Share

Bab 34

Penulis: Natasha_11
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 14:26:06
Tatapan Holden tertuju pada pinggang Tiffany untuk sesaat. Kemudian, dia mengalihkan perhatiannya dan menjawab sambil tersenyum, “Oke.”

Berhubung masih ada urusan di perusahaan, Holden mencari alasan dan terlebih dahulu meninggalkan tempat ini. Begitu dia pergi, hanya tersisa Edric dan Tiffany di pinggir jalan. Suasananya pun menjadi agak tegang.

Setelah sesaat, Edric melirik Tiffany dan bertanya, “Kamu yakin mau kerja di Eternal?”

Saat berbicara, ekspresi Edric sangat lembut, tetapi tatapannya malah sangat dingin. Tiffany pun merasa makin gugup dan firasat buruk mulai merayapi hatinya. “Iya, prospek Eternal sangat bagus.”

Eternal adalah nama perusahaan Holden. Saat ini, mereka sudah lumayan populer di dunia perhiasan. Konsep mereka yang unik dan inovatif menarik perhatian banyak wanita kaya.

Seusai berbicara, Tiffany mendongak untuk menatap Edric dan lanjut berkata sambil tersenyum santai, “Apalagi, dia itu orang pertama yang mengundangku bergabung dengan perusahaannya. Kalau aku ngga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 35

    Krystal menyadari bahwa dirinya sudah salah bicara. Dia buru-buru menunduk dan menjawab dengan malu, “Maaf, Pak Edric. Aku yang terlalu panik, makanya salah bicara.”Edric mengenakan sarung tangan baru dan memberi perintah, “Pergi.”Krystal pun buru-buru memungut proposal yang terjatuh ke lantai dan hendak berjalan keluar dari ruang privat.“Bu Krystal.” Baru saja Krystal tiba di depan pintu, Tiffany tiba-tiba memanggilnya.Krystal sebenarnya tidak ingin memedulikan Tiffany. Namun, ada Edric di sini. Dia mau tak mau menoleh dan bertanya, “Apa Nyonya ada perintah lain?”“Ayo makan bareng! Aku pesan banyak makanan. Kalau nggak habis, sayang juga.” Tiffany tersenyum tipis, lalu menunjuk ke arah kursi yang ada di dekat Edric dan berkata, “Duduklah.”Krystal tidak dapat menolak godaan ini dan melirik ke arah Edric. Dia masih harus menunggu Edric setuju membiarkannya ikut makan atau tidak.“Mas, apa biasanya kamu juga bersikap begitu pada bawahanmu? Serius sekali!” ujar Tiffany sambil menole

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 36

    Ketika mengucapkan kata-kata itu, Tiffany merasa jauh lebih tenang dari yang dibayangkannya. Dia awalnya mengira dirinya akan merasa sangat sedih. Ternyata, setelah melepaskan perasaan suka itu, dia bisa melakukan segala sesuatu yang membuatnya sedih dulu dengan perasaan biasa.Edric menatap Tiffany untuk waktu yang sangat lama, seolah-olah sedang berpikir siapa sebenarnya yang menyukai udang. Tiffany benar-benar ingin tertawa melihat tampangnya itu. Dia malas menebak apa yang dipikirkan Edric dan langsung bangkit. Sebelum Edric sempat bereaksi, dia sudah berjalan ke arah pintu.“Aku sudah kenyang. Pinjam sekretarismu sebentar, ya. Aku mau suruh dia temani aku jalan-jalan, sekalian bakar kalori. Mas nggak keberatan, ‘kan?” tanya Tiffany setelah tiba di depan pintu.Edric juga bangkit dan berjalan menghampiri Tiffany. Kemudian, dia menaruh selembar kartu hitam di tangan Tiffany dan berkata, “Pergilah. Beli apa pun yang kamu suka.”Tiffany menatap kartu hitam itu dengan ragu untuk bebera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 37

