Share

Bab 3

Penulis: Dwi Kartika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 13:26:43
Ketika aku menginterogasi Alde dengan menunjukkan bukti-bukti di ponsel, dia malah memakiku, "Siapa suruh kamu lihat isi ponselku? Ini privasiku! Kamu nggak bisa memberiku sedikit ruang?"

Padahal saat kami pacaran, Alde bilang dia senang melihatku memeriksa ponselnya. Dengan begini, dia bisa menunjukkan bahwa tidak ada wanita lain di dalam hatinya.

Sepuluh tahun kemudian, pria ini malah memarahiku bertindak tidak masuk akal. Pertengkaran kami membangunkan putraku yang tidur di kamar sebelah.

Putraku yang masih mengantuk, menatapku dengan takut. Katanya, dia mau ayahnya dan Kak Tasya. Dia hanya tidak mau ibu yang telah membesarkannya dengan susah payah.

Seketika, kegetiran menyelimuti hatiku. Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Sesaat kemudian, aku menatap putraku yang bersembunyi di belakang Alde dan bertanya, "Winston, kamu mau Ayah atau Ibu?"

Alhasil, putraku menjawab dia tidak mau ibu yang galak. Dia mau Tasya menjadi ibunya. Aku sungguh kecewa dan akhirnya berkemas untuk meninggalkan vila.

Perang dingin ini berlangsung selama tiga bulan. Ketika mengetahui aku hamil lagi, aku bahkan ingin menggugurkan kandunganku.

Namun, aku teringat Alde terus mengatakan dirinya menginginkan anak perempuan dan Winston menginginkan adik perempuan. Aku lantas mengalah dan memutuskan untuk mencari mereka lagi.

Siapa sangka setelah pulang, aku dan anakku malah mati hanya karena mereka ingin menyenangkan hati Tasya.

Mungkin karena tekadku terlalu kuat, rohku terbang ke sisi Alde. Aku melihat ketiga orang ini sedang larut dalam suasana harmonis.

Winston yang selalu membangkang malah menatap Tasya yang baru dikenalnya selama dua bulan dengan tatapan penuh kekaguman. Dia bertepuk tangan untuk Tasya.

Sementara itu, Alde mengelus kepala Tasya dan berkata, "Sepertinya aku harus mengganti nama kontakmu jadi si Cerdas."

Wajah Tasya tersipu karena pujian Alde. Dia menyahut dengan manja, "Semua ini karena instruksimu. Kamu sampai membakar vila untukku. Lain kali aku bakal melakukannya lebih baik lagi."

Lebih baik lagi? Aku tersenyum mencela menatap vila yang masih terbakar. Mungkin, saat ini jasadku sudah jadi abu.

Bab terkait

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 4

    Ketika ketiga orang itu masih larut dalam kebahagiaan, para tetangga yang ketakutan pun menelepon pemadam kebakaran. "Ada kebakaran besar di Kompleks Emerald. Kenapa kalian cuma mengirim satu mobil pemadam kebakaran? Kalian kira ini masalah sepele?"Staf yang menjawab panggilan termangu sesaat sebelum menjelaskan, "Kami nggak menerima panggilan dari Kompleks Emerald. Apa terjadi kebakaran di sana? Aku akan segera mengirim anggota ke sana."Tidak berselang lama, ponsel Alde berdering. "Kompleks Emerald ya? Aku lagi di sini kok. Nggak ada korban. Kalian nggak usah repot-repot kemari."Orang di ujung telepon masih ingin berbicara, tetapi Alde mengatakan bahwa dirinya yang akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Setelah memastikan tidak ada korban, orang itu mengakhiri panggilan dan mengurungkan niat untuk mengirim anggota.Karena Alde menyalakan pengeras suara, Tasya mendengar jelas perdebatan mereka. Dia mengernyit dan berpura-pura menyesal. "Pak, kamu nggak bakal dihukum karena mas

