apa. Walaupun dia dan Shelly adalah saudara, mereka punya kehidupan masing-masing."Polisi lalu bertanya, "Kami mendapat laporan bahwa kemarin ada yang ditangkap karena berjudi di sebuah rumah kontrakan di Area A dan petugas menemukan beberapa barang milik Shelly di sana. Benar nggak Sierra yang pergi mengklaim barang-barang itu?"Ibu terdiam sesaat. "Ya, ponsel dan kartu identitasnya sudah kami serahkan ke

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 9

    Sierra terlihat sangat gelisah, kedua tangannya terkepal erat. Namun, dia tak bisa menghentikan polisi untuk melanjutkan penjelasan, "Ada beberapa riwayat komunikasi yang dihapus.""Hasil forensik menunjukkan bahwa Shelly meninggal karena dikubur hidup-hidup. Panggilan terakhirnya yang dialihkan ke ponsel Anda adalah panggilan darurat. Tapi, Anda sama sekali nggak mengangkatnya?"Mendengarnya, wajah Ibu seketika memucat, "Nggak mungkin! Hari itu aku memang menunggu teleponnya untuk meminta maaf, tapi dia sama sekali nggak menelepon!"Ibu buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk membuktikan pada polisi, tetapi akhirnya menemukan catatan panggilan di kotak sampah. Rupanya, panggilan-panggilan tersebut telah ditolak saat ponsel Ibu ada di tangan Sierra.Ibu duduk terpaku di tempat, seolah-olah jiwanya telah menghilang.Sierra panik, mencoba menjelaskan, "Aku ... aku hanya marah padanya. Dia mendorongku, jadi aku nggak mau Ibu menjawab teleponnya. Aku bukan ingin dia celaka!""Dia lagi di al

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 10

    Mengetahui bahwa aku meninggal dengan begitu tragis, kondisi mental Ibu hampir hancur. Setiap hari, dia memeluk syal sutra yang kupesan khusus untuknya dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.Meskipun hatinya terluka, Ayah berusaha lebih tegar sebagai seorang pria. Dia merawat Ibu yang terpukul dan berusaha mempertahankan keluarga yang kini berantakan.Bibi Lucy datang untuk menghibur Ibu dan membicarakan tentang banyak hal yang sebelumnya tak pernah Ibu dengarkan dengan sabar."Kamu masih ingat waktu Shelly baru masuk SD? Dia mengikuti lomba menggambar di sekolah. Setelah selesai mengerjakan PR setiap malam, dia menggambar untuk membuat lukisan yang indah untukmu. Dia menggambar sampai larut malam tanpa merasa lelah dan akhirnya memenangkan hadiah.""Dia senang sekali dan langsung berlari pulang untuk menunjukkannya padamu. Dia sangat mencintaimu dan selalu memikirkanmu. Tapi di dinding rumahmu, hanya ada piala dan penghargaan milik dua anak lainnya, tak pernah ada tempat unt

Bab terbaru

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 10

    Mengetahui bahwa aku meninggal dengan begitu tragis, kondisi mental Ibu hampir hancur. Setiap hari, dia memeluk syal sutra yang kupesan khusus untuknya dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.Meskipun hatinya terluka, Ayah berusaha lebih tegar sebagai seorang pria. Dia merawat Ibu yang terpukul dan berusaha mempertahankan keluarga yang kini berantakan.Bibi Lucy datang untuk menghibur Ibu dan membicarakan tentang banyak hal yang sebelumnya tak pernah Ibu dengarkan dengan sabar."Kamu masih ingat waktu Shelly baru masuk SD? Dia mengikuti lomba menggambar di sekolah. Setelah selesai mengerjakan PR setiap malam, dia menggambar untuk membuat lukisan yang indah untukmu. Dia menggambar sampai larut malam tanpa merasa lelah dan akhirnya memenangkan hadiah.""Dia senang sekali dan langsung berlari pulang untuk menunjukkannya padamu. Dia sangat mencintaimu dan selalu memikirkanmu. Tapi di dinding rumahmu, hanya ada piala dan penghargaan milik dua anak lainnya, tak pernah ada tempat unt

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 9

    Sierra terlihat sangat gelisah, kedua tangannya terkepal erat. Namun, dia tak bisa menghentikan polisi untuk melanjutkan penjelasan, "Ada beberapa riwayat komunikasi yang dihapus.""Hasil forensik menunjukkan bahwa Shelly meninggal karena dikubur hidup-hidup. Panggilan terakhirnya yang dialihkan ke ponsel Anda adalah panggilan darurat. Tapi, Anda sama sekali nggak mengangkatnya?"Mendengarnya, wajah Ibu seketika memucat, "Nggak mungkin! Hari itu aku memang menunggu teleponnya untuk meminta maaf, tapi dia sama sekali nggak menelepon!"Ibu buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk membuktikan pada polisi, tetapi akhirnya menemukan catatan panggilan di kotak sampah. Rupanya, panggilan-panggilan tersebut telah ditolak saat ponsel Ibu ada di tangan Sierra.Ibu duduk terpaku di tempat, seolah-olah jiwanya telah menghilang.Sierra panik, mencoba menjelaskan, "Aku ... aku hanya marah padanya. Dia mendorongku, jadi aku nggak mau Ibu menjawab teleponnya. Aku bukan ingin dia celaka!""Dia lagi di al