    Tiffany menoleh ke arah Krystal, lalu bertanya, “Kamu rasa aku lagi bohongi kamu?”Krystal bertanya balik dengan tatapan penuh penghinaan, “Memangnya bukan?”“Bukan.” Tiffany mengetuk-ngetuk kemudi mobil dan melanjutkan, “Aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi kamu sendiri yang nggak mampu mendapatkannya.”Krystal menggigit bibirnya, lalu memelototinya sambil berseru, “Memangnya kenapa kalau aku berkemampuan hebat? Semua orang tahu yang disukai Pak Edric itu cuma kamu! Kalau kamu selalu menemaninya, apa mungkin aku punya kesempatan?”Krystal merasa Tiffany tidak berhenti mengatakan ingin meninggalkan Edric, tetapi selalu berada di sisi Edric setiap saat. Dia sama sekali tidak terlihat seperti orang yang ingin menceraikan Edric.Tiffany terdiam sejenak, lalu menyalakan mesin mobil dan pergi ke mal terdekat. “Yang dia sukai itu bukan aku.”Krystal pun tertegun, lalu mengamati Tiffany dengan cermat. Saat tersadar kembali dari lamunannya, mobil mereka sudah berhenti. Tiffany terlebih dahulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 38

    Pada saat ini, staf toko sudah membawa keluar sebaris gaun berwarna putih. Selain warna putih, ada juga warna kulit. Semua gaun itu memberikan kesan murni dan polos.Tiffany menggunakan dagunya untuk memberi isyarat pada Krystal. “Bu Krystal begitu pintar. Mana mungkin kamu nggak tahu maksudku? Sudahlah, coba saja dulu gaun-gaun itu. Pasti ada yang cocok denganmu.”Selama baju itu cocok dengan Krystal, tidak peduli Krystal suka atau tidak, dia harus mengenakannya. Bagaimanapun juga, menyenangkan orang adalah sesuatu yang sangat sulit.Tiffany duduk di sofa sambil menyesap jus yang diberikan staf, lalu melirik ke arah Krystal yang sudah selesai berganti pakaian sesekali. Namun, tidak ada satu pun gaun yang memuaskannya. Ketika Krystal mengenakan sebuah gaun putih model kembang dan bermotif gardenia, matanya baru berbinar.Tiffany meletakkan gelas jusnya, lalu berkata, “Yang ini! Padukanlah dengan bando dan anting motif gardenia.”Staf toko segera mendandani Krystal sesuai permintaan Tif

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 39

    Sore hari itu, Krystal masuk ke kantor presdir dengan mengenakan gaun barunya. Dia meletakkan segelas kopi di atas meja dengan hati-hati, lalu berdiri diam di tempat.“Pak Edric, bagaimana kamu mau tangani masalah proposal Daerah Albi?” tanya Krystal.Edric hanya meliriknya, tetapi keningnya langsung berkerut. Selanjutnya, dia mengalihkan pandangannya lagi dan menjawab dengan dingin, “Sekarang, proyek itu sudah jadi tanggung jawab Lewis. Kalau ada apa-apa, tanyakan langsung padanya.”Lirikan Edric tadi langsung membuat Krystal berdebar tidak karuan. Namun, dia juga tidak berani bersikap berlebihan. Dia pun mengangguk dan menjawab, “Baik.”Kemudian, Krystal melangkah maju dan lanjut berkata, “Pak Edric, apa kopi ini nggak sesuai dengan seleramu? Aku akan ganti yang baru.”Krystal membungkuk untuk mengambil cangkir kopi itu dan menunjukkan dadanya yang montok. Dalam sekejap, kesan murni dari mengenakan gaun putih itu langsung ternodai.Tatapan Edric langsung menjadi dingin. Dia menghenti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 40

    Edric bersandar di sofa dan menjawab, “Aiden, aku rasa kamu mirip penghibur.”Aiden akhirnya mengalah dan berujar, “Ya sudah, aku diam.”Namun, semua orang yang hadir tahu jelas bahwa Edric bisa muncul di sini pasti karena ada yang tidak beres. Jika tidak, pria yang lengket dengan istri sepertinya tidak mungkin minum sendirian di tempat ini.Setelah beberapa saat, Edric melirik ponselnya yang masih hening, lalu berjalan ke arah orang bermain kartu.Ada seorang wanita yang tertarik pada Edric karena merasa Edric memiliki status yang tinggi, juga memancarkan wibawa. Dia pun menjauhi pria di sisinya dan mendekati Edric. Dia merasa dirinya bisa dengan mudah melewatkan malam yang panas dengan pria mana pun dengan mengandalkan tubuhnya yang seksi. Setelah memikirkan hal ini, wanita itu langsung duduk di atas paha Edric.Edric tidak menghindar. Kebetulan, ini adalah gilirannya mengeluarkan kartu. Dia pun menghentikan gerakannya dan menatap wanita tidak tahu diri yang duduk di pahanya tanpa ek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 41

