Share

Keanehan Keluarga Pacarku
Keanehan Keluarga Pacarku
Penulis: Cinta Murni

Bab 1

Penulis: Cinta Murni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 13:49:51
Pada tanggal 15 Desember.

Kami naik pesawat, kemudian berganti naik kereta, dilanjutkan dengan naik bus, lalu naik becak.

Terakhir, kami berjalan kaki hampir sepuluh kilometer.

Akhirnya, aku dan Jerry berdiri di depan rumah Jerry.

Aku memegangi lututku dan napasku tersengal-sengal saat mengamati rumah Jerry.

Rumah Jerry tidak kumuh seperti yang kubayangkan. Rumah Jerry hanyalah rumah bergaya kuno dengan dikelilingi paviliun di keempat sisinya, yaitu di sisi selatan, timur, barat, utara, dan ada halaman di tengahnya. Rumah ini khas rumah-rumah di daerah utara dan terlihat agak tua.

Memikirkan rumah-rumah yang jarang-jarang di desa yang barusan kulewati, rumah Jerry ini termasuk cukup bagus.

"Ayo, kita masuk." Jerry meraih tanganku dan memasuki rumah. Sambil berjalan, dia berteriak, "Bu, aku pulang. Lihat, siapa yang kubawa ke sini."

Begitu kata-kata Jerry tersebut terucap, seseorang bergegas keluar dari dalam rumah dan berlari ke arah kami dengan tergesa-gesa. "Aduh, Jerry sudah pulang. Akhirnya pulang juga. Ibu sudah lama menunggu."

Orang yang keluar itu adalah seorang wanita paruh baya. Fitur wajahnya sedikit mirip dengan Jerry. Wajahnya tampak menghitam karena terbakar matahari akibat bekerja keras selama bertahun-tahun.

Sepertinya wanita ini adalah ibunya Jerry.

Aku menelan ludah dengan gugup dan tersenyum. "Halo Bibi, aku Wanda Zainal. Aku pacarnya Jerry."

Mata Bu Astri tertuju padaku.

Untuk sesaat, perasaan dingin muncul di hatiku.

Namun, segera saja, Bu Astri tersenyum kepadaku. "Ini Wanda? Jerry sering sekali menceritakan tentang dirimu pada Bibi. Eh, senang sekali kamu datang ke sini. Ayo, cepat masuk."

Sambil berkata seperti itu, Bu Astri dengan antusias membantuku membawa barang-barang.

Aku menghela napas lega. Aku merasa perasaan yang barusan kurasakan pasti hanyalah ilusi karena aku terlalu lelah.

Memasuki rumah Keluarga Sabian ….

Di bawah atap rumah, duduk seorang gadis remaja. Dia tengah menyulam sol sepatu. Gadis itu bahkan tidak mengangkat kepalanya ketika melihat kami masuk.

Aku menatap Jerry dengan canggung. Aku tidak tahu apakah harus menyapa gadis itu atau tidak.

Akan tetapi, Jerry tidak memperhatikanku. Dia juga tidak melihat ke arah gadis itu. Jerry hanya sibuk bercakap-cakap dengan ibunya.

Diam-diam, aku menghela napas dan mengikuti mereka memasuki rumah.

Sebelum aku benar-benar memasuki rumah, aku kembali melirik ke arah gadis itu dan secara kebetulan mata kami saling bersirobok.

Aku langsung bergidik.

Mata macam apa itu? Dingin, tidak peduli, dan acuh tak acuh. Sama sekali tidak seperti manusia.

"Wanda, cepat masuk dan minum air. Kamu pasti haus di sepanjang perjalanan, 'kan?" Sebelum aku sempat memikirkannya, teriakan Jerry terdengar dari dalam rumah.

Aku pun buru-buru melangkah dengan cepat ke dalam rumah.