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 8

    Di ruang interogasi.Ibu memeluk Sierra dengan erat. "Aku adalah wali anak ini. Kalau ada pertanyaan, tanyakan padaku saja. Sierra masih muda, jangan membuatnya ketakutan begini."Sierra meringkuk dalam pelukan Ibu, tubuhnya sedikit bergetar. Penampilannya tampak benar-benar menyedihkan dan tak berdaya. Seorang polisi menatap adegan ini dengan ekspresi sinis dan berkata, "Dua puluh enam tahun, sudah nggak muda lagi."Ibu menepuk punggung Sierra dengan lembut untuk menenangkannya, lalu menatap polisi, "Aku mengerti Anda sedang menjalankan tugas, tapi Sierra benar-benar nggak tahu apa-apa. Walaupun dia dan Shelly adalah saudara, mereka punya kehidupan masing-masing."Polisi lalu bertanya, "Kami mendapat laporan bahwa kemarin ada yang ditangkap karena berjudi di sebuah rumah kontrakan di Area A dan petugas menemukan beberapa barang milik Shelly di sana. Benar nggak Sierra yang pergi mengklaim barang-barang itu?"Ibu terdiam sesaat. "Ya, ponsel dan kartu identitasnya sudah kami serahkan ke

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 7

    Di acara ulang tahun ke-60 Nenek, hanya keluarga dekat dan sahabat baik yang diundang. Di aula perayaan, Ayah dan Ibu terus mencari-cari keberadaanku. Bahkan Ferdy tampak agak terkejut, "Ayah, Ibu, Shelly benar-benar nggak datang? Jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?"Sierra menepuk tangannya, "Jangan ngomong sembarangan, Shelly sudah dewasa. Apa yang mungkin terjadi padanya?"Ucapan itu langsung melegakan kedua orang tuaku. Ibu berkata, "Kalau si anak nggak tahu diri itu nggak datang, nanti para kerabat dan teman-teman bakal nyindir aku dan ayahmu lagi."Mendengar hal ini, aku hanya bisa tersenyum pahit. Rupanya begitu alasannya. Kukira mereka benar-benar khawatir padaku.Mengabaikan soal kehadiranku, Ibu menginstruksikan Sierra untuk memanfaatkan kesempatan ini. Dia meminta Sierra maju dengan membawa hadiah besar untuk memberikan selamat kepada Nenek. Di depan banyak orang, Nenek pasti tidak akan tega untuk menolak.Sierra menyetujui dengan antusias.Nenek dikenal sebagai sosok pen

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 6

    Begitu menerima telepon itu, wajah Ibu langsung menjadi muram. "Dasar anak sialan, bisa nggak kamu jangan terus-terusan nyuruh Nenekmu untuk membuatku marah?"Namun, suara di seberang telepon terdengar berat, "Halo, apakah ini keluarga dari Shelly?"Mendengar suara pria, Ibu mengerutkan kening. "Ada apa? Kenapa kamu megang ponsel Shelly?" tanyanya dengan nada dingin."Kami menemukan identitas dan ponsel Shelly di sebuah rumah kontrakan. Mohon Anda datang ke kantor polisi untuk mengonfirmasi beberapa hal."Mendengar hal ini, ekspresi Ibu sedikit melembut. "Jadi benar, anak itu pindah rumah. Suka sekali buat masalah." Dia menutup telepon dan kembali makan dengan santai.Sierra menatapnya dengan mata berkilat, lalu bertanya, "Ibu, itu bukan Shelly ya?""Dia kehilangan ponselnya. Polisi cuma mau keluarga datang untuk mengambilnya kembali, nggak usah buru-buru. Kita selesaikan makan dulu," jawab Ibu acuh tak acuh.Sierra memasang ekspresi seolah-olah khawatir dan berkata dengan tergesa-gesa