    Tersentak oleh sensasi yang panas dan penuh tekanan, Tiffany terbangun mendadak. Ketika membuka matanya, dia langsung melihat wajah Edric yang begitu dekat.Napasnya terengah-engah dan tubuhnya basah oleh keringat dingin. Dengan suara lemah, Tiffany mencoba melawan, “Mas, aku ... aku nggak bisa napas.”Edric menggigit bibirnya dengan agresif. Nadanya penuh amarah ketika membalas, “Aku suamimu! Jangan panggil aku Mas lagi! Apa kamu sengaja mau sembunyikan hubungan kita supaya bisa dekati pria lain?“Tiffany hanya bisa terisak tanpa mampu mengucapkan kalimat utuh. Otaknya terasa membeku dan tubuhnya kekurangan oksigen.Edric tiba-tiba menarik paksa bajunya dengan kasar. Bibir dan lidahnya yang panas menjalar turun, lalu berhenti cukup lama di area dadanya. Hal ini membuat Tiffany bergetar hebat. Sementara itu, ingatannya dipenuhi oleh kilasan-kilasan pengalaman buruk.Setelah akhirnya bisa bernapas lagi, Tiffany berseru dengan suara serak, “Aku nggak begitu!”Akan tetapi, Edric memutar w

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 42

    Edric tiba-tiba mendekat. Napasnya membawa aroma samar alkohol. Dia membalas, “Gimana kalau aku bilang itu bukan karena nggak sengaja?”Tiffany memandangnya, lalu menyadari bahwa jarak mereka terlalu dekat. Sorot mata pria itu begitu tajam. Garis tegas rahangnya menambah kesan dingin dan penuh tekanan. Seolah-olah pada saat itu, yang terlihat di matanya hanyalah hasrat untuk menguasai.Jantung Tiffany berdebar keras. Dia membuka mulut, tetapi suaranya terdengar sangat lemah dan rapuh ketika berucap, “Nggak mungkin.”Mendengar itu, Edric pun mengernyit. Dia meraih dan mendudukkan Tiffany di pangkuannya, lalu bertanya, “Kamu begitu percaya padaku?”Tiffany membeku di tempat. Piama tipis yang dikenakannya terasa seperti selembar kertas transparan yang sama sekali tidak memberikan perlindungan baginya.Baru bergerak sedikit, panas dari tubuh Edric terasa makin mendesak dan membuatnya tidak berani bergerak. Tiffany pun menunduk dan berusaha menghindari tatapan mengintimidasi itu.“Ya,” jawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 50

    Tiffany memalingkan wajah dengan tenang. “Bu Krystal, kalau kamu memang nggak punya kemampuan, aku juga nggak bisa membantumu lagi.”Orang yang tidak bisa diandalkan seperti Krystal tidak perlu dipaksa untuk terus bertahan.Mendengar itu, wajah Krystal langsung menjadi lebih pucat. Dalam beberapa hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dia sama sekali tidak memiliki tempat dalam hati Edric. Dulu, dia masih mengira dirinya lebih unggul daripada Tiffany yang hanya mengandalkan pria.Sekarang, Krystal sudah melihat semuanya dengan sangat jelas. Dia tidak sebanding dengan Tiffany. Bagi Edric, dia hanyalah bawahan yang lumayan cakap. Jika dia kehilangan kemampuannya dalam pekerjaan, Edric pasti tidak akan membiarkannya tetap bekerja sebagai sekretarisnya.“Bu Tiffany, kamu yang duluan ajak aku untuk kerja sama. Kamu nggak bisa campakkan aku begitu saja tanpa menyelesaikan apa pun,” ucap Krystal dengan suara bergetar.Hanya saja, Tiffany tidak merasa Krystal adalah kartu utamanya. Kartu utama

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 49

    Tiffany membalas sambil tersenyum, “Oke.”Angie menjalankan mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu. Sebelum mobilnya berjalan jauh, sebuah mobil berhenti di dekat Tiffany dan menyalakan lampu beberapa kali, seolah-olah sedang memberi isyarat.Dari kejauhan, Angie melihat melalui kaca spion bahwa Tiffany naik ke dalam mobil mewah itu. Alisnya langsung mengerut dan tatapannya terlihat suram. Angie mengenali mobil itu. Itu adalah mobil yang digunakan oleh Edric saat keluar dari rumah Keluarga Wibowo bersama mereka.Setibanya di Vila Taringa, Tiffany langsung ditarik masuk ke kamar mandi oleh Edric. Tiffany masih berada dalam periode menstruasi sehingga ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan. Namun, Edric tidak memaksanya. Dia hanya meminta Tiffany untuk membantunya mandi.Pria itu bersandar di tepi bak mandi. Tubuhnya telanjang bulat. Pinggangnya yang kokoh dan otot perutnya yang sempurna juga terpampang di hadapan Tiffany.Tidak bisa dipungkiri, Edric memang memiliki penampilan yang sa