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 5

    Jelas sekali, Alde merasa risau setelah membaca pesanku. Setidaknya, ekspresinya tidak terlihat senang sepanjang perjalanan. Alisnya terus berkerut. Dia tampak tidak bisa diganggu.Winston yang cerewet sekalipun tahu ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara. Sementara itu, Tasya menyentuh lengan Alde dengan hati-hati dan bertanya, "Kamu kenapa?"Pertanyaan Tasya yang dipenuhi perhatian membuat ekspresi Alde membaik. "Nggak apa-apa. Cuma ada sedikit masalah yang buat aku kesal."Bagus! Aku senang melihatnya tidak senang! Atas dasar apa dia bisa bercanda dengan rekan kerja wanitanya, sedangkan aku hanya bisa melayani ayah dan anak ini di rumah? Aku berbohong tentang perselingkuhanku, tetapi aku ingin membuat Alde tidak bisa tidur nyenyak."Kamu bilang teriak saja kalau lagi kesal. Kemudian, hadapi dan atasi masalahmu. Kenapa sekarang malah kamu yang kesulitan melakukannya?" Ketika mendengar ucapan Tasya ini, aku sontak merasa sesak, seolah-olah akan mati sekali lagi.Saat Alde berparti

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 6

    Karena tugas lebih penting, Alde yang ingin makan bersama Tasya terpaksa kembali ke Kompleks Emerald dengan tergesa-gesa.Api belum padam sepenuhnya. Sebelum petugas pemadam kebakaran tiba, vila telah terbakar oleh lautan api. Jendela pecah dan hancur berkeping-keping. Perabotan di dalam pun rusak.Teriakan para tetangga bersatu dengan sirene mobil pemadam kebakaran. Komandan yang datang lantas menghardik Alde karena tidak becus belakangan ini."Sebenarnya kamu ngapain saja belakangan ini? Banyak rekan bilang kamu nggak fokus bekerja! Memangnya kamu nggak tahu betapa bahayanya api yang belum padam? Apalagi, ini vilamu! Kamu seharusnya introspeksi diri!""Pak Alde nggak sengaja ...," bela Tasya saat melihat Alde yang disukainya dibentak habis-habisan."Kamu juga sama! Kamu lambat seperti kura-kura! Sebelum kamu datang, orang sudah mati duluan! Waktu adalah uang. Makin cepat, makin banyak orang yang tertolong," sergah komandan yang sama sekali tidak peduli pada tingkah manja Tasya.Ketik

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 7

    Alde membungkuk untuk memungutnya, lalu berkata, "Aku bantu simpankan cincin ini dulu. Nanti kukembalikan kepada anggota keluarganya."Alde seperti menyadari sesuatu. Dia buru-buru mendekati reruntuhan dan memandang rumah yang ditempatinya sekitar tujuh tahun. Sambil menggigit bibirnya, tatapannya terlihat linglung.Kemudian, Alde menatap seorang rekan kerjanya yang masih membersihkan lokasi kebakaran dan bertanya dengan serius, "Apa rumah ini masih bisa direnovasi?"Tatapan Alde seketika menjadi agak getir. Sebelum rekan kerjanya menjawab, Tasya mendekat dan bertanya, "Kamu ngapain? Semua sudah beres. Kita sudah bisa pergi makan, 'kan?"Perkataan Tasya yang dipenuhi semangat ini jelas terdengar aneh di tengah suasana berduka. Max menegur Tasya dengan mata memerah, "Ada yang meninggal karena kebakaran ini. Apa kamu nggak bisa menghargai korban sedikit?"Tasya malah tidak merasa bersalah. Dia mendongak, meskipun para petugas menatapnya dengan tatapan kesal. "Apa urusannya denganku? Pak