Aku tertegun saat melihat sekilas perabotan yang dipajang di dalam rumah. Semuanya terbuat dari kayu solid. Menurut sepengetahuanku, perabotan semacam ini, merupakan perabotan yang bernilai tinggi di pasaran.

Keluarga Jerry, bukanlah keluarga yang berkecukupan. Aku sudah mengetahui hal ini sejak lama.

Jerry sering menceritakan kepadaku mengenai kesulitan ibunya dalam membesarkan dirinya, termasuk kemiskinan serta keterbelakangan di desanya.

Namun, sekarang, melihat perabotan di rumahnya, sama sekali tidak mencerminkan jika mereka adalah orang miskin.

Aku tersenyum tipis. Dia sengaja berpura-pura susah untuk menarik simpatiku, 'kan? Benar-benar bodoh.

Setelah duduk sebentar, Bu Astri berdiri dan pergi memasak.

Aku tidak tahu harus berbuat apa dan ikut berdiri.

Jerry tersenyum dan menepuk tanganku. "Istirahat saja. Kamu pasti capek karena perjalanan ini. Aku akan membantu ibu memasak. Sebentar lagi juga selesai."

Jerry begitu perhatian, membuatku merasa tenang.

Aku pun tersenyum dan menganggukkan kepala.

Aku duduk diam di dalam rumah selama beberapa saat dan merasa tidak nyaman.

Setelah berpikir, aku pun keluar rumah dan berjalan menghampiri gadis itu. Aku berjongkok dan berkata sambil tersenyum, "Halo."

Gadis itu melirikku sekilas dan tidak menjawab. Dia terus saja menyulam sol sepatunya.

Aku merasa agak malu.

Aku kembali mengangkat mataku dan memperhatikannya dengan saksama.

Gadis ini terlihat begitu kurus dan lemah. Wajahnya halus dan cantik. Pakaiannya tidak pas dan banyak tambalan.

Memikirkan penampilan Jerry yang rapi serta perabotan kayu solid yang berharga di rumah mereka, aku merasakan ada kejanggalan yang tidak bisa diungkapkan di dalam hatiku.

Bab terkait

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 2

    "Wanda, kalian lagi ngobrolin apa?" Jerry menghampiriku dan bertanya sambil tersenyum padaku.Aku tersenyum canggung. "Aku mau menyapanya. Tapi, dia nggak peduli padaku."Jerry melirik gadis kecil itu sekilas dan berkata dengan dingin, "Nggak usah dihiraukan. Dia itu bisu, nggak bisa ngomong."Aku tertegun dan menatap gadis kecil itu dengan penuh simpati.Gadis kecil itu melirik ke arah kami saat mendengar kata-kata tersebut. Tatapan sinis melintas di matanya. Kemudian, dia kembali menundukkan kepalanya.Tanpa sadar, aku melihat ke arah Jerry. Namun, sepertinya Jerry tidak melihat tatapan mata gadis itu. Dia malah meraih tanganku untuk masuk ke rumah.Aku terdiam sesaat dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan lembut, "Jerry, siapa gadis itu?"Jerry merasa ragu-ragu untuk sesaat, lalu berkata dengan tidak sabar, "Dia itu adikku. Otaknya bermasalah sejak kecil, Jadi, nggak usah dipedulikan. Ayo, kita masuk. Ibu nggak mengizinkanku untuk membantunya dan memintaku untuk men