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 48

    Tiffany merasa linglung akibat ciuman itu. Tubuhnya mulai melemah hingga kaki dan tangannya terasa lemas. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria di depannya.Edric paling tidak tahan melihat tatapan Tiffany yang seperti itu. Dia terkesan seperti telah menindas Tiffany. Dia pun menunduk dan mencengkeram pinggang rampingnya, lalu menekan kedua tangan Tiffany ke atas kepala. Dia berucap, “Ayo jawab.”Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Dia merasa malu dengan cara Edric yang memperlakukannya tanpa ampun. Dia pun membalas, “Aku cuma nggak mau orang berpikir aku dapatkan kerja sama ini karena koneksi.”Edric mencengkeram dagunya dengan tatapan tajam, seolah ingin melihat apakah dia sedang berbohong. Setelah beberapa saat, dia kembali mencium Tiffany dengan ganas dan mengisap setiap napasnya. Tangannya juga tidak diam dan lanjut menjelajahi kulitnya yang lembut.Tiffany yang hanya bisa menggerakkan tangannya pun mendorong dada Edric yang terus mendekat. Apa pria ini sudah gila? Apa Edric ti

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 47

    Tiffany menjelaskan, “Bu Regina, kulitmu yang putih nan bersih dan tubuhmu yang tinggi sangat cocok dengan rubi. Di sisi lain, mutiara akan mempercantik gaun ungu yang kamu pilih untuk malam itu. Nggak mencolok, tapi tetap menunjukkan kelas dan statusmu.”Setelah mendengar penjelasan itu, Regina baru menatap Tiffany dengan tatapan penuh kekaguman. Di atas meja pendek di hadapannya, ada gambar gaun malam yang akan dia kenakan. Hanya Tiffany yang memperhatikannya selama setengah jam terakhir.Mata Regina tiba-tiba menunjukkan sedikit kejutan. Dia bertanya, “Bukannya kamu ...?”Tiffany yang tidak ingin Angie mengetahui hubungannya dengan Keluarga Hanson menanggapi dengan tenang, “Bu Regina, aku desainer dari Eternal, Tiffany. Aku datang bersama Bu Angie.”Regina yang cerdas segera memahami situasinya. Hubungan antara Keluarga Hanson dan Keluarga Wibowo di dunia bisnis sudah sangat erat. Jika Tiffany ingin menyembunyikan identitasnya, Regina merasa tidak masalah untuk membantunya.Regina p

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 46

    “Tiffany, kenapa bengong di situ? Ayo naik,” panggil Angie dari sisi lain.Tiffany tersadar dari lamunannya, lalu mengalihkan pandangannya dan mengikuti Angie. Kemudian, atasannya itu menjelaskan, “Lift di sana cuma untuk tamu VIP. Lift kita ada di sisi ini.”Penjelasan ini jelas bertujuan agar Tiffany tidak salah langkah dan menyinggung tuan rumah.Setelah naik, mereka tiba di lantai yang penuh cahaya terang. Saat ini, Tiffany baru menyadari bahwa ternyata banyak perusahaan-perusahaan desain lain yang hadir. Semua tamu dikumpulkan di sebuah ruang tamu.Pada saat ini, Angie membawa Tiffany mencari tempat duduk yang tidak mencolok, tetapi juga tidak terlalu di sudut. Angie memberi tahu, “Bu Regina akan berulang tahun ke-40 bulan depan. Dia mau tampil memukau di acara ulang tahunnya. Makanya, perhiasan ini sangat penting baginya. Kalau kita bisa dapatkan proyek ini, komisinya paling nggak akan capai 9 digit.”Angie melanjutkan dengan suara serius, “Semua orang di sini mutar otak untuk b