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 8

    Max sungguh kesal melihat tingkah mereka. Ketika dia masih ingin berbicara, Alde yang berdiri di samping menyela, "Sudahlah, aku sudah melapor sebelum pakai mobil pemadam kebakaran. Lagian, bukan cuma rumahku yang terbakar. Sebaiknya kamu periksa rumah orang lain."Alde menggendong Winston, lalu berkata kepada Tasya, "Semua sudah beres. Ayo kita pergi makan."Sikap mereka yang sombong membuat Max makin berang. Dia menendang tas di sampingnya yang tidak terbakar menjadi abu. Itu adalah tas yang terbuat dari bahan tahan api, yang diberikan Alde kepadaku saat melamarku."Nyla, sekarang aku belum bisa memberimu kehidupan kaya. Tapi, cintaku cuma untukmu. Cintaku akan seperti tas ini yang nggak akan pernah hancur." Ini adalah janji Alde saat melamarku.Tas itu memang tidak hancur, tetapi Alde sama sekali tidak memperhatikannya sejak tadi. Jika Alde benar-benar memperhatikan, dia akan tahu aku sempat pulang ke rumah ini. Namun, faktanya Alde tidak peduli.Tas itu pun bergelinding karena tend

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 9

    Selesai makan, Tasya berterima kasih kepada Alde karena sudah membantunya. Kemudian, dia mengajak ayah dan anak itu menginap di rumahnya. "Kak Nyla lagi ngambek. Setelah suasana hatinya baik, dia bakal pulang. Nginap di rumahku saja."Winston melahap mangga dengan puas sambil menyetujui ajakan Tasya. "Kak Tasya, kamu benaran nggak bisa jadi ibuku? Ibuku nggak pernah kasih aku makan mangga.""Kenapa begitu? Pelit sekali. Lain kali makan di rumahku saja. Aku belikan banyak mangga untukmu," timpal Tasya.Ketika melihat suasana harmonis ini, aku merasa putraku benar-benar tidak tahu diri. Jelas-jelas aku melarangnya karena dia alergi terhadap mangga. Aku sudah mati, tetapi hatiku masih bisa merasakan sakit.Malam harinya, Alde dan Tasya tidak seranjang. Namun, aku yakin semua ini hanya karena Winston mengikuti mereka. Alde pasti malu jika putranya melihatnya melakukan sesuatu yang tidak senonoh.Pukul 3 dini hari, Alde masih tidak tidur. Di kamar yang gelap gulita, cahaya layar ponsel meny

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 10

    Reaksi alergi akibat makan mangga akhirnya datang. Muncul sejumlah besar bintik merah pada tubuh Winston. Dia mulai merasa sesak napas, bahkan muntah.Alde menyadari kejanggalan ini. Dia segera menyalakan lampu, lalu menggendong Winston untuk membawanya ke rumah sakit.Sesudah keluar dari kamar, Alde tanpa sadar berteriak ke arah kamar utama, "Nyla, Winston sakit parah! Cepat keluar!"Namun, yang keluar malah Tasya yang wajahnya masih memakai riasan. Dia memakai piama tipis bertali. Saat melihat Tasya mengernyit, Alde baru menyadari dirinya salah bicara.Setelah meminta maaf, Alde menolak Tasya yang hendak pergi ke rumah sakit bersamanya. Untung saja, dia tidak terlambat dan nyawa Winston masih terselamatkan.Dokter menatap Winston yang tertidur lelap dengan tatapan iba, lalu menegur Alde yang tidak bertanggung jawab, "Anakmu sudah besar. Masa kamu nggak tahu dia alergi mangga? Kalau bukan karena muntah banyak, dia mungkin bakal kritis malam ini."Alde hanya menunduk dan minta maaf, ju