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 3

    Di dapur, Yenny tengah menyingsingkan lengan bajunya dan mencuci piring.Aku bertanya kepadanya dengan lembut, "Mau kubantu?"Yenny tampak terkejut. Piring di tangannya jatuh ke wastafel dengan suara yang begitu nyaring.Yenny terlihat panik dan terus melambaikan tangannya, memberi isyarat jika dia tidak membutuhkan bantuanku. Melihatku mendekat, dia malah mundur beberapa langkah.Mataku tiba-tiba tertuju pada lengan Yenny. Dengan lengan bajunya yang tergulung ke atas, memperlihatkan banyak bekas luka berwarna merah dengan tingkat kejelasan warna yang berbeda-beda di lengannya tersebut.Mataku menjadi muram. Aku ingin melangkah maju untuk menarik tangannya dan bertanya kepadanya."Wanda, kamu sedang apa?" Suara Jerry terdengar dari arah belakang.Tubuhku langsung menegang.Yenny yang berada di depanku buru-buru melirikku sekilas dan menggelengkan kepalanya sedikit kepadaku. Kemudian, Yenny cepat-cepat menurunkan lengan bajunya untuk menutupi bekas luka berwarna merah tersebut dan menun

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 4

    Aku tengah meringkuk di tempat tidur dan baru saja mengirimkan pesan dengan suara ketukan yang cepat di layar ponselku, ketika tiba-tiba saja Jerry datang dan bertanya padaku, "Kamu mengirim ke siapa?"Aku buru-buru menghapus riwayat obrolan dan berkata, "Aku sedang mencari teman untuk main gim. Aku benar-benar merasa bosan."Jerry tersenyum. "Aku akan menemanimu."Aku merasa terharu dan langsung memeluk Jerry. "Kamu memang pacar yang terbaik."Jerry mendorongku agar menjauh. "Sudah, sudah. Duduk yang baik. Kamu itu memang konyol."Aku menjulurkan lidah dan menunjukkan ekspresi lucu ke arahnya.Jerry pun terlihat tidak berdaya.Kami bermain gim sepanjang pagi, lalu makan siang. Setelah makan, kami kembali meringkuk di atas tempat tidur.Aku merasa tidak bisa lagi terus meringkuk di atas tempat tidur.Aku pun menggoyang-goyangkan lengan Jerry. "Jerry, ayo kita pergi ke toko swalayan.""Ke kota terlalu jauh. Pulang pergi bisa makan waktu empat sampai lima jam. Kalau kita berangkat sekara

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 5

    Aku tidak tidur semalaman.Untungnya, Jerry tidak pernah tidur bersamaku.Jika tidak, keadaanku ini pasti akan ketahuan.Selama tiga tahun berpacaran, Jerry tidak pernah menyentuhku. Selama ini, aku selalu menganggap tindakannya tersebut sebagai ciri pria sejati. Namun, pada titik ini, aku harus lebih memikirkannya lagi.Melihat lingkaran hitam di kedua mataku, Jerry pun bertanya sambil menyunggingkan senyuman di bibirnya. "Kenapa? Apa tidurmu nggak nyenyak?"Aku menunduk dan menjawab dengan lemah, "Hmm, mungkin karena kemarin ketakutan, jadinya aku mimpi buruk semalaman.""Bagaimana kalau aku kembali menghajar Yenny untuk melampiaskan amarahmu?" Senyum di wajah Jerry terlihat penuh makna.Aku langsung terbelalak. "Nggak usah, nggak usah. Mungkin itu karena aku tiba-tiba masuk, sehingga membuatnya ketakutan, jadi dia … dia nggak apa-apa, 'kan?""Nggak apa-apa. Dia jauh lebih baik darimu. Dia cuma perlu dihajar," kata Jerry dengan acuh tak acuh.Namun, aku merasa takut mendengarnya.Aku

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 6

    Aku pun berkata dengan ragu-ragu, "Aku nggak kenal dia. Mana mungkin aku minta pembalut padanya? Aku juga nggak bisa ngomong pakai bahasa daerah sini. Bagaimana kalau kamu saja yang mintakan untukku?"Jerry melambaikan tangannya. "Aku ini laki-laki. Mana mungkin berani minta pembalut padanya? Aku akan mengantarmu ke sana. Bicaralah padanya. Dia bisa mengerti yang kamu katakan."Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat dan tidak merasakan sakit saat kuku-kuku tanganku menancap ke telapak tanganku.Jerry menuntunku keluar dari pintu dan pamannya buru-buru memanggilnya, "Jerry, kamu mau ke mana?""Mengantarnya ke toilet," jawab Jerry.Pamannya Jerry langsung tertawa terbahak-bahak. "Kenapa kamu mengikuti wanita pergi ke toilet? Biar dia pergi sendiri."Jerry merasa ragu-ragu untuk sesaat. "Tapi ….""Apa yang kamu takutkan? Dia nggak akan bisa kabur. Di pintu depan ada anjing, pintu lainnya juga sudah tertutup rapat." Pamannya Jerry melambaikan tangan dengan acuh tak acuh.Jerry pun berhenti di