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 45

    “Bu Angie pasti sudah punya keputusan sendiri. Aku baru bergabung dengan perusahaan dan belum sepenuhnya paham sama sistem desain di Eternal. Dalam waktu sesingkat ini, aku belum bisa lihat perbedaannya,” jawab Tiffany dengan tenang.Mata Angie agak memicing dan sorot tajam di matanya perlahan mereda. Dia tahu Tiffany tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, dia memutuskan untuk tidak mengungkap hal itu lebih lanjut.Angie memberi tahu, “Rancangan desain perhiasan ini adalah permintaan istri Pak Arnold dari Grup Seresa. Tapi, hingga kini kami belum berhasil ciptakan desain yang sesuai dengan keinginannya. Makanya, proyek ini terus tertunda.”“Karena kamu sudah mampu menunjukkan beberapa poin yang bikin rancangan ini terlihat unik, aku serahkan desain ini padamu. Apa kamu sanggup?” tanya Angie.Tiffany yang baru masuk ke perusahaan sudah diberi tugas nyata, apalagi tugas yang berhubungan dengan Grup Seresa. Apabila istri Arnold puas, reputasi Tiffany di dunia desain pasti akan memelesat

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 44

    Tiffany menyadari bahwa rekan-rekannya hanya menunjukkan ekspresi iba terhadap Sanny, lalu kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.Ketika Sanny menyebut Angie sebagai “nenek sihir”, tidak ada reaksi besar dari orang yang lain. Mereka bahkan terlihat setuju. Kesan ini mirip seperti memberi guru sebuah julukan di masa sekolah.Sanny meregangkan lehernya, lalu berucap, “Perkenalkan diri dulu, aku Sanny.”Tiffany kembali duduk di kursinya. Dia membuka dokumen dan menjawab singkat, “Tiffany.”Sanny meliriknya dengan pandangan sinis, lalu mengejek, “Aku tahu siapa kamu. Kamu yang masuk ke sini lewat jalur orang dalam tanpa wawancara, 'kan?”“Biar kuingatkan, nggak peduli seberapa kuat koneksimu, di departemen desain Eternal terutama di bawah kendali Angie, cuma kemampuan yang dianggap penting. Kalau kamu nggak punya bakat, lebih baik minta pindah sendiri daripada mempermalukan diri di sini,” tambah Sanny.Tangan Tiffany yang sedang membolak-balik dokumen berhenti sejenak, tetapi dia tida

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 43

    Setelah setengah jam berlalu, Edric kembali ke kamar tidur dengan rambut yang sudah kering. Kali ini, dia tidak langsung memeluk Tiffany, melainkan hanya menunduk.Edric berucap dengan nada yang sulit ditebak, “Oke, Sayang. Aku bisa kasih kamu ruang pribadi, tapi kamu juga harus ingat siapa dirimu. Jaga jarak dengan pria lain selain aku.”Tiffany yang belum terlelap mendengar kalimat itu dengan sangat jelas. Di sisi lain, Edric menepuk ranjang di sampingnya. Suaranya mengandung perintah yang tak bisa dibantah ketika menambahkan, “Sini, mendekatlah.”Setelah bertahun-tahun berada di sisinya, Tiffany tahu tindakan ini disengaja. Edric hanya ingin melihat dia menurut dan tunduk di bawah kuasanya. Kebiasaan buruk ini tak pernah berubah dari kehidupan sebelumnya hingga sekarang.Tiffany sangat memahami sifatnya. Dia tahu Edric telah memberikan kelonggaran. Apabila dia masih keras kepala, dia tidak akan bisa menanggung konsekuensinya.Setelah berpikir begitu, Tiffany akhirnya bergerak mendek

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 42

    Edric tiba-tiba mendekat. Napasnya membawa aroma samar alkohol. Dia membalas, “Gimana kalau aku bilang itu bukan karena nggak sengaja?”Tiffany memandangnya, lalu menyadari bahwa jarak mereka terlalu dekat. Sorot mata pria itu begitu tajam. Garis tegas rahangnya menambah kesan dingin dan penuh tekanan. Seolah-olah pada saat itu, yang terlihat di matanya hanyalah hasrat untuk menguasai.Jantung Tiffany berdebar keras. Dia membuka mulut, tetapi suaranya terdengar sangat lemah dan rapuh ketika berucap, “Nggak mungkin.”Mendengar itu, Edric pun mengernyit. Dia meraih dan mendudukkan Tiffany di pangkuannya, lalu bertanya, “Kamu begitu percaya padaku?”Tiffany membeku di tempat. Piama tipis yang dikenakannya terasa seperti selembar kertas transparan yang sama sekali tidak memberikan perlindungan baginya.Baru bergerak sedikit, panas dari tubuh Edric terasa makin mendesak dan membuatnya tidak berani bergerak. Tiffany pun menunduk dan berusaha menghindari tatapan mengintimidasi itu.“Ya,” jawa

DMCA.com Protection Status