Share

Bab 2

Penulis: Eman Nina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 18:26:59
Tubuhku yang hancur berkeping-keping tergeletak di lantai.

Sudah tidak bisa dikenali lagi sebagai diriku.

Sementara itu, jiwaku melayang di atas, melihat tubuhku yang terkapar.

Aku tidak merasa sedih, karena kematian bagi diriku saat ini adalah sebuah kebebasan.

Aku tidak tahu sudah berapa lama melayang seperti ini, sampai akhirnya Indra datang.

Dia berjalan di belakang rombongan polisi, bertugas memotret, mendokumentasikan, sekaligus berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar.

Salah satu polisi berkata, “Kami menemukan beberapa bahan peledak di tempat kejadian. Sepertinya ada orang yang membuat bom rakitan, tapi identitas korban belum bisa dipastikan.”

Indra mengernyit dan memandang tubuhku.

Tiba-tiba, jantungku berdegup kencang. Entah kenapa, muncul secercah keinginan aneh dalam diriku.

Jika Indra tahu itu aku, apakah dia akan menyesal?

Tatapan mataku terus tertuju pada Indra, berharap bisa melihat sebersit rasa yang familiar di matanya.

Namun, Indra berdiri dengan wajah tanpa ekspresi, dia berkata, “Kelihatannya ini seorang wanita. Potongan pakaian di tubuhnya terlihat cukup trendi. Coba selidiki daftar wanita hilang berusia dua puluh sampai tiga puluhan tahun.”

“Panggil tim forensik masuk.”

Harapanku langsung hanyut begitu saja. Indra tidak mengenaliku.

Tentu saja, dia tidak pernah peduli padaku, jadi bagaimana mungkin dia bisa mengenaliku?

Setelah pemeriksaan selesai, tubuhku dibawa ke kantor polisi.

Jiwaku juga ikut melayang, duduk di kursi belakang mobil Indra.

Indra duduk di kursi penumpang depan, sementara mobilnya dikemudikan oleh Vincent, rekannya sekaligus sahabat karibnya.

Vincent berkata, “Indra, ponselmu nggak aktif? Barusan kepala polisi meneleponku, dia sedang mencarimu.”

Indra mengernyit, seolah mengingat sesuatu yang tidak menyenangkan.

“Semua karena Selina, dasar wanita menyebalkan! Aku sudah memperingatkannya jangan meneleponku saat bekerja, tapi dia nggak mendengarnya.”

Meski aku sudah terbiasa mendengar ucapan-ucapan seperti ini.

Namun, melihat ekspresi jijik di wajah Indra membuatku sesak napas. Rasanya seperti ada yang meremas jantungku.

Vincent menghela napas, “Indra, mungkin istrimu hanya peduli padamu. Jangan sampai bertengkar dengannya.”

Indra mendengus dingin, tidak menanggapinya.

Indra membuka ponselnya dan pesan dariku langsung muncul.

Ada sedikit harapan kecil di hatiku, mungkinkah Indra akan menyadari ada yang tidak beres denganku?

Namun, wajahnya malah menunjukkan ekspresi yang sangat kesal. “Ini yang disebut peduli? Apa maksudnya selamat tinggal?”

Indra mencoba meneleponku, tapi aku sudah tidak bisa menjawabnya lagi sekarang.

Saat teleponnya tidak tersambung, ekspresi wajah Indra semakin muram. “Baiklah Selina, sebaiknya kamu benar-benar pergi jauh dan jangan pernah kembali.”

Usai bicara, tanpa ragu Indra langsung memblokir nomorku.

Sedikit pun tidak berpikir kalau mungkin aku sedang dalam bahaya.

Rasa sakit di hatiku perlahan terasa mati rasa dan tidak ada lagi gelombang emosi di hatiku.

Harusnya aku sudah menyadari ini sejak dulu.

Indra tidak pernah peduli padaku, bahkan tidak mau repot-repot memikirkanku.

Aku sudah mati, tapi masih saja berpegang pada harapan yang tak masuk akal.

Aku mengikuti jasadku sampai ke kantor polisi dan Indra membawa tubuhku ke ruang autopsi.

Jiwaku tetap berada di luar, mengikuti Indra ke mana pun dia pergi. Aku melihat dengan mata kepala sendiri saat dia membedah tubuhku.