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 12

    Alde duduk di ruang kantornya dan mengeluarkan cincin itu dari sakunya lagi."Orang-orang bilang kamu sudah mati. Aku nggak percaya. Nyla, kamu hebat sekali. Ada begitu banyak orang yang bersandiwara untukmu. Kamu ingin pura-pura mati supaya bisa bersama selingkuhanmu? Jangan mimpi!"Alde menatap cincin itu sambil memakiku dan mengatakan tidak akan melepaskanku. Namun, untuk apa dia menangis?Setelah duduk cukup lama di ruang kantornya, Alde mendatangi Max yang sedang diperban."Dia ... di mana?""Jenazah masih di kamar mayat. Kamu ke sana saja."Beberapa saat kemudian, terdengar suara serak. "Maaf, tadi aku sudah salah."Tanpa menunggu balasan Max, Alde langsung pergi ke kamar mayat. Di kamar mayat yang begitu luas, hanya ada jasadku.Tatapan Alde tertuju pada kain putih itu. Dia sama sekali tidak bergerak.Sementara itu, aku justru menantikan bagaimana reaksinya setelah melihat jenazahku. Apakah Alde akan senang karena dia bisa menikahi Tasya atau dia akan meneteskan air mata untukku

Bab terbaru

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 15

    Setelah pulang, Alde mengadakan upacara pemakaman untukku. Orang tuaku menangis sedih. Mereka menyuruh Alde mengembalikan putri mereka. Alde hanya bisa terdiam, membiarkan orang tuaku memukulnya.Setelah semua berakhir, Alde mengemas barang-barang Winston dan mengantarnya ke rumah orang tuaku. Dia juga mentransfer sejumlah besar uang kepada orang tuaku.Ketika mengurus prosedur mengundurkan diri dari kantor pemadam kebakaran, Alde tidak lupa mengambil tas tahan api itu dari Max. Sesudah itu, dia membuat janji dengan Tasya.Tasya mengira Alde telah menyadari kesalahannya dan masih mencintainya. Dia pun berdandan dengan sepenuh hati.Siapa sangka, begitu mereka bertemu, Alde langsung menikamnya lebih dari sepuluh kali. Tasya berbaring tak berdaya di lantai sambil menanyakan alasan Alde membunuhnya.Alde seperti mendengar lelucon terkonyol di dunia. Dia tertawa dan mencabut pisau yang menikam dada Tasya, lalu memberinya tikaman fatal untuk mengakhiri hidupnya.Darah menciprat ke wajah Ald

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 14

    Alde menggenggam hasil USG itu dengan erat. Kepalanya tertunduk. Dia tidak bisa berkata-kata.Tasya mengira posisinya sudah aman. Dia menggigit bibirnya karena merasa cemburu. Kemudian, dia bertanya dengan manja, "Pak Alde, bukannya kamu nggak suka anak kecil? Kalau bukan karena Kak Nyla ingin punya anak, kalian nggak mungkin punya anak, 'kan?""Tutup mulutmu!" Alde menendang Tasya hingga membuatnya terjatuh.Aku menatap Tasya yang meringkuk kesakitan, tetapi tidak bisa merasa senang sedikit pun. Lagi pula, Alde sangat melindungi Tasya di hadapanku dulu. Kini, dia mencampakkan Tasya begitu saja.Tasya tidak pernah diperlakukan sekasar ini oleh Alde. Dia mencengkeram perutnya dan berteriak dengan tidak percaya, "Atas dasar apa kamu menendangku? Aku nggak buat salah kok!""Semalam kamu melihat Nyla pulang, 'kan?""Nggak ada! Aku nggak lihat apa-apa! Kamu yang bilang vilamu sudah tua, jadi dibakar juga nggak masalah! Kenapa malah marah-marah padaku sekarang?"Tasya berderai air mata sambi

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 13

    Setelah keluar dari kamar mayat, Alde terlihat jauh lebih tenang. Dia mengantar jenazahku ke krematorium, lalu bergegas ke rumah sakit dengan membawa guci abuku yang masih hangat.Saat ini, Tasya sedang menjaga Winston yang diopname karena alergi. Winston menangis dan melemparkan makanan cepat saji yang dibeli Tasya dari minimarket. "Aku nggak mau makan ini! Aku mau bubur seafood buatan Ibu!"Setiap kali masak bubur seafood, aku selalu bangun pukul 5 pagi untuk membeli seafood segar dan memasaknya pagi-pagi sekali. Setelah sakit, putraku baru teringat pada ibu kandungnya."Terserah mau makan atau nggak! Aku nggak sebaik ibumu yang bisa meladenimu saat tantrum!" bentak Tasya yang mengira Alde tidak akan kembali ke rumah sakit secepat ini.Winston menangis ketakutan melihat penampilan galak Tasya. "Aku nggak suka kamu lagi! Aku mau ibuku saja! Aku mau pulang! Ibu nggak segalak ini padaku!"Ternyata putraku juga mengerti arti sesungguhnya dari galak. Lantas, mengapa dia begitu mudah dihas