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 5

    Dulu, Nenek takut Ibu akan menderita jika menikah dengan Ayah yang miskin, sehingga dia tidak menyetujui pernikahan mereka. Ibu pun melampiaskan dengan mabuk semalaman. Tak disangka, malam itu dia dilecehkan oleh sekelompok pemuda berandalan dan akhirnya hamil.Saat itu, Ibu masih muda dan sebetulnya punya pilihan hidup yang lebih baik. Namun, demi membuat Nenek merasa bersalah, dia memutuskan untuk tetap melahirkankuKetika aku berusia tiga tahun, Ibu tidak sengaja melihat bayangan Ayah di wajahku dan buru-buru melakukan tes DNA untuk memastikan. Hasilnya menunjukkan bahwa aku benar-benar anak kandung Ayah, bukan anak dari berandalan itu.Ibu sangat lega dan berhasil mempertahankan hubungannya dengan Ayah. Namun, di mata mereka berdua, aku tetap dianggap sebagai "noda" dalam kisah cinta mereka. Karena itulah, mereka meninggalkan diriku yang masih kecil ini untuk diasuh Nenek, sedangkan mereka sendiri bepergian jauh.Saat itu, Ayah baru saja bercerai dengan istri pertamanya dan Ferdy y

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 4

    Keesokan harinya, keluargaku tetap tidak mendapat kabar dariku. Pagi-pagi sekali, Nenek datang langsung ke rumah."Nenek!" seruku dengan senang sambil melayang ke arahnya.Setelah meninggal, aku sering berharap bisa melihat Nenek lagi. Namun, jiwaku terikat oleh Ibu sehingga aku tak bisa pergi jauh. Untungnya, Nenek datang sendiri. Bisa melihatnya lagi membuatku merasa lebih tenang.Namun, sebelum aku bisa mendekati Nenek, Ferdy langsung menyambutnya dengan ceria, "Nenek!"Selama bertahun-tahun, Ferdy selalu mencoba mengambil hati Nenek dengan mengatasnamakan kedekatanku dengannya. Dengan bantuanku, Nenek sudah menerima Ferdy sebagai cucu meskipun tidak ada hubungan darah. Nenek juga tidak pernah bersikap terlalu formal terhadap cucu-cucunya.Dengan lembut, dia menggenggam tangan Ferdy dan mengajaknya duduk, "Sudah dewasa begini, masih saja berisik sekali. Mana kakakmu?""Kakak!" teriak Ferdy.Sierra langsung berlari keluar, "Nenek sudah datang!"Saat melihat Sierra, Nenek yang tadinya

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 3

    Pembawa acara terus mengimbau masyarakat untuk tidak lagi memasuki kawasan berbahaya tersebut agar terhindar dari insiden yang tidak diinginkan.Ferdy duduk dengan penuh perhatian, "Lembah Liar ternyata ditutup?"Ibu tampak seperti mengingat sesuatu, alisnya langsung mengernyit tajam.Sampai akhirnya Ferdy bangkit dari sofa, lalu menepuk pahanya dengan bersemangat, "Wah, hebat! Jadi, perkemahan kita di Lembah Liar itu yang terakhir? Teman-temanku pasti iri berat. Mereka bahkan belum pernah ke sana, tapi sekarang malah sudah ditutup."Ekspresi tegang Ibu pun perlahan mulai mereda "Cukup, sudah dewasa begini masih saja berisik seperti anak kecil. Ulang tahun nenekmu sudah dekat, kamu sudah milih hadiah belum?"Ayah yang tadinya berwajah muram, kini terlihat lebih tenang. "Kali ini, kalian berdua harus pintar ngomong untuk menyenangkan hatinya."Ferdy memasang wajah meremehkan, "Toh setiap tahun Shelly yang selalu milihin hadiah untukku dan Nenek pasti suka. Jadi, kalian nggak perlu repot

  • Roh Jiwa Putri yang Teraniaya   Bab 2

    Nenek marah besar hingga terengah-engah, "Kenapa aku punya anak nggak berperasaan seperti kamu ini?""Aku pergi ke luar negeri selama dua bulan nggak ada kabar apa pun darinya. Di luar negeri, aku khawatir setiap hari dan setelah pulang pun aku nggak bisa menghubunginya. Pasti kalian yang buat dia merasa tertekan! Bukannya dia tinggal sama kalian? Cepat suruh dia angkat telepon!"Ibu terdiam sejenak, melirik Ayah di sampingnya.Dua bulan yang lalu, Ferdy tiba-tiba ingin berkemah di area terlarang di Lembah Liar. Meski tahu tempat itu berbahaya, aku berharap bisa mempererat hubungan dengan keluargaku melalui kegiatan tersebut. Bahkan, aku sudah meminta cuti khusus dari kantor.Tak disangka, Sierra terjatuh ke dalam air. Saat diselamatkan, dia langsung menuduhku telah mendorongnya.Ibu marah besar dan menamparku beberapa kali. Dia tidak mau mendengarkan penjelasanku dan meninggalkanku sendirian di alam liar. Mereka tidak tahu, hari itu aku tidak berhasil keluar dari hutan tersebut.Sudah

DMCA.com Protection Status