Entah kenapa, sejak melihat Indra, jiwaku terus mengikutinya, tidak bisa bergerak dan melepaskan diri.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rafda Ajhar
Indra anjrit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 3

    Tak lama kemudian, hasil autopsi keluar.“Korban diperkirakan berusia sekitar dua puluh enam tahun. Sepertinya penculik sangat membencinya, karena dia disiksa berat sebelum akhirnya tewas akibat ledakan bom.”“Yang paling penting, korban sedang hamil dua bulan.”Begitu kalimat itu diucapkan, semua orang terdiam.Penyiksaan, kematian akibat ledakan, dua nyawa melayang.Setiap kata yang terucap begitu mengejutkan.Aku terpaku mendengar kata-kata Indra, tidak percaya sambil melihat ke perutku.Aku hamil?Anak ini masih begitu kecil, aku bahkan belum tahu keberadaannya, tetapi dia sudah harus meninggalkan dunia ini.Air mataku mulai mengalir tanpa henti.Indra hanya menghela napas.“Kasihan sekali, semoga kalian bisa segera menyelesaikan kasus ini dan memberikan keadilan bagi korban. Kebetulan kasus yang sedang kutangani hampir selesai, jadi aku bisa membantu kalian.”Aku menatap Indra dengan senyuman sinis.Jika dia tahu bahwa korban ini adalah aku, apakah dia masih akan berbicara seperti

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 4

    Aku terdiam dan air mataku kembali mengalir.Ayah, ibu maafkan aku. Putrimu hanya bisa berbakti lagi pada kalian di kehidupan selanjutnya.Indra yang sudah begadang beberapa malam tampak gelisah.“Cari saja sendiri kalau anakmu hilang. Kenapa harus mencariku?”“Aku lagi kerja.”Ayahku yang cemas tidak peduli dengan nada kesal Indra dan berkata, “Bukannya kamu dokter forensik? Aku mau melapor. Tolong cari Selina, dia benar-benar hilang. Dia bahkan sudah beberapa hari nggak mengangkat teleponku!”Indra semakin kesal, ekspresi wajahnya semakin muram dan menjawab, “Sebelum hilang, anakmu mengirim pesan padaku. Dia bilang nggak mau lagi bertemu denganku. Nggak ada orang hilang yang akan mengatakan hal seperti itu. Dia pasti hanya bersembunyi.”“Lagipula, aku ini dokter forensik, bukan polisi. Aku hanya menangani kasus, bukan pencarian orang hilang.”“Dan lagi, kalau anakmu sudah ditemukan nanti, aku akan putus dengannya. Jadi, jangan hubungi aku lagi. Aku nggak akan menggunakan jabatan untu

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 5

    Dengan alamat yang didapat, Vincent pergi bersama Indra.Alamat itu mengarah ke sebuah kawasan desa di tengah kota. Saat melihat tempat itu, aku langsung merasakan tubuhku gemetar tanpa sadar.Aku disekap oleh Yessa di sini dan mengalami siksaan yang tak manusiawi.Dia memaksaku mengungkapkan keberadaan Indra, tetapi aku tetap bungkam.Akhirnya, dia mengikat bom di tubuhku dan membawaku ke gudang kosong pinggiran kota.Vincent tiba di depan sebuah rumah dan setelah memastikan tidak ada orang, dia menendang pintu dan masuk.Aku pun masuk ke dalam rumah, tetapi Yessa telah membuang semua bukti penyiksaan yang pernah dia lakukan padaku. Saat ini, tidak ada satu pun petunjuk yang tersisa.Vincent berkeliling di rumah itu.Akhirnya, aku menemukan sebuah kancing di sudut lemari. Itu adalah kancing bajuku.Selama Indra menemukannya, pelakunya bisa dipastikan.Aku berusaha sekuat tenaga untuk menarik perhatian mereka, tetapi semuanya sia-sia.Mereka tidak melihatnya dan akhirnya keluar dari ru