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 12

    Alde duduk di ruang kantornya dan mengeluarkan cincin itu dari sakunya lagi."Orang-orang bilang kamu sudah mati. Aku nggak percaya. Nyla, kamu hebat sekali. Ada begitu banyak orang yang bersandiwara untukmu. Kamu ingin pura-pura mati supaya bisa bersama selingkuhanmu? Jangan mimpi!"Alde menatap cincin itu sambil memakiku dan mengatakan tidak akan melepaskanku. Namun, untuk apa dia menangis?Setelah duduk cukup lama di ruang kantornya, Alde mendatangi Max yang sedang diperban."Dia ... di mana?""Jenazah masih di kamar mayat. Kamu ke sana saja."Beberapa saat kemudian, terdengar suara serak. "Maaf, tadi aku sudah salah."Tanpa menunggu balasan Max, Alde langsung pergi ke kamar mayat. Di kamar mayat yang begitu luas, hanya ada jasadku.Tatapan Alde tertuju pada kain putih itu. Dia sama sekali tidak bergerak.Sementara itu, aku justru menantikan bagaimana reaksinya setelah melihat jenazahku. Apakah Alde akan senang karena dia bisa menikahi Tasya atau dia akan meneteskan air mata untukku

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 10

    Reaksi alergi akibat makan mangga akhirnya datang. Muncul sejumlah besar bintik merah pada tubuh Winston. Dia mulai merasa sesak napas, bahkan muntah.Alde menyadari kejanggalan ini. Dia segera menyalakan lampu, lalu menggendong Winston untuk membawanya ke rumah sakit.Sesudah keluar dari kamar, Alde tanpa sadar berteriak ke arah kamar utama, "Nyla, Winston sakit parah! Cepat keluar!"Namun, yang keluar malah Tasya yang wajahnya masih memakai riasan. Dia memakai piama tipis bertali. Saat melihat Tasya mengernyit, Alde baru menyadari dirinya salah bicara.Setelah meminta maaf, Alde menolak Tasya yang hendak pergi ke rumah sakit bersamanya. Untung saja, dia tidak terlambat dan nyawa Winston masih terselamatkan.Dokter menatap Winston yang tertidur lelap dengan tatapan iba, lalu menegur Alde yang tidak bertanggung jawab, "Anakmu sudah besar. Masa kamu nggak tahu dia alergi mangga? Kalau bukan karena muntah banyak, dia mungkin bakal kritis malam ini."Alde hanya menunduk dan minta maaf, ju

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 9

    Selesai makan, Tasya berterima kasih kepada Alde karena sudah membantunya. Kemudian, dia mengajak ayah dan anak itu menginap di rumahnya. "Kak Nyla lagi ngambek. Setelah suasana hatinya baik, dia bakal pulang. Nginap di rumahku saja."Winston melahap mangga dengan puas sambil menyetujui ajakan Tasya. "Kak Tasya, kamu benaran nggak bisa jadi ibuku? Ibuku nggak pernah kasih aku makan mangga.""Kenapa begitu? Pelit sekali. Lain kali makan di rumahku saja. Aku belikan banyak mangga untukmu," timpal Tasya.Ketika melihat suasana harmonis ini, aku merasa putraku benar-benar tidak tahu diri. Jelas-jelas aku melarangnya karena dia alergi terhadap mangga. Aku sudah mati, tetapi hatiku masih bisa merasakan sakit.Malam harinya, Alde dan Tasya tidak seranjang. Namun, aku yakin semua ini hanya karena Winston mengikuti mereka. Alde pasti malu jika putranya melihatnya melakukan sesuatu yang tidak senonoh.Pukul 3 dini hari, Alde masih tidak tidur. Di kamar yang gelap gulita, cahaya layar ponsel meny