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 7

    Aku bersembunyi di toilet dan buru-buru mengirim pesan, sebelum kembali ke rumah utama.Agar Jerry tidak curiga, aku tidak berani menunjukkan sikap yang berbeda sedikit pun.Saat makan, Jerry makan dengan lahap dan minum beberapa gelas lagi.Dalam perjalanan pulang, aku memegangi Jerry yang agak mabuk dan berkata dengan ragu-ragu, "Jerry, aku rindu rumah.""Rindu rumah? Anak baik, sebentar lagi kamu nggak perlu memikirkan rumah." Tatapan Jerry yang tertuju padaku membuatku menggigil.Aku berpura-pura tidak mengerti. Aku menundukkan mataku dan berkata, "Jerry, bagaimana kalau aku pulang saja? Ayah dan ibu yang merayakan tahun baru di rumah pasti sangat merindukanku."Jerry langsung mencengkeram tanganku kuat-kuat. "Mana bisa seperti itu? Butuh banyak usaha untuk sampai ke sini."Aku langsung merasa kecewa."Anak baik, nggak lama lagi, nggak lama lagi …."Aku kembali menggigil tertiup angin dingin. Jalanku menjadi makin sulit.Semoga saja, semoga saja ….Aku menghela napas dalam hati.Be

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 8

    Dengan erangan tertahan, pria itu memegangi kepalanya dan perlahan ambruk ke lantai.Tanganku yang memegang batu bata bergetar saat aku menurunkannya."Apa yang terjadi?" Mungkin karena suara jatuhnya pria itu agak terlalu keras, sehingga membuat Bu Astri bertanya dari luar.Aku terkejut dan langsung berteriak. Kemudian, aku juga membalikkan kursi dengan mudahnya.Tidak ada lagi suara di luar sana.Aku memandangi pria yang tergeletak di lantai itu, menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan perlahan ke pintu untuk menguncinya.Kemudian aku kembali, mencari-cari di sekitar, dan akhirnya memotong penutup sofa menjadi potongan-potongan dengan menggunakan mata anak panah. Lalu, aku mengikat pria itu dengan erat dengan menggunakan potongan-potongan penutup sofa tersebut dan menyumpal mulutnya dengan kain.Aku sedikit merasa lega setelah menyelesaikan semua itu.Aku mengeluarkan ponsel cadangan dari lapisan terdalam pakaianku dan menelepon seseorang. Setelah dua dering, Yudha pun menjawab tele

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 9

    Setelah kembali terdiam sekitar satu sampai dua menit, Jerry pun berkata dengan suara pelan, "Wanda, keluarlah. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Aku juga punya alasan tersendiri."Aku menggelengkan kepalaku. Sambil menangis, aku pun berkata, "Aku sudah nggak percaya lagi padamu. Jerry, ceritakan dulu padaku. Kalau memang kamu punya alasan tersendiri, mungkin aku bisa memaafkanmu."Kata-kata ini, aku sendiri saja tidak memercayainya.Namun, Jerry sepertinya memercayainya. Atau, mungkin dia yakin jika aku tidak bisa melarikan diri.Jerry sepertinya bersandar di pintu dan berkata dengan enggan, "Nggak masalah untuk memberitahumu. Bagaimanapun, kamu nggak bisa lari. Wanda, kamu terlalu waspada. Awalnya, aku berencana menyerahkanmu setelah Tahun Baru. Tapi, konflik antara Yenny dan dirimu semalam membuatku nggak tenang. Ditambah lagi, ekspresimu di rumah pamanku tadi pagi juga nggak biasa. Kalau nggak, mungkin kamu masih bisa menjalani kehidupan yang baik selama beberapa hari lagi."D