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 6

    Air mataku terus mengalir tanpa henti.Saat ini, aku benar-benar menyesal. Menyesal telah bertemu dengan Indra, menyesal atas semua yang terjadi dan yang paling kusesali adalah bertengkar dengan ayahku sebelum aku meninggal.Hanya karena aku sudah bertahun-tahun pacaran dengan Indra, tetapi dia tak kunjung melamarku.Ayahku menyuruhku untuk putus dengannya, tapi aku malah berdebat hebat dengan mereka.Mereka tak pernah ingin aku terluka, justru aku sendiri yang membuat diriku celaka.Melihat punggung ayah dan ibuku yang membungkuk, saling menopang satu sama lain saat mereka pergi.Aku sangat membenci Indra, membenci Yessa dan lebih membenci diriku sendiri.Setelah menutup pintu, Indra tampak berpikir sejenak, lalu meneleponku.Telepon itu tidak tersambung, seperti biasa masuk ke perekam suara.“Selina, berhentilah bersikap kekanak-kanakan. Orang tuamu sudah tua dan masih harus mengkhawatirkanmu. Kamu punya hati atau nggak?”Setelah menutup telepon, Indra langsung pergi ke kantor polisi

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 7

    Tiba-tiba, ponsel Indra berdering lagi.Seperti orang linglung, dia menjawab, “Halo?”Terdengar suara jeritan perempuan yang nyaring dari balik telepon, “Kak Indra! Tolong aku! Ada yang menculikku!”“Penculik memintamu datang sekarang. Cepat datang selamatkan aku, badanku dipasang bom!”Itu adalah suara Vinie.Indra terkejut, langsung berkata di ruang forensic,. “Beberapa orang ikut denganku, Yessa sudah muncul!”Namun Vinie yang mendengar rencana Indra langsung panik, “Jangan, jangan, Kak Indra, kamu datang sendiri. Penculik bilang kalau kamu bawa rombongan, dia akan langsung meledakkanku. Aku takut.”Indra langsung bergegas ke mobil dan menuju lokasi yang disebutkan oleh Vinie.Sementara itu, polisi lain mengikuti dari jauh untuk berjaga-jaga jika ada yang sesuatu yang terjadi.Aku duduk di mobil Indra. Ekspresi Indra terlihat datar dan tanpa emosi.Atau mungkin, hatinya sudah seperti danau yang tenang, tidak lagi merespon apa yang sedang terjadi dan hanya bertindak menjalankan tugas

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 8

    Tatapan Indra kosong, seolah tidak sadar apa yang sedang dilakukannya.Dia berniat untuk memukul Yessa sampai mati.Baru setelah Vinie menjerit, “Indra, bomnya tinggal lima menit lagi! Cepat selamatkan aku!”Barulah Indra tersadar dan segera berusaha melepaskan bom di tubuh Vinie.Sementara itu, Yessa bangkit perlahan, sambil mencengkeram remote di tangannya, dia menyeringai.“Ayo kita pergi ke neraka bersama.”Tepat saat keadaan genting, polisi yang masuk dari luar langsung menembak mati Yessa.Beberapa polisi lainnya bergegas membantu Vinie untuk melepas bom di tubuhnya.Saat bom akhirnya berhasil dilepas, waktu bom belum juga berhenti. Vinie segera berlari keluar gedung, ketakutan jika dirinya akan mati terkena ledakan bom.Vincent menarik Indra dan berkata, “Indra, kita harus pergi! Bomnya akan meledak dalam tiga menit.”Sebagian orang sudah mulai keluar dari gedung, tetapi Indra masih terdiam di tempat, menatap bom tanpa bergerak.Vincent menggertak dan dengan paksa menarik Indra

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 9

    Setahun kemudian, Indra mempersiapkan pernikahannya dengan Vinie.Lebih tepatnya, Vinie yang sibuk sendiri dengan penuh semangat menyiapkan semuanya.Sementara Indra mengalihkan seluruh perhatiannya ke kasus-kasus di kantor polisi, bekerja tanpa henti siang dan malam.Vincent mulai khawatir melihat kondisi Indra, mencoba membujuknya untuk istirahat.Namun, Indra hanya menggeleng dan kembali ke ruang forensik, terus-menerus memeriksa jasad setiap hari.Selama setahun ini, aku masih mengikuti Indra, menyaksikan dia yang berpura-pura tidak ada masalah di siang hari, tetapi memeluk fotoku dan menangis di malam hari.Dia terus-menerus mengatakan bahwa dia mencintaiku dan meminta maaf padaku.Namun, melihat ini, aku tidak merasakan apa-apa. Aku bahkan sudah tidak membencinya.Aku hanya ingin pergi dan bebas darinya.Namun, berbagai cara yang kucoba tetap tak berhasil.Seolah ada kekuatan misterius yang terus menahanku di sisinya.Lama kelamaan, aku mulai merasa putus asa. Mungkin aku dan Ind