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 8

    Max sungguh kesal melihat tingkah mereka. Ketika dia masih ingin berbicara, Alde yang berdiri di samping menyela, "Sudahlah, aku sudah melapor sebelum pakai mobil pemadam kebakaran. Lagian, bukan cuma rumahku yang terbakar. Sebaiknya kamu periksa rumah orang lain."Alde menggendong Winston, lalu berkata kepada Tasya, "Semua sudah beres. Ayo kita pergi makan."Sikap mereka yang sombong membuat Max makin berang. Dia menendang tas di sampingnya yang tidak terbakar menjadi abu. Itu adalah tas yang terbuat dari bahan tahan api, yang diberikan Alde kepadaku saat melamarku."Nyla, sekarang aku belum bisa memberimu kehidupan kaya. Tapi, cintaku cuma untukmu. Cintaku akan seperti tas ini yang nggak akan pernah hancur." Ini adalah janji Alde saat melamarku.Tas itu memang tidak hancur, tetapi Alde sama sekali tidak memperhatikannya sejak tadi. Jika Alde benar-benar memperhatikan, dia akan tahu aku sempat pulang ke rumah ini. Namun, faktanya Alde tidak peduli.Tas itu pun bergelinding karena tend

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 7

    Alde membungkuk untuk memungutnya, lalu berkata, "Aku bantu simpankan cincin ini dulu. Nanti kukembalikan kepada anggota keluarganya."Alde seperti menyadari sesuatu. Dia buru-buru mendekati reruntuhan dan memandang rumah yang ditempatinya sekitar tujuh tahun. Sambil menggigit bibirnya, tatapannya terlihat linglung.Kemudian, Alde menatap seorang rekan kerjanya yang masih membersihkan lokasi kebakaran dan bertanya dengan serius, "Apa rumah ini masih bisa direnovasi?"Tatapan Alde seketika menjadi agak getir. Sebelum rekan kerjanya menjawab, Tasya mendekat dan bertanya, "Kamu ngapain? Semua sudah beres. Kita sudah bisa pergi makan, 'kan?"Perkataan Tasya yang dipenuhi semangat ini jelas terdengar aneh di tengah suasana berduka. Max menegur Tasya dengan mata memerah, "Ada yang meninggal karena kebakaran ini. Apa kamu nggak bisa menghargai korban sedikit?"Tasya malah tidak merasa bersalah. Dia mendongak, meskipun para petugas menatapnya dengan tatapan kesal. "Apa urusannya denganku? Pak

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 6

    Karena tugas lebih penting, Alde yang ingin makan bersama Tasya terpaksa kembali ke Kompleks Emerald dengan tergesa-gesa.Api belum padam sepenuhnya. Sebelum petugas pemadam kebakaran tiba, vila telah terbakar oleh lautan api. Jendela pecah dan hancur berkeping-keping. Perabotan di dalam pun rusak.Teriakan para tetangga bersatu dengan sirene mobil pemadam kebakaran. Komandan yang datang lantas menghardik Alde karena tidak becus belakangan ini."Sebenarnya kamu ngapain saja belakangan ini? Banyak rekan bilang kamu nggak fokus bekerja! Memangnya kamu nggak tahu betapa bahayanya api yang belum padam? Apalagi, ini vilamu! Kamu seharusnya introspeksi diri!""Pak Alde nggak sengaja ...," bela Tasya saat melihat Alde yang disukainya dibentak habis-habisan."Kamu juga sama! Kamu lambat seperti kura-kura! Sebelum kamu datang, orang sudah mati duluan! Waktu adalah uang. Makin cepat, makin banyak orang yang tertolong," sergah komandan yang sama sekali tidak peduli pada tingkah manja Tasya.Ketik

DMCA.com Protection Status