Bab terbaru

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 14

    Lima hari kemudian, aku kembali ke Kota Andar dengan ditemani oleh Haris, sementara Tania diantar oleh Kak Tina kembali ke rumahnya di Kota Bimar.Haris membawaku terlebih dahulu ke kantor polisi setempat, lalu bersama seorang polisi setempat, kami pergi ke rumahku.Mereka juga membawa pergi ayahku.Ibuku sangat terkejut.Saat aku dengan mata merah menceritakan semua yang terjadi, ibuku juga ikut berlinang air mata. "Syukurlah, syukurlah, Wanda bisa kembali. Kalau nggak, aku juga nggak tahu bagaimana bisa bertahan hidup. Manusia bernama Zainal itu ternyata seperti itu cara dia memutuskan hubungan. Benar-benar lebih buruk dari binatang. Aku harus menceraikannya."Baru pada saat itulah ibuku menceritakan sesuatu yang telah dipendamnya selama lebih dari dua puluh tahun.Ternyata, ketika ibu baru mengandungku, ibu mendapati ayahku berselingkuh. Bahkan, perselingkuhan itu sudah berlangsung beberapa tahun dan wanita itu lebih dulu hamil dibanding ibu.Ibuku begitu marah hingga ingin menggugu

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 13

    Malam itu, setelah selesai memberikan keterangan, aku duduk di bangku luar kantor polisi menunggu Kak Tina.Kak Tina tidak tenang meninggalkanku sendirian. Dia mengatakan bahwa malam ini dia akan tidur bersamaku di hotel.Haris mendudukkan pantatnya di sampingku. "Kamu … jangan takut, jangan sedih."Aku perlahan menoleh dan menatapnya.Baru setelah beberapa lama, aku pun berkata dengan lembut, "Oke, aku nggak akan takut. Dengan adanya kalian, aku merasa tenang. Aku juga nggak sedih."Haris menatapku dengan tidak percaya.Aku tersenyum tipis. "Jangan nggak percaya begitu. Semua kekecewaan dan kesedihan yang kurasakan kepada Jerry telah habis lebih dari setahun yang lalu, dan benar-benar habis oleh rusaknya kepribadiannya yang dilakukannya berkali-kali. Sejujurnya, aku masih sangat berterima kasih kepada Yudha. Kalau dia nggak menggangguku untuk meyakinkanku, aku mungkin nggak tahu siapa sebenarnya Jerry dan mungkin hari ini aku sudah terjual olehnya."Haris menepuk pundakku. "Oke, nggak

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 12

    Bersamaan dengan suara "brak", pintu didobrak dengan keras hingga terbuka.Pria di atasku bergumam, "Jerry, keluar. Paman sudah baik-baik saja sekarang. Kamu bisa masuk lagi setelah aku menangani wanita jalang busuk ini. Jangan khawatir, uangnya pasti …."Aku melihat ke arah pintu dengan tertegun.Aku hampir menangis saat melihat orang yang datang itu.Yudha dan yang lainnya akhirnya datang.Seorang petugas polisi beberapa kali menendang pria itu agar menjauh dari diriku. Kemudian, dia mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. "Nggak apa-apa, nggak apa-apa. Jangan takut, kami di sini."Setelah merasa takut dan panik yang begitu hebat, emosiku pun akhirnya meledak.Aku tidak bisa menahan diri lebih lama lagi dan langsung melompat ke pelukan polisi itu sambil berteriak, "Huwaaa!".Polisi itu tampak tertegun. Kemudian, dia menepuk-nepuk punggungku dengan kaku. "Jangan nangis, jangan nangis."Aku tidak bisa mendengar apa pun. Perasaan seperti hidup kembali setelah mengalami musibah memb