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 10

    Setelah memperhatikan cukup lama, akhirnya Indra mengambil ponselnya dan pergi ke kamar mandi.Aku menghela napas. Asalkan Indra menemukan kebenaran, seharusnya aku bisa terbebas, ‘kan?Kamar mandi di toko gaun pengantin ini tidak dibedakan antara pria dan wanita. Jadi, siapa saja bisa masuk.Tiba-tiba, terdengar suara Vinie yang sombong, “Awalnya aku hanya berniat membiarkan Yessa meledakkan Selina agar aku bisa melampiaskan amarahku. Tapi ternyata Selina nggak berguna, Indra sama sekali nggak mencintainya, orang yang paling dicintai adalah aku. Jadi, akhirnya Yessa menculikku lagi.”“Sungguh sia-sia aku yang sudah meyakinkan semuanya dulu.”Mendengar itu semua, Indra berbalik dan kembali ke aula toko gaun pengantin.Namun, aku terkejut menyadari bahwa aku tidak bisa lagi mengikuti Indra, malah berada di samping Vinie sekarang.Tiba-tiba sudut pandangku berubah.Ketika Vinie dan beberapa teman lainnya kembali ke aula, Indra sedang melihat-lihat gaun pengantin.Saat melihatnya datang,

Bab terbaru

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 10

    Setelah memperhatikan cukup lama, akhirnya Indra mengambil ponselnya dan pergi ke kamar mandi.Aku menghela napas. Asalkan Indra menemukan kebenaran, seharusnya aku bisa terbebas, ‘kan?Kamar mandi di toko gaun pengantin ini tidak dibedakan antara pria dan wanita. Jadi, siapa saja bisa masuk.Tiba-tiba, terdengar suara Vinie yang sombong, “Awalnya aku hanya berniat membiarkan Yessa meledakkan Selina agar aku bisa melampiaskan amarahku. Tapi ternyata Selina nggak berguna, Indra sama sekali nggak mencintainya, orang yang paling dicintai adalah aku. Jadi, akhirnya Yessa menculikku lagi.”“Sungguh sia-sia aku yang sudah meyakinkan semuanya dulu.”Mendengar itu semua, Indra berbalik dan kembali ke aula toko gaun pengantin.Namun, aku terkejut menyadari bahwa aku tidak bisa lagi mengikuti Indra, malah berada di samping Vinie sekarang.Tiba-tiba sudut pandangku berubah.Ketika Vinie dan beberapa teman lainnya kembali ke aula, Indra sedang melihat-lihat gaun pengantin.Saat melihatnya datang,

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 9

    Setahun kemudian, Indra mempersiapkan pernikahannya dengan Vinie.Lebih tepatnya, Vinie yang sibuk sendiri dengan penuh semangat menyiapkan semuanya.Sementara Indra mengalihkan seluruh perhatiannya ke kasus-kasus di kantor polisi, bekerja tanpa henti siang dan malam.Vincent mulai khawatir melihat kondisi Indra, mencoba membujuknya untuk istirahat.Namun, Indra hanya menggeleng dan kembali ke ruang forensik, terus-menerus memeriksa jasad setiap hari.Selama setahun ini, aku masih mengikuti Indra, menyaksikan dia yang berpura-pura tidak ada masalah di siang hari, tetapi memeluk fotoku dan menangis di malam hari.Dia terus-menerus mengatakan bahwa dia mencintaiku dan meminta maaf padaku.Namun, melihat ini, aku tidak merasakan apa-apa. Aku bahkan sudah tidak membencinya.Aku hanya ingin pergi dan bebas darinya.Namun, berbagai cara yang kucoba tetap tak berhasil.Seolah ada kekuatan misterius yang terus menahanku di sisinya.Lama kelamaan, aku mulai merasa putus asa. Mungkin aku dan Ind

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 8

    Tatapan Indra kosong, seolah tidak sadar apa yang sedang dilakukannya.Dia berniat untuk memukul Yessa sampai mati.Baru setelah Vinie menjerit, “Indra, bomnya tinggal lima menit lagi! Cepat selamatkan aku!”Barulah Indra tersadar dan segera berusaha melepaskan bom di tubuh Vinie.Sementara itu, Yessa bangkit perlahan, sambil mencengkeram remote di tangannya, dia menyeringai.“Ayo kita pergi ke neraka bersama.”Tepat saat keadaan genting, polisi yang masuk dari luar langsung menembak mati Yessa.Beberapa polisi lainnya bergegas membantu Vinie untuk melepas bom di tubuhnya.Saat bom akhirnya berhasil dilepas, waktu bom belum juga berhenti. Vinie segera berlari keluar gedung, ketakutan jika dirinya akan mati terkena ledakan bom.Vincent menarik Indra dan berkata, “Indra, kita harus pergi! Bomnya akan meledak dalam tiga menit.”Sebagian orang sudah mulai keluar dari gedung, tetapi Indra masih terdiam di tempat, menatap bom tanpa bergerak.Vincent menggertak dan dengan paksa menarik Indra

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 7

    Tiba-tiba, ponsel Indra berdering lagi.Seperti orang linglung, dia menjawab, “Halo?”Terdengar suara jeritan perempuan yang nyaring dari balik telepon, “Kak Indra! Tolong aku! Ada yang menculikku!”“Penculik memintamu datang sekarang. Cepat datang selamatkan aku, badanku dipasang bom!”Itu adalah suara Vinie.Indra terkejut, langsung berkata di ruang forensic,. “Beberapa orang ikut denganku, Yessa sudah muncul!”Namun Vinie yang mendengar rencana Indra langsung panik, “Jangan, jangan, Kak Indra, kamu datang sendiri. Penculik bilang kalau kamu bawa rombongan, dia akan langsung meledakkanku. Aku takut.”Indra langsung bergegas ke mobil dan menuju lokasi yang disebutkan oleh Vinie.Sementara itu, polisi lain mengikuti dari jauh untuk berjaga-jaga jika ada yang sesuatu yang terjadi.Aku duduk di mobil Indra. Ekspresi Indra terlihat datar dan tanpa emosi.Atau mungkin, hatinya sudah seperti danau yang tenang, tidak lagi merespon apa yang sedang terjadi dan hanya bertindak menjalankan tugas

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 6

    Air mataku terus mengalir tanpa henti.Saat ini, aku benar-benar menyesal. Menyesal telah bertemu dengan Indra, menyesal atas semua yang terjadi dan yang paling kusesali adalah bertengkar dengan ayahku sebelum aku meninggal.Hanya karena aku sudah bertahun-tahun pacaran dengan Indra, tetapi dia tak kunjung melamarku.Ayahku menyuruhku untuk putus dengannya, tapi aku malah berdebat hebat dengan mereka.Mereka tak pernah ingin aku terluka, justru aku sendiri yang membuat diriku celaka.Melihat punggung ayah dan ibuku yang membungkuk, saling menopang satu sama lain saat mereka pergi.Aku sangat membenci Indra, membenci Yessa dan lebih membenci diriku sendiri.Setelah menutup pintu, Indra tampak berpikir sejenak, lalu meneleponku.Telepon itu tidak tersambung, seperti biasa masuk ke perekam suara.“Selina, berhentilah bersikap kekanak-kanakan. Orang tuamu sudah tua dan masih harus mengkhawatirkanmu. Kamu punya hati atau nggak?”Setelah menutup telepon, Indra langsung pergi ke kantor polisi

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 5

    Dengan alamat yang didapat, Vincent pergi bersama Indra.Alamat itu mengarah ke sebuah kawasan desa di tengah kota. Saat melihat tempat itu, aku langsung merasakan tubuhku gemetar tanpa sadar.Aku disekap oleh Yessa di sini dan mengalami siksaan yang tak manusiawi.Dia memaksaku mengungkapkan keberadaan Indra, tetapi aku tetap bungkam.Akhirnya, dia mengikat bom di tubuhku dan membawaku ke gudang kosong pinggiran kota.Vincent tiba di depan sebuah rumah dan setelah memastikan tidak ada orang, dia menendang pintu dan masuk.Aku pun masuk ke dalam rumah, tetapi Yessa telah membuang semua bukti penyiksaan yang pernah dia lakukan padaku. Saat ini, tidak ada satu pun petunjuk yang tersisa.Vincent berkeliling di rumah itu.Akhirnya, aku menemukan sebuah kancing di sudut lemari. Itu adalah kancing bajuku.Selama Indra menemukannya, pelakunya bisa dipastikan.Aku berusaha sekuat tenaga untuk menarik perhatian mereka, tetapi semuanya sia-sia.Mereka tidak melihatnya dan akhirnya keluar dari ru