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 11

    Aku mengeluarkan ponselku dengan cemas. Dua puluh sembilan menit sudah berlalu.Yudha, kenapa kalian belum datang?Mungkin, kenangan dan cerita ini membuat Jerry merasa sangat kesal hingga mulai menggedor pintu dengan keras. "Wanda, buka pintunya! Kalau kamu nggak mau membuka pintunya, aku akan mendobraknya!"Aku menelan ludah. "Jerry, dari apa yang kamu katakan, berarti kita ini saudara tiri?""Saudara omong kosong. Aku nggak mau bersaudara dengan orang munafik sepertimu. Wanda, cepat buka pintunya. Jangan bicara omong kosong denganku."Aku sengaja berkata dengan suara keras, "Pantas saja sudah berpacaran selama tiga tahun, kamu nggak mau menciumku. Aku sempat mengira kalau kamu itu homo.""Wanda, kamu memang sama hinanya dengan mereka. Apa kamu benar-benar membutuhkan seorang pria? Bagaimana dengan pria yang kutemukan ini untukmu?"Suara Jerry menjadi tajam dan agak berubah. Dia juga menggedor pintu lebih keras lagi.Aku langsung merasa ketakutan.Pada titik ini, Bu Astri tiba-tiba b

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 10

    Aku mencengkeram erat batu bata di tanganku, lalu berdeham dan berkata, "Jerry, aku nggak tahu berapa banyak kebenaran dari yang kamu katakan itu. Tapi, meski itu benar, tetap saja nggak bisa jadi alasan untuk menyakiti orang lain.""Apa kamu nggak pernah dengar, ketika menyelesaikan perselisihan, seseorang nggak boleh melibatkan pihak ketiga? Apa kamu nggak pernah dengar, utang ayah harus dibayar anaknya?" balas Jerry.Aku tertawa dan berkata kepadanya dengan sinis, "Kalau begitu, dari apa yang kamu katakan, ayah Tania juga sudah menyakiti ibumu?""Kamu kenal Tania? Pantas saja menurutku reaksimu aneh. Hehehe. Tapi, itu nggak masalah. Tania pantas mendapatkannya."Kakiku tanpa sadar menggesek lantai. "Oh? Kenapa dia pantas mendapatkannya? Aku khawatir dia cuma seorang gadis malang yang jatuh ke tanganmu.""Dia membunuh Susanku, membunuh Susanku. Aku sudah bilang padanya, kalau aku nggak menyukainya. Aku sudah punya orang yang kusukai. Tapi, wanita jahat ini, dia justru membunuh Susan.

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 9

    Setelah kembali terdiam sekitar satu sampai dua menit, Jerry pun berkata dengan suara pelan, "Wanda, keluarlah. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Aku juga punya alasan tersendiri."Aku menggelengkan kepalaku. Sambil menangis, aku pun berkata, "Aku sudah nggak percaya lagi padamu. Jerry, ceritakan dulu padaku. Kalau memang kamu punya alasan tersendiri, mungkin aku bisa memaafkanmu."Kata-kata ini, aku sendiri saja tidak memercayainya.Namun, Jerry sepertinya memercayainya. Atau, mungkin dia yakin jika aku tidak bisa melarikan diri.Jerry sepertinya bersandar di pintu dan berkata dengan enggan, "Nggak masalah untuk memberitahumu. Bagaimanapun, kamu nggak bisa lari. Wanda, kamu terlalu waspada. Awalnya, aku berencana menyerahkanmu setelah Tahun Baru. Tapi, konflik antara Yenny dan dirimu semalam membuatku nggak tenang. Ditambah lagi, ekspresimu di rumah pamanku tadi pagi juga nggak biasa. Kalau nggak, mungkin kamu masih bisa menjalani kehidupan yang baik selama beberapa hari lagi."D