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 4

    Aku terdiam dan air mataku kembali mengalir.Ayah, ibu maafkan aku. Putrimu hanya bisa berbakti lagi pada kalian di kehidupan selanjutnya.Indra yang sudah begadang beberapa malam tampak gelisah.“Cari saja sendiri kalau anakmu hilang. Kenapa harus mencariku?”“Aku lagi kerja.”Ayahku yang cemas tidak peduli dengan nada kesal Indra dan berkata, “Bukannya kamu dokter forensik? Aku mau melapor. Tolong cari Selina, dia benar-benar hilang. Dia bahkan sudah beberapa hari nggak mengangkat teleponku!”Indra semakin kesal, ekspresi wajahnya semakin muram dan menjawab, “Sebelum hilang, anakmu mengirim pesan padaku. Dia bilang nggak mau lagi bertemu denganku. Nggak ada orang hilang yang akan mengatakan hal seperti itu. Dia pasti hanya bersembunyi.”“Lagipula, aku ini dokter forensik, bukan polisi. Aku hanya menangani kasus, bukan pencarian orang hilang.”“Dan lagi, kalau anakmu sudah ditemukan nanti, aku akan putus dengannya. Jadi, jangan hubungi aku lagi. Aku nggak akan menggunakan jabatan untu

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 3

    Tak lama kemudian, hasil autopsi keluar.“Korban diperkirakan berusia sekitar dua puluh enam tahun. Sepertinya penculik sangat membencinya, karena dia disiksa berat sebelum akhirnya tewas akibat ledakan bom.”“Yang paling penting, korban sedang hamil dua bulan.”Begitu kalimat itu diucapkan, semua orang terdiam.Penyiksaan, kematian akibat ledakan, dua nyawa melayang.Setiap kata yang terucap begitu mengejutkan.Aku terpaku mendengar kata-kata Indra, tidak percaya sambil melihat ke perutku.Aku hamil?Anak ini masih begitu kecil, aku bahkan belum tahu keberadaannya, tetapi dia sudah harus meninggalkan dunia ini.Air mataku mulai mengalir tanpa henti.Indra hanya menghela napas.“Kasihan sekali, semoga kalian bisa segera menyelesaikan kasus ini dan memberikan keadilan bagi korban. Kebetulan kasus yang sedang kutangani hampir selesai, jadi aku bisa membantu kalian.”Aku menatap Indra dengan senyuman sinis.Jika dia tahu bahwa korban ini adalah aku, apakah dia masih akan berbicara seperti

  • Pudarnya Rasa Cinta   Bab 2

    Tubuhku yang hancur berkeping-keping tergeletak di lantai.Sudah tidak bisa dikenali lagi sebagai diriku.Sementara itu, jiwaku melayang di atas, melihat tubuhku yang terkapar.Aku tidak merasa sedih, karena kematian bagi diriku saat ini adalah sebuah kebebasan.Aku tidak tahu sudah berapa lama melayang seperti ini, sampai akhirnya Indra datang.Dia berjalan di belakang rombongan polisi, bertugas memotret, mendokumentasikan, sekaligus berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar.Salah satu polisi berkata, “Kami menemukan beberapa bahan peledak di tempat kejadian. Sepertinya ada orang yang membuat bom rakitan, tapi identitas korban belum bisa dipastikan.”Indra mengernyit dan memandang tubuhku.Tiba-tiba, jantungku berdegup kencang. Entah kenapa, muncul secercah keinginan aneh dalam diriku.Jika Indra tahu itu aku, apakah dia akan menyesal?Tatapan mataku terus tertuju pada Indra, berharap bisa melihat sebersit rasa yang familiar di matanya.Namun, Indra berdiri dengan wajah tanpa ekspr

DMCA.com Protection Status