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 8

    Dengan erangan tertahan, pria itu memegangi kepalanya dan perlahan ambruk ke lantai.Tanganku yang memegang batu bata bergetar saat aku menurunkannya."Apa yang terjadi?" Mungkin karena suara jatuhnya pria itu agak terlalu keras, sehingga membuat Bu Astri bertanya dari luar.Aku terkejut dan langsung berteriak. Kemudian, aku juga membalikkan kursi dengan mudahnya.Tidak ada lagi suara di luar sana.Aku memandangi pria yang tergeletak di lantai itu, menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan perlahan ke pintu untuk menguncinya.Kemudian aku kembali, mencari-cari di sekitar, dan akhirnya memotong penutup sofa menjadi potongan-potongan dengan menggunakan mata anak panah. Lalu, aku mengikat pria itu dengan erat dengan menggunakan potongan-potongan penutup sofa tersebut dan menyumpal mulutnya dengan kain.Aku sedikit merasa lega setelah menyelesaikan semua itu.Aku mengeluarkan ponsel cadangan dari lapisan terdalam pakaianku dan menelepon seseorang. Setelah dua dering, Yudha pun menjawab tele

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 7

    Aku bersembunyi di toilet dan buru-buru mengirim pesan, sebelum kembali ke rumah utama.Agar Jerry tidak curiga, aku tidak berani menunjukkan sikap yang berbeda sedikit pun.Saat makan, Jerry makan dengan lahap dan minum beberapa gelas lagi.Dalam perjalanan pulang, aku memegangi Jerry yang agak mabuk dan berkata dengan ragu-ragu, "Jerry, aku rindu rumah.""Rindu rumah? Anak baik, sebentar lagi kamu nggak perlu memikirkan rumah." Tatapan Jerry yang tertuju padaku membuatku menggigil.Aku berpura-pura tidak mengerti. Aku menundukkan mataku dan berkata, "Jerry, bagaimana kalau aku pulang saja? Ayah dan ibu yang merayakan tahun baru di rumah pasti sangat merindukanku."Jerry langsung mencengkeram tanganku kuat-kuat. "Mana bisa seperti itu? Butuh banyak usaha untuk sampai ke sini."Aku langsung merasa kecewa."Anak baik, nggak lama lagi, nggak lama lagi …."Aku kembali menggigil tertiup angin dingin. Jalanku menjadi makin sulit.Semoga saja, semoga saja ….Aku menghela napas dalam hati.Be

  • Keanehan Keluarga Pacarku   Bab 6

    Aku pun berkata dengan ragu-ragu, "Aku nggak kenal dia. Mana mungkin aku minta pembalut padanya? Aku juga nggak bisa ngomong pakai bahasa daerah sini. Bagaimana kalau kamu saja yang mintakan untukku?"Jerry melambaikan tangannya. "Aku ini laki-laki. Mana mungkin berani minta pembalut padanya? Aku akan mengantarmu ke sana. Bicaralah padanya. Dia bisa mengerti yang kamu katakan."Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat dan tidak merasakan sakit saat kuku-kuku tanganku menancap ke telapak tanganku.Jerry menuntunku keluar dari pintu dan pamannya buru-buru memanggilnya, "Jerry, kamu mau ke mana?""Mengantarnya ke toilet," jawab Jerry.Pamannya Jerry langsung tertawa terbahak-bahak. "Kenapa kamu mengikuti wanita pergi ke toilet? Biar dia pergi sendiri."Jerry merasa ragu-ragu untuk sesaat. "Tapi ….""Apa yang kamu takutkan? Dia nggak akan bisa kabur. Di pintu depan ada anjing, pintu lainnya juga sudah tertutup rapat." Pamannya Jerry melambaikan tangan dengan acuh tak acuh.Jerry pun berhenti di

DMCA.com Protection Status